Disdag Ungkap Penyebab Harga Beras Mahal

PANEN PADI: Para petani di Dusun Bagek Longgek, Desa Batuyang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, ketika sedang melaukan panen padi di sawah. (RATNA/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Baiq Nelly Yuniarti mengungkap penyebab kenaikan harga beras di pasaran. Ia menyebutkan, perkembangan harga beras mulai di tingkat produsen memang terus menunjukkan tren peningkatan.

Rata-rata harga beras medium di NTB sekitar Rp 10.900 per kilogram untuk beras Bulog. Adapun beras medium lokal sudah diangka Rp 11.833 per kilogram, dan beras medium C4 seharga Rp 13.000 per kilogram. Sedangkan beras premium sudah tembus di harga Rp 14.000 per kilogram. “Provinsi NTB merupakan salah satu dari banyak daerah yang mengalami kenaikan harga beras,” kata Nelly, Ahad (10/9).

Nelly menjelaskan, kenaikan harga beras tersebut dipicu oleh terjadinya kekeringan di Lombok akibat fenomena El Nino. Pasalnya, fenomena El Nino membuat curah hujan lebih rendah daripada periode sebelumnya sehingga pasokan air berkurang.

Kondisi demikian membuat kawasan ASEAN, termasuk Indonesia mengalami kekeringan dan berdampak pada produksi beras yang semakin menurun.

“Beberapa daerah penghasil beras terbesar di Provinsi NTB, turut terdampak perubahan iklim oleh El Nino. Hal tersebut berimbas pada kecukupan air di sejumlah wilayah di NTB, sehingga berpotensi mengakibatkan penurunan produksi petani,” terang Nelly.

Baca Juga :  Warga Lokal Digratiskan Nonton IATC

Selain kekeringan di beberapa wilayah di Lombok yang menyebabkan resiko gagal panen. Menurut Nelly hal yang membuat beras terus mengalami kenaikan di NTB. Lantaran NTB juga menjadi salah satu daerah yang mensuplai beras untuk provinsi lain.

Disisi lain ada larangan ekspor beras India di Pasar Global. Sehingga dampak psikologisnya besar. Pasalnya India merupakan pengekspor beras terbesar di dunia yang berkontribusi pada lebih dari 40 persen pengiriman global. “Itu beberapa alasan Provinsi NTB mengalami kenaikan harga beras,” ujar Nelly.

Untuk melakukan stabilitas pasokan dan harga pangan, Perum Bulog Wilayah NTB telah menggelontorkan beras hingga 100 ton per hari. Penyaluran beras Bulog ini bekerjasama dengan para pengecer beras di setiap pasar demi menstabilkan harga beras.

Di Pasar Kebon Roek sendiri, terdapat 20 pengecer dan didroping hari ini 20 ton beras kualitas medium yang wajib dijual maksimal HET Rp10.900/Kg.

Masyarakat langsung dapat membeli beras SPHP ini ke pasar-pasar seperti Pasar Mandalika, Pasar Kebon Roek, Pasar Pagesangan, Pasar Sindu, Pasar ACC, Pasar Gerung, Pasar Renteng, Pasar Narmada, Pasar Sayang-Sayang, Pasar Gunung Sari, pasar-pasar lain di kabupaten/kota lombok timur sampai dengan bima juga sudah ada dan otlet-otlet RPK yang sudah ditunjuk oleh Perum Bulog NTB.

Baca Juga :  Prof Bambang Hari Kusumo Dilantik Jadi Rektor Unram Periode 2022-2026

Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, David Susanto mengatakan operasi pasar akan dilaksanakan setiap hari, tanpa batas waktu yang ditentukan. Tujuannya agar harga beras tetap bisa terkendali. “Stok beras kita cukup, kami harap masyarakat jangan panik,” pintanya.

David menyebut stok beras Bulog di NTB pada tahun 2023 sebanyak 87 ribu ton. Hanya saja ada beras yang dikirim ke daerah non produksi, dalam program moving nasional (Movnas), seperti Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Bali, dan NTT, termasuk juga yang sudah di konsumsi warga NTB sampai September ini.

Alhasil stok beras yang terisisa di Perum Bulog NTB saat ini sekitar 38 ribu ton. Meski begitu stok beras ini diklaim cukup hingga panen raya pada awal Februari 2024 mendatang.

“Pada prinsipnya, di seluruh pasar tersedia beras dan masyarakat tidak kesulitan membeli beras artinya pasokan lancar dan tersedia. Masalah harga naik adalah hal yang wajar karena memang bukan musim panen raya  dan panen sedikit,” jelas David. (rat)

Komentar Anda