Jalur Strategis, Pemesan Menyusut

Sejak puluhan tahun lalu Desa Taman Sari Kecamatan Gunung Sari dikenal sebagai pusat kerajinan bambu. Perajin mengolah bambu menjadi barang bernilai ekonomis tinggi seperti kursi, sangkar burung, tempat lampu dan lain-lain. Namun kini, perajin mengeluhkan kian menyusutnya pemesan.

________________________

Hery Mahardika- GIRI MENANG

________________________

Di pinggir jalan raya yang menghubungkan Lombok Barat dan KLU tepatnya di wilayah Gunung Sari, terdapat pusat usaha kerajinan berbahan bambu. Kemarin, sejumlah pengendara menepikan kendaraan mereka, masuk art shop setempat dan melihat-lihat kerajinan yang dijajakan.

Lokas usaha ini sangat trategis. Terletak di jalur perlintasan antar kabupaten, juga dekat dengan kawasan wisata Senggigi Kecamatan Batulayar.

Masalahnya, meski strategis, para perajin justru mengeluhkan kian sepinya pembeli dan pemesan. Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang ramai. Pemesan bahkan banyak dari luar daerah. Kondisi ini tidak menurunkan semangat para perajin untuk terus berkarya.“ Ya mas, kita masih tunggu pembeli,” ungkap Sarah (30), perajin bambu di Dusun Dasan Bare Desa Taman Sari kepada Radar Lombok, Rabu (3/8).

Sarah mengaku menekuni usaha ini selama puluhan tahun. Ini adalah usaha turun-temuru di keluarganya. Ia adalah perajin bambu Putri Kembar. Di art shop nya ia tampilkan banyak model kerajinan mulai dari kursi, meja, bingkai cermin, rak buku, hiasan lampu dan lain-lain. Selain berbahan bambu, ada juga kerajinan berbahan rotan seperti hiasan lampu,  tempat tisu, bak sampah dan banyak lagi jenis lainnya. “ Yang berbahan rotan saya saya ambil dari perajin di Lombok Timur, Lombok Tengah. Kalau bambu ya disini,” ungkapnya.

Ia mengakui selama ini sandaran perajin setempat adalah hidupnya pariwisata. Tahun-tahun sebelumnya banyak wisatawan yang datang mengorder kerajinan untuk mereka bawa pulang sebagai oleh-oleh. Baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara. “ Kita juga kerjasama dengan travel. Kalau tamu beli banyak maka ada bonus untuk travelnya,” tambahnya.

Yang banyak laku adalah  hiasan rumah dan perlengkapan ruang tamu. “ Kami disini hanya mengharapkan ramai turis mancanegara dan domestik,” ungkapnya.

Perajin sendiri tidak mengeluhkan modal. Sebab telah banyak BUMN dan perbankan yang menawarkan bantuan modal mulai dari angka Rp 15 juta hingga Rp 25 juta.

Perajin lainnya, H. Mastur (60) menjelaskan, ia fokus pada kerajinan bambu seperti meja, lemari, rak buku, sekepat, dan lainnya. Dulu, pemesan banyak berasal dari Sumbawa, Dompu, Bima. Untuk luar NTB, banyak pemesan dari Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Masalahnya, mahalnya ongkos kirim membuat keuntungan pengiriman ke luar daerah sangat kecil. “ Kalau sekarang ngirimnya ke Mataram dan Lombok Barat. Kalau jauh pembeli tanggung sendiri ongkosnya,”ungkapnya.

Harga jual kerajinan bervariasi tergantung waktu pembuatan dan tingkat kerumitannya. Harga mulai ratusan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.  

Mastur punya empat orang pekerja yang bertugas membantunya setiap hari.(*)

Komentar Anda