Kemarau Panjang, 345 Desa di NTB Kekeringan

DISTRIBUSI AIR BERSIH: Tagana Dinsos Provinsi NTB bersama Tagana Kabupaten saat melakukan pendistribusian air bersih kepada warga yang kekeringan di Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU). (IST/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB melaporkan sampai dengan 16 Oktober 2023, sebanyak 6 Kabupaten/Kota di NTB telah menetapkan status siaga darurat kekeringan, dan 3 Kabupaten telah menetapkan status tanggap darurat tahun 2023.

“Sebanyak 9 Kabupaten/Kota di Provinsi NTB sudah melaporkan terjadinya bencana kekeringan, dengan total terdampak sementara 73 Kecamatan, 345 Desa, 164.700 KK dan 578.839 jiwa,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD NTB, Ahmadi di Mataram, Senin (16/10).

Adapun ke 6 Kabupaten/Kota di NTB yang berstatus siaga darurat kekeringan antara lain, Kabupaten Lombok Utara dengan 4 Kecamatan dan 10 desa terdampak. Rinciannya 4.669 kepala keluarga (KK) dan 13.873 jiwa. Berikutnya Kabupaten Lombok Barat, sebanyak 5 Kecamatan, 16 desa, 4.499 KK dan 17.994 jiwa.

Kemudian daerah yang juga menetapkan status siaga darurat kekeringan adalah Lombok Tengah, ada 8 Kecamatan, 82 desa, 69.294 KK, serta 273.622 jiwa. Selanjutnya Kabupaten Dompu, sekitar 8 Kecamatan dan 81 desa, 17.490 KK dan 70.024 jiwa yang terdampak kekeringan. Kabupaten Bima sebanyak 11 Kecamatan, 37 Desa, dengan 5.001 KK dan 22.208 jiwa. Kota bima ada sekitar 5 Kecamatan, 12 Desa, 6.683 KK serta 21.103 jiwa.

Sementara tiga daerah yang ditetapkan tanggap darurat kekeringan yakni Lombok Timur. Rinciannya 13 Kecamatan, 64 Desa, 40.943 KK dan 97.375 jiwa terdampak kekeringan. Lalu Sumbawa Barat ada 4 Kecamatan, 11 Desan, 1.503 KK dan 4.509 jiwa. Berikutnya Kabupaten Sumbawa dengan 15 Kecamatan, 32 Desa, 14.619 KK dan 58.131 jiwa.

Hari Tanpa Hujan (HTH) terpanjang tercatat di pos hujan Asakota Kolo, Kota Bima selama 164 hari tanpa hujan. Pada dasarian II Oktober 2023 (11-20 Oktober 2023) diprakirakan peluang terjadinya hujan sangat rendah. Diperkirakan curah hujan dengan intensitas >20 mm/dasarian memiliki probabilitas kejadian <10% yang merata di seluruh wilayah NTB kecuali di sebagian wilayah Kota Mataram dan Kab. Lombok Barat memiliki probabilitas 10-20 persen.

Baca Juga :  Hukuman Tiga Mantan Pejabat ESDM Diperberat

Pada periode puncak musim kemarau tahun ini, masyarakat NTB dihimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.

“Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan,” ungkapnya.

Untuk penanganan dampak kemarau panjang ini, Pemerintah Provinsi NTB juga telah melaksanakan shalat Istisqa’ atau shalat minta hujan yang berlangsung di halaman Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Senin (16/10).

Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi NTB, Drs. H. Fathurrahman, M.Si mengatakan bahwa kegiatan sholat istisqa’ sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar diturunkan hujan. Pasalnya saat ini NTB sudah memasuki periode musim kemarau.

“Alhamdulillah, kita sudah melaksanakan sholat istisqa’ adalah sholat melakukan permohonan kepada Allah agar diberikan hujan,” Ungkap Asisten I Setda NTB itu usai melaksanakan Shalat Istisqa’ di Kantor Gubernur.

Pj Sekda berharap agar kegiatan yang dilaksanakan pemerintah Provinsi dapat diikuti oleh pemerintah kabupaten kota dan seluruh masyarakat sampai ke desa. “Semoga Allah SWT menghindarkan kita dari seluruh bencana termasuk bencana kekeringan dan sebagainya,” ucapnya.

Baca Juga :  Termahal Ketiga di Indonesia, Biaya Haji NTB Tembus Rp 58 Juta

Pj Sekda juga menjelaskan bahwa dampak musim kemarau terus diantisipasi salah satunya melakukan pembagian air pada beberapa titik. “Dampak musim kemarau sudah kita antisipasi, beberapa dari pemerintah provinsi terus survive melakukan pembagian air di beberapa titik,” tuturnya.

Sedangkan Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi NTB, Dr Najamuddin Amy, menambahkan bahwa Shalat Istisqa’ menjadi pilihan utama untuk memohon perlinfungan dan pertolongan Allah SWT.

“Sholat Istisqa’ menjadi pilihan utama kita memohon perlindungan dan pertolongan Allah SWT, Insya Allah akan dimudahkan,” tutur Doktor Najam.

Terlebih Sholat Istisqa adalah sholat yang sangat dianjurkan dalam rangka memohon kepada Allah ketika menghadapi kekeringan atau sumber mata air sudah lama mengering.

Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Mataram, Kun Andrasto, S.Pd mengucapkan terima kasih kepada Pemprov NTB karena diadakannya Shalat Istisqa’ mengingat musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga dengan melaksanakan istisqa’ atau memohon diturunkan hujan.

“Musim kemarau yang lumayan panjang, banyak sumur yang kering, lahan kering dan tentunya kami dari SMAN 1 Mataram juga akan ikut serta melakukan Shalat Istisqa,” jelasnya.

Pada kegiatan sholat istisqa’ turut menjadi Khatib yakni Dr. TGH. Salimul Jihad, MA dan Imam yakni TGH. Ibrahim Luqman, Diikuti oleh seluruh karyawan karyawati ASN Pemprov NTB, Siswa-siswi SMA/SMK/MAN se-NTB, dan Pemerintah Kota Mataram. (rat)

Komentar Anda