2Dispar NTB Gelar Seminar Sakosa di Geladak KRI Teluk Mandar 514

BIMA—Kalau pada penyelenggaraan Festival Pesona Tambora 2016 dimeriahkan oleh kehadiran Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Karang Pilang, maka tahun ini giliran KRI Teluk Mandar yang mengiringi seluruh rangkaian kegiatan Festival Pesona Tambora 2017 yang puncaknya akan berlangsung di Doro Ncanga, Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu, 11 April mendatang.

Mengawali kegiatan di KRI Teluk Mandar, Dinas Pariwisata NTB, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota Bima menggelar seminar Sakosa (Sangeang, Komodo dan Sape), di atas geladak KRI Teluk Mandar. Seminar sendiri berlangsung cukup meriah  dengan hiburan penyanyi dan Tari Wura Bongi Monca untuk menyambut peserta seminar, yang terdiri dari unsur Pemprov NTB, Pemerintah Kabupaten/Kota Bima, dan juga para pelaku usaha wisata seperti Asita NTB, PUTRI, dan lainnya.

Selama seminar berlangsung, KRI Teluk Mandar 514 yang membawa ratusan penumpang peserta seminar ini juga berlayar dari Pelabuhan Kota Bima, untuk melihat pemandangan keindahan kawasan Sakosa (Sangeang, Komodo dan Sape) dari atas kapal.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, HL Moh. Faozal mengatakan, dalam seminar Sakosa tersebut pihaknya juga membawa 20 pelaku industri wisata dari Kota Mataram, untuk melakukan diskusi bersama para pelaku usaha wisata di Bima. Harapannya, akan ada transfer pengetahuan terkait pengembangan pariwisata, termasuk ekonomi kreatif. Dijelaskan Faozal, Festival Pesona Tambora tahun ini berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena rangkaian kegiatan festival tidak hanya dilaksanakan di Kabupaten Dompu saja, tetapi juga di empat kabupaten/kota lainnya di Pulau Sumbawa. Hal ini dilakukan untuk menghadirkan rasa keadilan bagi semua warga di NTB, khususnya di Pulau Sumbawa.

Kepala Dispar NTB ini juga mengakui, kalau pada penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya dia banyak mendapat protes dari para Bupati di Pulau Sumbawa, karena Festival Tambora hanya dilaksanakan di Dompu saja. “Karena itu, mengapa konsep acaranya tahun ini dirubah agar memenuhi rasa keadilan. Dengan pola yang baru ini, diharapkan Festival Tambora dirasakan manfaatnya oleh semua masyarakat. Dan juga agar berkeadilan, karena Gunung Tambora itu tidak hanya miliknya Dompu saja, tapi juga Sumbawa dan Bima,” katanya.

Baca Juga :  Sekotong Dipersiapkan Jadi Destinasi Wisata Halal

Menurutnya, dukungan pengembangan pariwisata untuk NTB, khususnya Pulau Sumbawa semakin besar dari semua pihak, termasuk dari TNI baik darat, laut dan udara. Mulai dari pengamanan, peminjaman kapal perang republik Indonesia (KRI) Teluk Mandar 514 di Pelabuhan Bima, kapal tersebut digunakan sebagai tempat penyelenggaraan seminar Sakosa (Sangiang, Komodo dan Sape) sebagai salah satu rangkaian acara festival. Selain itu, juga akan ada 18 pasukan TNI AU yang akan melakukan aksi terjun payung di Doro Ncanga pada puncak acara nanti.

Faozal juga menyampaikan, kawasan wisata Sakosa sangat potensial untuk dikembangkan. Kawasan ini adalah jualan baru bagi  pariwisata NTB ke depan. Gunung Sangiang sendiri sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan baru wisatawan, apalagi gunung berapi yang masih aktif ini menawarkan pesona alam yang menantang bagi para wisatawan.

Demikian Pulau Komodo yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), juga bisa menjadi daya tarik para wisatawan, untuk itu pemprov akan membenahi Pelabuhan Sape agar warga yang ingin ke Pulau Komodo bisa lebih dekat. Segitiga kawasan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk dikembangkan.

Sementara Wakil Gubernur NTB, HM Amin dalam pertemuan itu mengatakan, potensi kemaritiman Indonesia sangat besar, termasuk di dalamnya potensi pariwisata bahari yang dimiliki NTB, baik pulau Sumbawa dan Pulau Lombok. Dia berharap pengembangan pariwisata di dua pulau ini berkeadilan, sehingga sama-sama maju, dan tidak ada disparitas yang terlalu jauh antara kedua kawasan. Sebab, masing-masing memiliki kekayaan dan potensi tersendiri. Lombok dengan Mandalika dan Gunung Rinjaninya, sementara Sumbawa dengan Tambora, Sakosa dan kawasan Samota.

Hanya saja, untuk mencapai kata berkeadilan antara Lombok dan Sumbawa, masih banyak yang harus dilakukan, dan tantangannya masih sangat besar. Seperti pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, air dan listrik untuk mendorong para investor mau masuk berinvestasi ke Sumabwa. Para wisatwan membutuhkan penginapan yang memadi, dan fasilitas lainnya. Selain itu dari sisi sosial, Amin meminta kepada masyarakat untuk mengurangi perang dan konflik agar pariwisata bisa maju.

Wagub juga meminta kepada Kepala Dispar NTB untuk menjawab isu disparitas. Kalaupun ada yang protes, maka itu bukan berarti merongrong kewenangan Pemerintah Provinsi NTB, tetapi protes harus dijawab sebagai semangat bersama untuk maju.

Sedangkan Bupati Kabupaten Bima, Hj. Indah Damayanti Putri berharap, bahwa upaya yang telah dilakukan Dinas Pariwisata NTB, dapat mengangkat potensi pariwisata, khususnya di Bima. Pihaknya juga sangat bersyukur dengan diangkatnya tema Sakosa dalam seminar kepariwisataan. “Hal ini sekaligus dapat mengenalkan bahwa Sumbawa tidak hanya memiliki Gunung Tambora saja, tetapi juga punya Gunung Sangeang yang bisa dijual untuk pariwisata,” singkatnya.

 Menurut Komandan KRI Teluk Mandar 514, Letnan Kolonel Laut (P) Dofir, kapal perang yang dikomandoinya tersebut memiliki panjang 100 meter, lebar 15,4 meter, tonage 3.770 ton, dengan kecepatan 15 knots. “Kapal tempur ini dibuat tahun 1980 di Galangan Tacoma Marine Industries, Korea Selatan, dengan kapasitas sekitar 100 orang. Saat ini, KRI Teluk Mandar sedang melaksanakan tugas Operasi Benteng Samor 17, dibawah kendali operasi Komandan Gugus Tempur Laut (Gusdurla) Armada RI Kawasan Timur,” jelas Dofir.

“Dalam Operasi Benteng Samor 17 ini, kami bertugas menjaga keamanan laut di wilayah perbatasan RI dan Timur Leste. Namun di tengah perjalanan kami mendapat tugas tambahan untuk membantu mensukseskan kegiatan Festival Pesona Tambora 2017. Sebagai TNI AL, kami tentu siap membantu Pemerintah Daerah (NTB),” tegas Dofir.(gt/adv)