Berjalan Kaki Puluhan Kilometer, Pantang jadi Pengemis

Mencari nafkah bagi keluarga  menjadi sebuah kewajiban bagi seorang suami yang bertanggungjawab. Hal itu dibuktikan oleh Jumadil,36 tahun asal Dusun Banyumulek Gubuk Atas, Desa Banyumulek, Kabupaten Lombok Barat. Meski kondisi fisik yang tidak sempurna, Jumadil membuktikan diri bertanggungjawab terhadap keluarganya.


LUKMANUL HAKIM – MATARAM


Minggu pagi (19/3) sekitar pukul 06.20 Wita, Jumadil turun dari angkutan umum yang membawanya dari Banyumulek, menuju Cakranegara Kota Mataram. Sudah menjadi tempat tetap bagi Jumadil dan teman -teman se- profesinya selaku penjual gerabah yang merupakan hasil kerajinan dari perajin di Banyumulek.

Pagi itu, seperti hari-hari biasanya, Jumadil turun dari angkutan umum yang membawanya dari Banyumulek menuju perempatan Cakranegara untuk istirahat sejenak. Dia  kemudian mulai berjalan menapaki jalan untuk menjajakan dagangannya.

[postingan number=3 tag=”features”]

Dengan beban yang cukup berat yang dipikul hingga 70 kg dengan jumlah pot bunga berukuran besar sebanyak 20 unit,  yang kuat menjadi hal yang terbiasa bagi Jumadil. Padahal, kondisi  kaki kiri dan tangan kiri Jumadil termasuk tidak sempurna, karena kekurangan fisik yang dibawa sejak dalam kandungan sejaka lahir. Kendati demikian, bukan halangan bagi Jumadil untuk berjuang mencari rezeki halal untuk mencukup kebutuhan sehari-hari keluarganya. Dengan senyum ramah dan semangat yang begitu luar biasa,  Jumadil menceritakan kesehariannya dalam menjual pot bunga berukuran besar tersebut. “Dalam sehari kalalu lagi bagus rezeki, dapat terjual semuanya seharga Rp 200 ribu dengan mendapatkan untung bersih sekitar Rp 50 ribu,” tutur Jumadil.

Baca Juga :  Akses Pemilu Bagi Penyandang Disabilitas Minim

Untuk mendapatkan keuntungan sebesar Rp 50 ribu tersebut, Jumadil melakoninya dengan sangat berat. Bagaimana tidak, beban berat yang harus dipikul Jumadil itu dengan cara terus berjalan dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita tersebut. Seharian berjalan dengan beban yang tidak ringan itu, tak lantas membuat pria dengan dua anak ini putus asa.

Jumadil mengaku telah melakoni pekerjaan sebagai penjual keliling gerabah  sudah lebih dari 10 tahun. Kondisi ekonomi yang jauh dari kata sejahtera menjadikan Jumadil terus menekuni pekerjaan ini.

Sehari-harinya, Jumadil berkeliling di sejumah lingkungan di Kota Mataram. Dari Cakranegara hingga Ampenan. Tak jarang pula, meski berjalan hingga puluhan kilometer dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 17.00 Wita, barang bawaannya tidak habis terjual. Bahkan pernah juga barang bawaan jualan  Jumadil  tak satupun laku terjual.

Kendati demikian, tak lantas membuat Jumadil berputus asa ataupun beralih mencari pekerjaan lain. Karena jualan keliling hasil kerajinan berbahan baku tanah liat ini, menjadi mata pencahariannya untuk membuat dapur mengepul dan juga biaya bersekolah anaknya.  Inilah yang  menjadi pelecut semangat untuk terus berjualan keliling.

Baca Juga :  Dinas Perindustrian Dampingi Perajin Gerabah

Jumadil tidak mau mencari rezeki dengan cara meminta/mengemis mencari belas kasihan orang. Meski kondisi fisik tidak sempurna, justru Jumadil ingin membuktikan bahwa dirinya mampu bekerja keras dengan cara yang dibenarkan oleh agama dan rezeki halal didapatkan dari keringatnya. Meski hasil yang didapatkan tidak berbanding dengan tenaga dan beban yang harus dikeluarkan setiap harinya. “Saya hanya selesai sampai kelas IV SD dan kondisi ekonomi orang tua yang tidak mampu. Meski kerja berat seperti ini setiap hari saya sangat bersyukur diberikan kesehatan. Meski kondisi fisik saya tidak sempurna seperti yang lainnya, Tapi saya selalu bersyukur,” ungkap Jumadil sambil menampakan senyum sumringah yang tak pernah mengeluh.

Jumadil saat ini sudah memiliki dua orang anak, untuk anak pertamanya saat ini duduk di bangku kelas III SD dan anak kedua masih berumur 3 tahun. “Saya ingin menyekolahkan anak setinggi-tingginya, agar nantinya punya bekal menjalani hIdup,” ucapnya.(*)

Komentar Anda