Anak Penjual Nasi dan Peraih Medali Perak KSM Fisika Pontianak Kalbar

PRESTASI: Peraih medali perak KSM Fisika di Pontianak Kalbar, Zul Jalal Hadi berpose bersama kepala sekolahnya, H. Lalu Syauki MS (NASRI/RADAR LOMBOK)

Ajang Kompetensi Sains Madrasah (KSM) tingkat nasional  menjadi momen istimewa bagi Zul Jalal Hadi. Di ajang ini, ia berhasil mengharumkan nama NTB.

 

 



NASRI BOEDJANA-MATARAM



MEMBANGGAKAN! Itulah apresiasi yang pantas diterima sosok Zul Jalal Hadi. Dalam ajang Komptensi Sains Madrasah (KSM)  tingkat nasional yang diselenggarakan di Pontianak, Kalimantan Barat, ia berhasil membawa pulang medali perak.

Siswa MAN 2 Mataram yang kini duduk di kelas XII ini mengikuti KSM di pulau Borne, Agustus lalu. Di ajang itu, ia berkompetisi ketat menghadapi perwakilan pelajar dari semua provinsi di Indonesia.

“Sangat berat membawa nama daerah. Dan saya terus berusaha agar bisa menang di ajang itu,” ungkapnya, Kamis (10/11).

Di tengah perjuangan dan usaha kerasnya membawa nama daerah, jelasnya, ia kandas dengan hanya meraih medali perak. Ia gagal sebagai kampiun utama dengan meraih medali emas lantaran harus mengakui kehebatan pelajar dari MAN 3 Malang, Jawa Timur. Sementara duduk sebagai peraih medali perunggu yakni, pelajar dari MAN 4 Jakarta.

Di kompetisi bidang fisika ini, jelasnya, kemampuan pelajar dari madrasah-madrasah seantero tanah air cukup hebat. Tidak sedikit dari mereka yang memilki tingkat intelegensi yang memukau.

Prestasi yang diraihnya ini diharapkan bisa menular kepada rekan-rekannya di MAN 2Mataram. Ia berharap, semua pelajar di madrasah ini bisa mengharumkan nama daerah.

Dibalik sukses prestasi yang diraih Zul Jalal Hadi, tidak disangka jika ia merupakan anak yang terlahir dari keluarga sangat sederhana. Sehari-hari ia menempuh perjalanan ke sekolahnya hanya dengan mengayuh sepeda butut.

“Tapi saya tidak malu meskipun semua teman-teman saya sudah membawa sepeda motor,” ungkapnya.

Meski masih menggunakan sepeda butut, Zul (panggilan akrabnya,) tak sedikit pun menuntut lebih kepada orangtuanya. Alih-alih dibelikan fasilitas seperti sepeda motor layaknya rekan-rekannya, ia justru memilih untuk membanggakan orangtuanya dengan prestasi.

Terhadap Radar Lombok, Zul pun bercerita lebih mendalam, dari hati ke hati. Ia menuturkan, ia tidak pernah menuntut lebih lantaran ibunya hanya seorang penjual nasi bungkus. Sementara ayahnya seorang buruh lepas yang bekerja serabutan.

Remaj kelahiran Sekarbela, Mataram ini mengaku sadar betul dengan kondisi ekonomi keluarganya. Lantaran itu, ia pantang menuntut hal macam-macama, apalagi sampai membuat orangtuanya merasa berat dengan permintaannya. “saya tidak ingin menjadi beban mereka. Saya ingin menjadi bagian yang dibanggakan di keluarga saya,” ungkapnya. (*)

Komentar Anda