Melihat SDN 4 Tamansari, Sekolah Pertama di Dunia Yang Dibangun Menggunakan Bata Plastik

Penantian panjang para guru dan siswa untuk memiliki gedung sekolah yang permanen terjawab sudah. Bangun SDN 4 Tamansari yang rusak akibat gempa tahun 2018 lalu, kini sudah dibangun kembali. Bangunan sekolah ini sangat unik karena dibangun menggunakan material bata yang bahan utamanya dari plastik.


ZULFAHMI–LOMBOK BARAT


SDN 4 Tamansari berada di Dusun Medas Bentaur Desa Tamansari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Lokasi sekolah ini persisnya berada di daerah perbukitan, satu jalur dengan jalur sepeda Cacing Fungsi Track. Untuk bisa sampai sekolah ini, warga harus melewati jalan setapak dengan lebar kurang lebih 3 meter.

Sekolah ini tiba-tiba menjadi hangat diperbincangkan publik lantaran bangunan barunya. Sekolah ini dibangun dari bahan bangunan bata plastik yang diimpor langsung dari negara Finlandia. Pembangunan sekolah ini diinisiasi Yayasan Pelita Lombok, sebuah yayasan yang bermarkas Dusun Gerupuk Desa Sengkol Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Yayasan ini memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan.

 Ketua Yayasan Pelita Lombok, Satriawan Amri menuturkan, awal mula mula pembangunan sekolah ini tidak terlepas dari kiprah yayasan yang dinaunginya saat memberikan bantuan kepada sejumlah sekolah yang terdampak gempa 2018. Tahun itu, ia mendapatkan donatur Classroom of Hope dari negara Australia. Mereka kemudian fokus membantu membangun sekolah darurat pascagempa di wilayah Lombok.

Waktu itu, kata Satria, ada sekitar 150 ruangan belajar yang dibangun di pulau Lombok. Tersebar di wilayah Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Utara. ‘’Seiring berjalan waktu setelah dua tahun, ternyata banyak sekolah yang belum juga dibangun oleh pemerintah, termasuk SDN 4 Tamansari ini,’’ tutur Satria kepada Radar Lombok saat ditemui di SDN 4 Tamansari, Selasa (15/6).

Baca Juga :  Cerita Abdul Gani Pengusaha Muda Jasa Pertukangan

Satria kemudian membuka komunikasi dengan NJO Classroom of Hope, mengabarkan bahwa sekolah ini membutuhkan bangun permanen dan tentunya tahan gempa. Pihaknya membuka komunikasi dengan pemerintah daerah dan rencana itu direspons baik. Bahwa Yayasan Pelita Lombok yang mau membangun sekolah permanen untuk sekolah di Lombok Barat. Karena memang saat ini pemerintah belum mampu membangun semua sekolah yang rusak akibat gempa.

Setelah ada persetujuan, akhirnya pada tahun 2020 Satria kemudian komunikasi dengan pihak Classroom, terkait rencana pembangunan sekolah yang tahan gempa. Dari Classroom sendiri berusaha mencari donatur bahan pembangunan gedung yang tahan gempa dan murah. Akhirnya didapatkan informasi ada batas plastik yang diproduksi oleh Eko Blok Solutions di negara Finlandia. Setelah dilakukan komunikasi sampai ada kesepakatan dari kedua belah pihak sehingga dibangun sekolah ini. “Inisiator pembangunan sekolah ini dari Yayasan Pelita Lombok, di-suport oleh Classroom of Hope. Karena dia yang mendapatkan dana dan menggandeng perusahaan Eko Blok Solutions dari negara Finlandia,” sebutnya.

Bata plastik ini, terbuat dari plastik dan ada campuran bekas serutan kayu. Karena di negara Finlandia, bahan utama sampah plastik mereka sangat kurang sehingga digunakan campuran dari bekas serutan kayu. Satu ruangan kelas dengan ukuran 7 x 8 menghabiskan sekitar 600 biji bata plastik.

Di sekolah ini sendiri dibangun lima ruang kelas dengan membutuhkan sekitar 3000 biji bata plastik. Waktu lama pemasangan dinding sekolah antara lima sampai delapan jam untuk satu ruangan kelas. “Satu kelas menghabiskan 600 biji dengan durasi waktu lima sampai 8 jam,” bebernya.

Baca Juga :  Menyaksikan Liga Pekerja Indonesia, Pertama Kali di NTB

CEO Classroom of Hope, Duncan Ward    menimpali, teknik pemasangan bata plastik untuk membuat tembok mirip seperti menyusun mainan lego tinggal dipasang saja. “Teknik pemasangan seperti kita pasang mainan lego,” tuturnya.

Durasi waktu yang dibutuhkan dalam membangun lima ruangan ini sudah berjalan kurang lebih satu pekan. Tentunya sebelum memasang bata plastik ini harus dibangun dulu pondasi untuk menjadi lantai dan tempat menyusun bata plastik. Kemampuan daya tahan dari bata plastik ini diperkirakan hingga 100 tahun sebagaimana hasil uji coba yang pernah dilakukan.

Bangunan SDN 4 Tamansari ini adalah bangunan sekolah pertama yang dibangun dari plastik. Teknik bangunan ini tak hanya menjadi yang pertama di Indonesia, tapi juga dunia. “Ini bangunan sekolah pertama di dunia yang menggunakan bata bata plastik,’’ klaim Duncan mengingat bata plastik selama ini hanya dimanfaatkan untuk membangun rumah dan bangunan pribadi lainnya.

Kepala SDN 4 Tamansari, Mahsun mengaku sangat beryukur mendapatkan bantuan ini, karena sudah lama mereka menunggu untuk dibangunkan sekolah permanen. “Alhamdulillah, kami sangat beryukur dibangunkan sekolah ini,” ucapnya.

Rencananya, pihak donatur akan membangun lima ruangan belajar dari kelas satu sampai lima untuk tahap pertama. Selanjutnya akan dilanjutkan lagi untuk membangun satu ruangan lagi karena masih ada lahan yang tersisa. “Untuk saat ini, lima ruangan dulu, nanti satu ruangan lagi setelah bangunan ini jadi,” tambah Mahsun. (**)

Komentar Anda