Lem Birahi Ciptaan Warga Lombok Utara Ini Mampu Atasi Lalat Buah

Serangan hama pada tanaman buah dan sayur, sering kali mengakibatkan kerugian bagi para petani. Itu lantaran hasil panen kurang maksimal, bahkan ada yang sampai mengalami gagal panen, sehingga petani rugi secara finansial.

BERANGKAT dari rasa keprihatinan terhadap kondisi petani di KLU, yang sering mengalami gagal panen akibat serangan lalat buah, menjadi motivasi salah satu petani asal Kembang Kaoq, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara (KLU), bernama Nana Namara A.Md, yang mulai mengembangkan inovasi perangkap lalat buah.

Inovasi perangkap lalat buah ini disebut “Lem Birahi”, yang digunakan untuk mengatasi serangan hama lalat buah, terutama pada tanaman sayur dan buah-buahan. Bahkan inovasi perangkap lalat buah yang sudah diciptakan Nana ini masuk 10 besar dalam kegiatan Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara (GTTGN) XXIV Tahun 2023 yang dilaksanakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI di Provinsi Lampung.

Acara Gelar Teknologi Tepat Guna Nusantara itu merupakan upaya Kemendes PDTT untuk menggenjot inovasi dan teknologi yang lahir dari desa. Hal ini lantaran inovasi dan teknologi diyakini menjadi faktor percepatan kemajuan desa. “Lem Birahi ini lem perangkap hama lalat buah jantan. Lem ini nantinya bisa memutus siklus hidup hama lalat buah pada tanaman,” kata Nana, saat ditemui di Rumah Produksinya di KLU.

Nana menjelaskan lalat buah betina adalah salah satu hama yang berpengaruh besar dalam tanaman sayur-sayuran maupun buah-buahan. Lalat buah betina menyuntikkan telurnya ke dalam daging buah atau sayur saat telur menetas. Larvanya akan memakan buah sehingga menyebabkan buah atau tanaman membusuk atau rontok sebelum panen.

Sementara penggunaan peptisida kimia pada tanaman dapat meninggalkan efek residu bahan kimia pada hasil pertanian dan tidak baik untuk kesehatan. Selain itu aplikasi pestisida kimia secara kontinu juga dapat menyebabkan resistensi hama, resurgensi hama, dan pencemaran lingkungan.

“Paling penting biaya operasional penyemprotan lalat buah mahal. Sekali penyemprotan bisa mencapai Rp 1 juta lebih itu,” kata Nana.

Karena itu, Nana mulai melakukan observasi dan mencari solusi dengan menciptakan sebuah inovasi penangkal lalat buah yang efektif dan ekonomis untuk membantu petani mencapai hasil panen yang baik dan berkualitas, yakni Lem Birahi.

Lem Birahi ini diciptakan Nana untuk mengendalikan hama lalat buah dengan memperhatikan prinsip aman konsumsi terhadap produk yang dihasilkan dengan kelestarian tetap terjaga. Terutama bagi KLU yang dikenal sebagai daerah penghasil buah-buahan berkualitas.

“Kalau dulu pakai air tapi air itu tidak diganti meninggalkan residu dan jadi sarang nyamuk malaria. Saya berpikir bagaimana ini dicampur dengan lem. Lem dari latek ini diformulasikan dengan ekstrak tanaman selasih. Hasilnya Lem Birahi ini mampu mengurangi lalat buah sampe 80 persen daripada penggunaan peptisida,” terangnya.

Sebelum akhirnya berhasil mengembangkan inovasi Lem Birahi. Tentunya Nana sudah mengalami kegagalan berkali-kali dalam observasinya. Terutama dalam memilih bahan untuk formulasi lem yang akan dibuat memakan waktu hampir satu tahun lamanya. Baru kemudian ditemukan formulasi yang pas yakni menggunakan latek sebagai bahan pembuatan Lem Birahi.

“Percobaannya sudah lama, dari tahun 2011. Kemudian berhenti karena tidak menemukan formulasi yang tepat. Tapi belakangan tahun 2020 mulai membuat formulasi Lem Birahi lagi. Dan tahun ini bisa ikut TTG mewakili NTB di nasional, dan alhamdulilalh masuk 10 besar,” ujarnya bangga.

Penggunaan Lem Birahi ini cukup mudah. Petani hanya cukup mengolesi Lem Birahi pada media kertas atau bambu yang telah disiapkan. Kemudian menggantung kertas atau bambu itu pada tanaman sayur atau pohon durian, manggis, mangga dan lainnya yang sedang berbuah.

Nantinya lalat buah betina akan hinggap dan mati diatas kertas yang diolesi Lem Birahi.

“Nanti lalat buah baru 15 menit sudah ratusan yang nempel. Lem Birahi ini kalau kena air semakin lengket kalau kena panas malah mencair,” ujarnya.

Manfaat Lem Birahi ini cukup bagus. Pasalnya sebelum menggunakan Lem Birahi, produksi buah mangga miliknya hanya dihargai sebesar Rp 200 ribu per pohon. Tapi setelah menggunakan Lem Birahi sebagai penangkal lalat buah, produksi buah mangganya semakin meningkat dan tembus Rp 1 juta per pohonnya.

Artinya kualitas produksi buah yang dihasilkan bisa mencapai 90 persen dibandingkan penggunaan pestisida kimia. “Begitu juga dengan pohon cokelat. Sekarang matangnya lebih serempak. Kalaupun ada buah yang rusak, paling hanya 10 persen. Mangga yang busuk, dalam 1 ember paling sekarang empat biji saja,” ujarnya.

Hanya saja, karena sifat Lem Birahi yang cepat menguap. Maka produksi Lem Birahi akan menyesuaikan dengan permintaan para petani. Tertinggi adalah saat musim panen durian dan buah mangga. Permintaan bisa mencapai ratusan botol per bulan.

Sementara untuk sehari-hari pihaknya lebih banyak memasok pada kelompok petani cokelat. “Rata-rata perbulan ini produksi hanya 100 botol. Untuk kemasan 100 ml harganya Rp 60 ribu per botol. Dan kemasan 60 mil harganya Rp 35 ribu per botol,” ucapnya.

Pihaknya berharap supaya pemerintah dapat membantunya dalam proses pembuatan hak cipta. Apalagi inovasi diciptakan Nana ini sudah diakui pusat sebagai karya unggulan dari KLU, dan NTB pada umumnya. “Jangan hanya diakui dan diberikan piagam saja. Kami tidak butuh apapun. Kami akan berterima kasih kalau ada yang bantu pembuatan hak cipta. Ada kewajiban juga, terutama dari perindustrian,” ujarnya.

Terpisah, Kabid Sarana Prasarana Desa dan Usaha Ekonomi Masyarakat ( SAPRAS dan UEM) Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintahan Desa dan Dukcapil (DPMPD DUKCAPIL) NTB, M Irpan Dilaga mengapresiasi inovasi Lem Birahi yang dikembangkan Nana, hingga berhasil membawa NTB masuk besar dalam ajang TTG 2023.

“Inovasi Pak Nana ini inovasi akar rumput yang perlu kita angkat untuk dimasyarakatkan ke semua pihak, terutama kepada pengguna seperti para petani di kawasan perkebunan dan sebagainya. Mungkin dukungan kita nanti dalam bentuk program pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil inovasi masyarakat,” pungkasnya. (BUDI RATNASARI)

Komentar Anda