BI NTB Optimis Laju Inflasi Terkendali

Kepala Perwakilan BI NTB Berry Afriansyah Harahap

MATARAM – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB Berry Afriansyah Harahap optimis inflasi NTB hingga akhir Desember 2023 masih dalam rentang yang aman, yakni di bawah rata-rata nasional. Kendati demikian, BI NTB bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB tetap mengupayakan pengendalian laju inflasi NTB di bawah angka 31.

“BI bersama TPID akan terus melakukan berbagai upaya untuk pengendalian inflasi, salah satunya adalah gencarkan operasi pasar murah bahan pokok, seperti beras dan telur ayam dan lainnya,” kata Berry A Harahap, Selasa (14/11).

Berry menjelaskan, bahwa pada Oktober 2023, inflasi terutama terjadi di Kota Mataram sebesar 0,42% mtm, Kota Bima mengalami deflasi sebesar -0,11% mtm. Berdasarkan komoditasnya, inflasi yang terjadi terutama didorong oleh kenaikan inflasi kelompok transportasi sejalan dengan kenaikan tarif angkutan udara dan penyesuaian harga bensin. Sementara itu, dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga tercatat menyumbang inflasi seiring dengan kenaikan harga beras dan cabai rawit. Di sisi lain, inflasi lebih tinggi cenderung tertahan oleh penurunan harga komoditas perikanan, seperti tongkol diawetkan, ikan tongkol, ikan layang, dan cumi-cumi, serta telur ayam ras.

Baca Juga :  BI NTB Dorong Transaksi Digital Berbasis QRIS di WSBK Mandalika 2023

Berdasarkan pemantauan selama tahun 2022-2023, diketahui bahwa beberapa komoditas pangan terpantau persisten menyumbang inflasi, diantaranya telur ayam ras, tomat, minyak goreng, daging ayam ras, bawang merah, beras, cabai rawit, bawang putih, dan sebagainya. Meski mayoritas dari komoditas tersebut tekanan inflasinya cenderung menurun dari tahun sebelumnya, masih terdapat beberapa komoditas yang tercatat mengalami kenaikan tekanan inflasi bulanan, seperti beras dan cabai rawit.

‘Hal ini tentunya patut untuk kita waspadai mengingat beras memiliki bobot yang tinggi, (4,13%),” kedepannya,” kata Berry.

Lebih lanjut Berry memaparkan, bahwa berdasarkan data PIHPS, pada awal November beberapa harga komoditas pangan khususnya hortikultura mulai mengalami kenaikan, antara lain cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Beberapa faktor yang memengaruhi kenaikan tersebut, antara lain didorong oleh telah berakhirnya puncak masa panen dan mulai masuknya musim hujan yang berpotensi memengaruhi produksinya. Di sisi lain, beberapa komoditas pangan utama lainnya tercatat mengalami penurunan, seperti daging dan telur ayam yang ditopang oleh tingginya pasokan di pasar, termasuk penurunan harga minyak goreng dari distributor.

Baca Juga :  FEBI UIN Mataram Gandeng BI NTB Sukseskan Pertemuan ICFBB di NTB

Berdasarkan pemantauan harga beras pada PIHPS nasional di NTB maupun di beberapa provinsi lainnya menunjukkan bahwa tren kenaikan harga beras terjadi pada bulan September 2023 seiring dengan kenaikan harga HET beras sesuai dengan Zona 1 : beras medium Rp10.900 dan beras premium Rp13.900.

Secara khusus, beras kualitas medium di NTB telah berada di bawah HET dan beberapa Provinsi lainnya. Sementara itu, untuk beras kualitas Premium, harga di Provinsi NTB masih sedikit di atas HET dan kondisi ini turut terjadi di beberapa Provinsi lainnya.

“Seiring dengan kondisi tersebut, optimalisasi penyaluran Beras SPHP masih perlu dilakukan monitoring lebih lanjut serta dapat difokuskan untuk dilakukan di titik pasar tradisional strategis,” pungkasnya. (luk)

Komentar Anda