Mendengkur Bisa Akibatkan Mati Mendadak

kesehatan
BERBAHAYA: Mendengkur saat tidur berbahaya dan bisa menyebabkan mati mendadak. Pola hidup sehat bisa membantu mengatasi kebiasaan mendengkur ini. (Ist/)

MENDENGKUR atau mengorok bukanlah hal yang tidak lazim. Meski terkadang mengganggu tidur orang lain atau membuat hubungan menegang, mengorok bukan merupakan persoalan pelik. Namun, kebiasaan mendengkur bisa jadi merupakan indikasi kondisi kesehatan.

Suara dengkuran yang dihasilkan adalah pertanda bahwa napas tidak mengalir dengan lancar. Kondisi tersebut dipicu oleh berbagai macam hal, misalnya hidung tersumbat akibat pilek atau alergi, amandel yang membengkak, nyeri, konsumsi obat tidur, minum alkohol, atau kebiasaan merokok.

Kebiasaan mendengkur yang menahun, sayangnya, merupakan pertanda akan gangguan tidur serius yang disebut Obstructive Sleep Apnea (OSA). OSA terjadi ketika otot pada bagian belakang tenggorokan merileks tanpa mengganggu jalannya napas.

OSA ditandai dengan kondisi terengah-engah atau tersedak ketika seseorang sedang tidur. Penderita OSA juga kerap merasa mengantuk ketika hari berlangsung. Mereka jarang menyadari apa yang sebenarnya terjadi dan sering kali menganggap mereka tidur normal. Oleh karena itu, berbagi tempat tidur merupakan cara terbaik untuk mendeteksi OSA.

Sleep apnea parah dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah turun drastis dan ketegangan pada sistem saraf. Dan sayangnya kesehatan seseorang tidak mungkin prima jika ia mengalami gangguan tidur. "Mereka yang mengalami sleep apnea biasanya berisiko tinggi mangalami gangguan jantung, hipertensi, stroke, dan diabetes," kata pimpinan Pusat Penelitian Gangguan Tidur di Rumah Sakit Hery Ford, Detroit, Thomas Roth, seperti dilansir laman Ewall Streeter, belum lama ini.

Baca Juga :  Gaji Tenaga Kesehatan Segera Dibayarkan

Dokter neurologi Rumah Sakit Saiful Anawar (RSSA) Kota Malang dr Hari Purnomo SPS(K) mengatakan, kebanyakan orang memang beranggapan kalau orang yang mendadak meninggal dunia disebabkan penyakit jantung. Padahal, ada kemungkinan lain, yakni OSA. ”Kondisi OSA terjadi pada tahap ngorok yang disertai dengan perhentian napas. Lalu di saat mendengkur tiba-tiba berhenti sekitar sepuluh detik,” katanya.

Dia melanjutkan, gejala OSA bisa datang karena kelelahan dan mengantuk di siang hari akibat sering terbangun saat malam hari atau sleep fragmentation. Lalu, ada aktivitas mendengkur keras berulang-ulang disertai masa diam sejenak atau seperti suara tercekik.

Hari melanjutkan, ada gejala lain yang mengakibatkan OSA seperti obesitas yang disertai leher pendek dan besar. Tak hanya itu, hal ini juga berlaku bagi beberapa orang yang memiliki rahang kecil dan berdampak pada pengecilan sepertiga bawah wajah dan mengakibatkan saluran napas menyempit.

Selain itu, gejala lain seperti hipertensi, restless sleep atau bernapas berulang-ulang yang disertai dengan banyak gerakan. Suasana hati yang sedih dan sifat mudah tersinggung juga bisa mengakibatkan terjadinya OSA. Gejala lain adalah turunnya dorongan seksual dan impotensi, serta suara mendengkur seperti tercekik saat tidur.

Hari juga menyampaikan, ada beberapa keluhan yang mungkin timbul yakni perasaan tidur tidak nyenyak. Selanjutnya, sulit konsentrasi dan mulut kering waktu bangun tidur. Dia melanjutkan, bahaya dari OSA memang sangat serius. ”Tergantung dari beratnya, OSA adalah keadaan yang mengancam jiwa. Sebab, seseorang yang mempunyai OSA berat dan tidak terdiagnosis, mudah mengalami serangan jantung, stroke, dan jantung tiba-tiba berhenti saat tidur,” ujar dia.

Baca Juga :  Derita Murdiman Mengidap Penyakit Daging Tumbuh

Sementara itu, staf Bagian Laboratorium Neurologi RSSA dr Zamroni Afif SpS MBiomed melanjutkan, orang yang terkena OSA biasanya yang mempunyai berat badan lebih atau obesitas. Lantaran, penumpukan lemak pada jalan napas, akan mengakibatkan penyempitan dan cenderung menutup bila otot-otot kendor. Terutama pada fase tidur REM (rapid eye movement). Disebut fase REM ketika orang tertidur sudah mencapai 70 sampai 90 menit. ”Rata- rata umur risiko OSA sekitar 30 hingga 40 ke atas. Tapi sekarang jika dikaitkan dengan obesitas, anak-anak banyak yang terserang,” beber dia.

Selain itu, faktor risiko terbesar ada pada laki-laki. Sebab, hormon laki-laki akan dapat mengakibatkan perubahan struktural pada jalan napas atas. Lalu, kelainan anatomi seperti rahang bawah atau dagu yang agak ke belakang. Kemudian, pada usia anak-anak, pembesaran tongsil dan adenoid merupakan penyebab utama.

Kabar baiknya, OSA tidak mustahil untuk disembuhkan. Perubahan gaya hidup seperti berolahraga, berhenti merokok, berhenti mengonsumsi minuman beralkohol, serta mengurangi bobot tubuh dapat membantu, atau bahkan menyembuhkan kasus sleep apnea ringan.(fny/jpnn/ dia/c1/riq)

Komentar Anda