Kerajinan Tikar “Mendong Paok Pondong” yang Nyaris Punah

Kalah Saing dengan Tikar Plastik

Kerajinan-Tikar
TIKAR : Salah satu perajin tikar mendong Dusun Paok Pondong Daya Kecamatan Lenek Lombok Timur sedang bekerja menyelesaikan tikar pesanan pembeli. (Ali/Radar Lombok)

Daerah ini kaya dengan kerajinan hasil kreativitas tangan warganya. Salah satunya kerajinan tikar Mendong. Sentra kerajinan tikar mendong ini ada di Dusun Paok Pondong Desa Lenek Kecamatan Lenek Lombok Timur. Kerajinan turun-temurun ini terancam punah, kalah oleh tikar berbahan plastik.


ALI MA’SHUM-LOMBOK TIMUR


Lokasi Dusun Paok Pondong tidak sulit ditemukan. Letaknya berada di Selatan Puskesmas Lenek kurang lebih 400 meter. Sampai sudah di Dusun Paok Pondong, para perajin tikar bisa langsung ditemukan. Di salah satu rumah misalnya, ada beberapa ibu yang tengah bekerja bersama. Sambil ngobrol ringan, mereka cekatan memilah rumput mendong. Kaki mereka ikut memainkan alat tenun.

Rumput mendong bentuknya seperti jerami. Rumput yang sudah dikeringkan akan dijadikan bahan membuat tikar. Kerajinan mendong diakui berlangsung turun temurun. “Saya lahir kerajinan ini sudah ada. Ini sudah berlangsung sejak buyut saya ada,” ungkap Inaq Suhandi, salah satu perajin tikar kepada Radar Lombok kemarin.

BACA JUGA: Mengenal Produk Pipet Bambu Produksi KWT Insan Mandiri

Menurutnya, tidak sulit untuk membuat tikar mendong. Minimal satu tikar mendong bisa ia selesaikan sehari. “Teragantung ketekunan saja. Kalau tidak ada kesibukan lain, bisa dua atau tiga tikar selesai sehari,” katanya.

Baca Juga :  Sempat Berjaya, Kini Sepi Pembeli

Harga tikar mendong ini tidak sebanding dengan jerih payah perajin. Tikar ukuran 1 meter x 2 meter dijual antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Selain dijual ke beberapa kampung, tikar dibeli langsung oleh pemborong. “ Biasanya ada juga saudagar (pemborong) yang datang ke sini membeli,” ungkapnya.

Perajin mengaku kesulitan membeli bahan. Karena kesulitan modal, bahan biasanya ditanggung oleh saudagar (pemborong). Meski rumput mendong cukup banyak di warga sekitar, harganya tetap mahal. Rumput mendong dijual borongan. “Kalau tidak ada saudagar kita kesulitan mencari bahan. Harga mendong satu are itu bisa Rp 200 ribu. Kalau bagus biasanya Rp 400 ribu. Tentu kami sangat kesulitan. Sedangkan harga tikarnya sulit naik,” terangnya.

Meski sudah dijual ke luar daerah seperti Jawa, Bali dan Sumbawa, kini tikar mendong kesulitan pembeli. Karena banyaknya masyarakat yang berpaling ke tikar plastik. “Kita kalah saing dengan tikar plastik. Padahal tikar mendong itu lebih unggul. Tikar mendong itu lebih dingin dan adem kalau dipakai ketimbang plastik,” jelasnya.

Baca Juga :  Kerajinan Ketak Tas Raisa Tembus Pasar Eropa

BACA JUGA: Lebih Dekat dengan Produksi Tuak Manis Bubuk Petani Aren Loteng

Dengan keadaan ini, perajin minta perhatian pemerintah. Bantuan pemerintah sangat ditunggu. Setidaknya untuk modal. Perajin khawatir kerajinan mendong akan punah karena kesulitan modal dan kalah bersaing.”Artinya bantuan itu kita pakai untuk modal sendiri. Tidak hanya mengandalkan modal dari saudagar,” pinta Inaq Tuti, perajin lainnya.

Saat ini ada ratusan perajin mendong di Paok Pondong. Kerajinan ini turun temurun dari leluhur. Perajin terkendala dengan pemasaran. Idealnya, harus ada relasi baru dan dukungan dari pemerintah untuk promosi. Karena saat ini masih menggunakan pola tradisional. Mulai dari pembuatan hingga pemasaran.

“ Peran pemerintah sangat dibutuhkan. Walaupun ada event pameran setiap tahun. Kami selalu hadir. Tapi setelah itu tidak ada tindak lanjutnya. Bisa dibilang kerajinan mendong ini nyaris punah. Karena harganya murah dan kesulitan bersaing. Ada banyak juga warga yang memilih pekerjaan lain,” kata Suardi, Kades Lenek.(*)

Komentar Anda