NTB Predikat Lumbung Pangan Nasional Mulai Goyah

STOK BERAS : Tampak stok beras di gudang Bulog yang mulai menipis.(DOK/RADAR LOMBOK) 

MATARAM – Predikat lumbung pangan bagi NTB mulai goyah. Bagaimana tidak, stok beras di gudang Bulog nyatanya kian menipis. Tercatat sejak 1 November angkanya sudah menyentuh 19 ribu ton. Jumlah ini dinilai hanya cukup bertahan hingga Februari 2024 mendatang.

“Perkiraan cukup sampai Februari 2024 saja,” kata Pirmapinan Wilayah Bulog NTB David Susanto, Kamis (16/11).

Perhitungan ini menyesuaikan perkiraan panen raya pada Februari mendatang. Hanya saja, ada prediksi lain dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), yang menyebut jadwal panen raya akan mundur, yang dari biasanya panen pada Februariakan mundur menjadi Maret-April.

Kata David, meskipun di NTB setiap bulan selalu ada panen padi, namun jumlah produksi yang dihasilkan tidak bisa dipastikan, sehingga diperkirakan kekurangan tersebut akan terjadi setelah bulan Februari nanti.

Karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan stok beras, idealnya pada Desember nanti ada beras dari luar daerah yang masuk ke NTB. Lokasi pengiriman estimasi wilayah terdekat dari Jawa Timur. Karena untuk menyangga ketersediaan beras Januari dan seterusnya.

“Jadi di bulan-bulan itu seperti Maret akan ada minim stok atau kekurangan dari Bulog untuk kebutuhan,” terangnya.

Ditambah lagi adanya kebutuhan program penyaluran beras ke masyarakat. Menteri Perekonomian menyebutkan bahwa bantuan pangan akan dilakukan pada Desember nanti, yang diperkirakan membutuhkan sekitar 8.500 ton. Ini otomatis mengurangi pasokan beras pada Bulog.

“Kayaknya tidak ada opsi lain. Soalnya kalau tidak ada tambahan dari luar daerah, kita tidak ada stok untuk penyaluran SPHP,” tandasnya.

Menurut David, perkiraan ideal untuk datangnya beras dari luar daerah sesuai kebutuhan yang didatangkan 15 sampai 17 ribu ton secara bertahap, ditujukan untuk bantuan pangan SPHP.

Hal ini sama sekali tidak membuat marwah NTB sebagai lumbung beras lemah. NTB akan tetap menjadi daerah yang kuat untuk cadangan pangan yang kuat.

“Saya tegaskan, ini tidak akan mengganggu komitmen bulog untuk menyerap beras dari petani. Itu yang utama bagi kami,” tegasnya.

Kepala Dinas Perdagangan NTB Baiq Nelly Yuniarti mengatakan stok beras Bulog menjadi acuan pemerintah untuk saat ini, terlepas stok dari beberapa distributor. Stok ini diperkirakan cukup sampai akhir tahun nanti.

Merespon perihal beras petani yang memasang harga tinggi dari HPP Bulog, Nelly mengatakan agar petani juga memperhatikan ketersediaan beras daerah. Itu dikendalikan dengan Peraturan Gubernur (Pergub) NTB nomor 38 tahun 2023.

“Petani harus tersenyum, tapi jangan juga membuat konsumen menangis. Walaupun di luar itu berani bayar mahal, ayo kita isi dulu kantong kita,” kata Nelly.

Sesuai HPP gabah dari petani ke Bulog sebesar Rp5.100 sudah ada pertimbangan keuntungan yang diperhitungkan pemerintah. Namun dalam hal ini pemerintah juga tidak bisa melarang petani untuk mendapatkan keuntungan lebih dari itu.

“Boleh saja, tapi perhatikan dulu kebutuhan daerah. Jadi nanti petani jangan salahkan pemerintah kalau harganya ambruk karena masuk beras dari luar. Jadi ayo kita kerja sama,” tegasnya. (rie)

Komentar Anda