Januari, Penjualan Kendaraan Bermotor Masih Lesu

Pajak Kendaraan Bermotor
Kepala Bappenda NTB H Iswandi didampingi Sekretaris Bappenda NTB Hj Eva Dewiyani dan Kepala Bidang Pajak Daerah Bappenda NTB Mohammad Husni.

Berdampak Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak Daerah

MATARAM – Kondisi perekonomian NTB di awal tahun 2020 ini belum menunjukan pergerakan yang baik. Hal tersebut disebabkan daya beli masyarakat yang masih lesu. Kondisi daya beli masyarakat kurang bagus ini terlihat dari penjualan kendaraan bermotor di Januari 2020 justru minus jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2019 lalu.

Berdasarkan data Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (Bappenda) Provinsi NTB, bahwa di Januari 2020, kendaraan baru yang melakukan pendaftaran mengalami penurunan secara kumulatif 2.155 unit dengan rincian 2.108 unit kendaraan roda dua (R2) dan (R3) dan 47 unit untuk kendaraan roda empat (R4).

Penurunan ini berpengaruh pada penurunan Pendapatan Daerah yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor . Penurunan  Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) sebesar Rp 361.445.727 sedangkan BBNKB Rp 2.709.508.097,” papar Kepala Bappenda Provinsi NTB Dr H Iswandi didampingi Sekretaris Bappenda NTB Hj Eva Dewiyani dan Kepala Bidang Pajak Daerah Bappenda NTB Mohammad Husni.

Baca Juga :  Bappenda NTB Gelar Uji Publik Ranperda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Iswandi menjelaskan, penurunan jumlah pendaftaran kendaraan baru pada Januari 2020 ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti menurunnya daya beli masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi awal tahun ini dapat dikatakan melambat yang tercermin dari menurunnya  daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Berdasarkan informasi dari beberap dealer terbukti permintaan mengalami penurunan.

Menurunnya daya beli masyarakat setidaknya disebabkan dua faktor. Pertama, kurangnya daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah karena biaya hidup semakin tinggi. Penghasilan masyarakat kelas menengah ke bawah  yang biasanya dapat digunakan untuk membeli barang selain kebutuhan pokok atau untuk membeli sepeda motor, saat ini beralih ke biaya hidup pokok yang dirasakan meningkat.

Berdasarkan fakta yang terjadi, bahwa kelas menengah ke bawah jumlahnya cukup tinggi dan kelompok ini merupakan konsumen kendaraan bermotor R2 yang memiliki kecendrungan membeli kendaraan dari jenis roda 2. Faktor kedua adalah, menurunnya kebutuhan kelas menengah ke atas yang merupakan konsumen kendaraan Roda 4, memiliki kecenderungan menginvestasikan dananya di Bank atau dalam bentuk lain.

Baca Juga :  1 Juli, E-Samsat Autodebet ASN Pemprov NTB Mulai Berlaku

“Masyarakat masih menunggu kendaraan tahun rakitan terbaru dengan jenis atau varian baru yang akan dikeluarkan oleh para ATPM,” jelasnya.

Menurunnya permintaan kendaraan niaga seperti Pick UP, Truck, Box dan sejenisnya disebabkan peluang bisnis untuk usaha angkutan barang di awal tahun masih belum terbuka, dimana para pengusaha masih menunggu peluang-peluang usaha/proyek yang didukung oleh kendaraan niaga ini sehingga pembeliannya rendah.

Sedangkan jumlah kendaraan obyek baru dari mutasi masuk luar daerah antara 2019 dan 2020 mengalami penurunan walaupun tidak signifikan sebesar 3 obyek, yaitu 780 obyek pada tahun 2019 menjadi 777 obyek pada tahun 2020. Jumlah kendaraan dari mutasi masuk akan mengikuti bulan jatuh tempo.

“Biasanya pemilik kendaraan luar daerah akan melakukan cabut berkas di daerah asal sebulan atau dua bulan sebelum jatuh tempo pajak,” ujarnya. (luk)

Komentar Anda