Melihat Hasil Produksi Pomade dan Sabun Alami Buatan Syaiful Hardi

KOSMETIK: Syaiful Hardi menjukkan produk kosmetik yang dibuat dari bahan-bahan alami. (DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK)

Tinggal Tunggu Izin, Siap Pasarkan Produknya ke Luar Negeri

Minyak rambut atau pomade dan sabun biasanya menggunakan bahan-bahan kimia. Padahal untuk minyak rambut dan sabun banyak dicari yang menggunakan bahan-bahan alami, karena terbukti manfaatnya. Tapi tidak bagi Syaiful Hardi, pelaku usaha di NTB ini. Ia memproduksi produk kecantikan berbahan alami seperti minyak kemiri dan VCO (virgin coconut oil).

DEVI HANDAYANI-LOMBOK BARAT

SYAIFUL Hardi memproduksi minyak rambut atu pomade dan sabun menggunakan bahan-bahan alami ini karena melihat tren pasarnya sangat bagus, terutama di luar negeri. Banyak peminatnya untuk produk kosmetik berbahan alami, karena selama ini untuk minyak rambut dan sabun masih menggunakan campuran bahan kimia. “Buat produk saya minyak rambut dan sabun ini menggunakan bahan-bahan alami, dari minyak kemiri dan VCO. Kita manfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitar,” tutur Syaiful Hardi kepada Radar Lombok, kemarin.

Ia menceritakan awal dari memulai usaha kosmetik bahan alami ini pada bulan haji tahun 2017 lalu. Berawal dari membuat minyak kelapa murni atau VCO. Di mana salah seorang temannya memberikan referensi bahwa VCO ini tengah booming. Pada saat itu, ia mencoba membuat sekaligus membuat izin PIRT dan halal di Kabupaten Lombok Barat. “Dari VCO ini, nah kebetulannya lagi teman-teman ini memberikan refrensi lagi bahwa VCO satu bahan bisa membuat minyak rambut atau pomade. Berangkat dari situ belajar lagi terkait dengan minyak ini yang bagus untuk rambut,” tuturnya.

Hardi, sapaan akrabnya menyebutkan ada beberapa minyak yang bisa digunakan untuk membuat pomade. Di antaranya ada minyak zaitun, kemiri, dan alpukat. Pilihan yang digunakan olehnya ada kemiri sebagai bahan dasar untuk membuat minyak rambut tersebut karena bahannya mudah didapatkan dan harganya terjangkau. “Kebetulan saya sering lewat Suranadi sampai Sedau. Di pinggir jalan banyak sekali kemiri dijemur mentahan. Saya tanya dan ternyata dijual. Waktu itu harganya Rp 6.000 sekilo masih sama cangkangnya. Itu saya pelajari, saya olah ternyata bisa,” ujarnya.

Sampai pada akhirnya Hardi memiliki dua produk minyak berbahan alami dari minyak VCO dan minyak kemiri. Akhirnya mencoba membuat ramuan untuk pomade hingga ketemu dengan bahan yang cocok dalam pengolahan menjadi produk minyak rambut. “Dari tiga varian produk ini, saya konsultasi lagi ke Dinas Kesehatan Lombok Barat untuk izinnya produk pomade. Karena bukan termasuk makan minum, tetapi katagori kosmetik golongan B. Jadi urus izinnya di Balai POM,” katanya.

Pada tahun 2018, barulah ia mengurus izin untuk produk minyak rambutnya tersebut. Karena minyak kemiri ini sangat bagus untuk rambut dan kulit, Hardi memperdalam lagi mempelajari pengolahan beberbagai produk dari minyak kemiri. “Sekarang ini belum produksi banyak. Karena ada beberapa persyaratan untuk memehui izin kosmetik golongan B tersebut dan kini tinggal menunggu izinnya keluar dari pusat,” ungkapnya.

Selain itu, varian produk yang bisa dibuat dari CVO dan minyak kemiri yakni sabun batang, sabun cair, minyak rambut kental, minyak rambut cair. Bahkan prosesnya sudah masuk tahap pemeriksaan lab dan sudah dinyatakan produknya negatif dari bahan sintesis atau tidak mengandung bahan kimia. “Jadi prinsip kita ini menggunakan bahan yang benar-benar semuanya alami dan tidak ada campuran bahan kimia. Itu yang coba kita mau angkat ke pasar untuk kembali menggunakan bahan alami,” kata mantan pekerja kontrak Bulog ini.

Sementara ini, untuk pemasarannya sendiri belum bisa banyak keluar daerah karena ditakutkan persoalan belum lengkapnya izin. Pasalnya akan mengakibatkan kerugian dimana harus membayar denda jika belum memiliki izin. “Sementara pasarnya masih di dalam daerah ke Bima, Sumbawa dan seputaran Lombok. Pernah kirim Solo, Palembang, pulau Jawa, itu pesanannya skala kecil. Belum berani jor-joran, karena izin itu,” tuturnya.

Kendati demikian, di satu sisi dalam menjalankan usahanya ini tidaklah mudah. Apalagi untuk memasarkan produk berbahan alami. Bahkan sempat dikatakan ia menjual balsam, bukan minyak rambut karena tidak menggunakan aroma dan campuran alkohol. “Sering dibilang jual balsem, jual jamu karena pakai bahan alami itu. Tapi saya jadikan kritakan itu motivasi, biar lebih maju lagi,” katanya.

Meskipun banyak kritikan, Hardi tetap maju, bahkan saat ini dalam proses membangun rumah produksi untuk produk kosmetiknya. Hanya tinggal menunggu persetujuan pusat agar izinnya bisa keluar, sehingga bisa memasarkan produknya ke luar daerah hingga keluar negeri. (**)

Komentar Anda