Imbas Tiket Mahal dan Bagasi Berbayar, Pariwisata Lombok Keteteran

Tiket Mahal dan Bagasi Berbayar Pariwisata Lombok
PARIWISATA – Dua gadis penenun sedang menyelesaikan pembuatan kain tenun di desa wisata Sukarara Lombok Tengah belum lama ini. Pariwisata Lombok makin keteteran oleh kenaikan harga tiket pesawat serta kebijakan bagasi berbayar. (LUKMAN HAKIM/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Kenaikan harga tiket pesawat penerbangan dari dan menuju Lombok berdampak besar terhadap industri pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan kebijakan sejumlah maskapai penerbangan yang memberlakukan bagasi berbayar bagi penumpang. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya kunjungan wisatawan ke Lombok.

Disaat kondisi daerah terpuruk akibat  bencana gempa, beban makin berat bagi industri pariwisata setelah kebijakan maskapai menerapkan bagasi berbayar dan kenaikan harga tiket pesawat. Hal ini sangat dirasakan oleh pengusaha. 

BACA JUGA: Tiket Mahal dan Bagasi Berbayar Bikin Pariwisata NTB Terpuruk

Humas Asosiasi Travel Indonesia (Astindo) NTB Abdul Haris mengatakan dampak dari kenaikan harga tiket dan bagasi berbayar yang terjadi pada semua rute domestik mengakibatkan pelaku industri pariwisata mengalami penurunan pendapatan.

“Pengusaha travel merasakan langsung dampak besar terhadap kebijakan Karena kenaikan harga tiket dan bagasi berbayar maskapai penerbangan ini. Karena banyak calon wisatawan yang akan berkunjung ke Lombok melakukan pembatalan,” kata Haris, Selasa (29/1).

Menurut Haris, pembatalan penerbangan yang terjadi saat ini memang ada beberapa penyebab. Salah satunya adalah karena kenaikan harga tiket dan adanya pemberlakuan pembayaran bagasi. Akibatnya, minat orang untuk berwisata ataupun bepergian ke luar daerah menjadi berkurang. Untuk bisnis travel agent sendiri mengalami penurunan pendapatan yang cukup signifikan.

“Dengan adanya pembatalan penerbangan ini sangat berdampak bagi kita yang di travel agent. Hampir 60-70 persen penurunan pendapatan pelakun usaha travel,” beber Haris.

Kendati pada Januari dan Februari masa low season, tetapi tidak sepi seperti saat sekarang ini. Dimana biasanya ada tamu yang datang untuk menggunakan jasa travel, namun kini tidak ada sama sekali.

“Kalau tahun 2018 lalu walaupun masa low season di awal tahun, tapi kita masih ada tamu. Tapi sekarang ini tamu sama sekali tidak ada yang dating dan ini merugikan kami di jasa travel,” jelasnya.

Kondisi ini, diakuinya tidak mengenakan dengan tingginya harga tiket pesawat untuk rute domestik dan adanya kebijakan bagasi berbayar cenderung mencekik. Tak hanya itu saja, saat ini akan ada lagi maskapai penerbang yang akan memberlakukan bagasi berbayar, sebelumnya terjadi pada maskapai Lion Air kini diikuti oleh maskapai Citilink dan lainnya.  

Kenaikan harga tiket dan pemberlakuan bagasi berbayar, lanjut Haris sangat dirasakan seluruh elemen masyarakat, tak terkecuali pelaku usaha. Dimana, pemerintah tengah berupaya membangkitkan pariwisata NTB pascagempa, tapi justru kebijakan sekarang ini justru lebih menghantam dan membuat semakin terpuruk industri pariwisata.  Hal ini juga semakin memperburuk kondisi ekonomi NTB, karena sebagian besar pelaku usaha dan industri jasa transportasi dan akomodasi termasuk perhotelan dan perajin serta UMKM sangat bergantung banyak dengan kunjungan wisatawan.

BACA JUGA: Hotel Santosa Tutup, Karyawan Terancam Tanpa Pesangon

Tak hanya itu saja, Lombok juga saat ini tengah dalam masa pemulihan pascagempa bumi beberapa waktu lalu. Seharusnya itu bisa ditopang oleh kebijakan yang pro terhadap program tersebut, tapi justru yang terjadi sebaliknya. Padahal, maskapai penerbangan menjadi salah satu pendukung penting untuk memobilisasi wisatawan, namun menghadirkan kebijakkan kontra dengan pengembangan pariwisata.

Sementara itu hal yang sama dirasakan oleh pihak hotel, salah satunya hotel dan resort di kawasan wisata Senggigi Lombok Barat. Hal ini dirasakan dengan banyaknya pembatalan penerbangan, mengakibatkan tingkat okupansi menurun, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan hotel.

“Saat ini okupansi hotel tidak terlalu bagus mengingat adanya pembatalan flight, harga tiket naik dan ditambah bagasi berbayar, “ kata Assistant Marketing Communications Manager Sheraton Senggigi Beach Resort Mayang Kristi.

Sebelumnya General Manajer PT Angkasa Pura I Cabang Lombok International Airport (LIA) Nugroho Jati mengatakan saat ini beberapa maskapai pernerbangan telah melakukan pembatalan. Hal ini dipicu karena low season bagi semua maksapai dan pasar yang kurang, disebabkan harga tiket dan kebijakan bagasi berbayar.

“Untuk di Lombok saja satu hari yang cancel bisa sampai 40 flight,” kata Nugroho.

Sekda NTB H. Rosiady Sayuti juga menyampaikan hal yang sama. “ Memang, yang jadi masalah kita hari ini adalah penerbangan. Di situ sudah harga tiketnya sangat-sangat mahal. Ditambah lagi ada tambahan tarif biaya bagasi bagi para penumpangnya,” ungkap Rosiady kemarin (29/1).

Menurut Sekda, dirinya melihat langsung calon penumpang yang komplain tentang penerapan biaya bagi bagasi. Rosiady menilai, kondisi ini akan berdampak buruk bagi rencana wisatawan untuk berlibur ke Lombok. 

Adanya aturan bagasi berbayar juga akan mempengaruhi penjualan oleh-oleh dan kerajinan tangan khas Lombok. “Artinya, semuanya jelas kemahalan. Harga tiket pesawat jelas jadi pengaruh. Sekarang low season, yang biasanya memang sepi. Ya jadi tambah sepi lagi saat ini,” ucap Rosiady.

Oleh karena itu, Sekda menugasi Dinas Pariwisata NTB agar secepatnya berkomunikasi dengan manajemen maskapai. Terutama untuk menurunkan harga tiket pesawat tujuan ke Lombok dan persoalan tentang bagasi.  

Tingginya harga tiket pesawat, akan berpengaruh terhadap berbagai penyelenggaraan pagelaran wisata. Padahal, tujuan kegiatan-kegiatan tersebut untuk menarik perhatian wisatawan. “Kita harus bekerja, Pak Kadis Pariwisata bisa komunikasi ke maskapai untuk harga tiket pesawat,” pintanya. 

Secara khusus, Rosiady meminta juga kepada manajemen maskapai agar bisa memberikan harga tiket pesawat ke Lombok yang lebih terjangkau untuk menarik minat wisatawan. Apalagi dengan kondisi pasca bencana gempa beberapa waktu lalu. 

Pulau Lombok, kata Rosiady, tidak bisa disamakan dengan daerah lain. Mengingat, saat ini masih dalam masa pemulihan pasca gempa. “Kita tidak bisa berdiam diri, kita harus mendorong maskapai agar ada kebijakan khusus bagi daerah kita, karena masih dalam pemulihan akibat bencana,” katanya. 

BACA JUGA: Sepi Pengunjung, Pelaku Wisata Senaru Rugi

Sebagai alternatif solusi, saat ini Pemprov NTB tengah merancang surat Gubernur NTB kepada seluruh maskapai yang melayani trayek ke NTB. Surat tersebut isinya meminta agar pihak maskapai bisa menurunkan harga tiket demi pemulihan kondisi NTB pasca bencana gempa. 

Pemprov sendiri berkeinginan mengubah low season saat ini menjadi middle target dengan proyeksi wisman bisa diraih mencapai 40-50 persen wisatawan. “Surat yang akan kita kirimkan ini bersifat kekhususan harga tiket. Termasuk, bagaimana pihak Lion Air juga tidak mengenakan biaya bagasi bagi para penumpang yang berpergian ke NTB,” tutup Rosiady Sayuti.(cr-dev/zwr)