Bantuan Mesin Panen Padi Ditolak

TANJUNG-Bantuan mesin panen padi ditolak sejumlah petani. Di antaranya oleh petani yang tergabung di Kelompok Tani Loang Sawaq I Dusun Todo Desa Bentek Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara (KLU). “Masyarakat di bawah khususnya petani kan, ingin dipermudah untuk kita bekerja memanen hasil tanaman padi kita. Tetapi dengan kondisi alat seperti ini, kayaknya agak mengancam kita, keselamatan kita. Jadi kita berharap supaya diganti dengan yang lebih baik,” ujar pengurus Kelompok Tani Loang Sawaq I, Parmono, saat mengikuti praktik lapangan penggunaan mesin panen padi oleh Dinas Pertanian Perkebunan Kehutanan Kelautan dan Perikanan (DPPKKP) KLU di Dusun Montong Gedeng Desa Jenggala Kecamatan Tanjung, Rabu (28/9).

Adapun kondisi mesin pemanen yang mengancam keselamatan ini diterangkannya, terletak pada dudukan ban yang berfungsi sebagai kemudi. Jangankan di sawah kata Parmono, di jalan raya saja kalau tidak berhati-hati mengarahkan, bisa-bisa menyenggol bagian mesin di depannya dan bisa bisa berakibat patah. Kemudian juga knalpot dan mesin yang jaraknya sangat dekat dengan dudukan, dikhawatirkan berbahaya kalau tidak sengaja tersentuh. Selanjutnya, jika hendak berdiri guna melihat padi di depan, pengendaranya berpotensi jatuh, karena dudukan dikhawatirkan bergerak. “Bantuan ini kita harapkan bisa membantu, tetapi alat ini kita sulit mengoperasikan. Diharapkan untuk diganti lah,” ujar pria ini didampingi beberapa anggota kelompok tani lainnya.

Baca Juga :  Bantuan DUDI Terkumpul Rp 50 Juta

Kepala DPPKKP KLU, Hermanto menjelaskan, bantuan tersebut adalah bantuan dari Pemerintah Provinsi NTB untuk kelompok tani di KLU. Perihal spek bantuan tersebut pihaknya tidak tahu-menahu karena DPPKKP hanya sebagai penerima kemudian menyalurkannya kepada kelompok tani. “Nanti kami akan konfirmasi ini ke pemprov. Kami disini hanya menerima bantuan dari pemprov,” tandasnya.

Lebih lanjut Kepala Seksi Sarana Prasarana DPPKKP, Sukersih yang hadir dalam praktik lapangan ini menjelaskan, bantuan alat panen ini diberikan mencapai 36 unit. Rinciannya, 20 mesin panen ukuran kecil, 15 mesin panen ukuran sedang dan satu mesin panen panen ukuran besar. Adapun alat yang dinilai sulit dioperasikan oleh kelompok tani terkait adalah mesin panen ukuran kecil.

Diterangkan Sukersih, 36 unit mesin panen ini diberikan masing-masing satu unit kepada 36 kelompok tani. Kriteria pemberian dari segi ukuran sendiri didasarkan pada besar tidaknya kelompok tersebut. Karena kelompok sendiri berbeda-beda luasan lahan dan jumlah anggota berdasarkan hamparan. “Kalau yang besar, kita kasih yang besar,” jelasnya.

Baca Juga :  NTB tak Sendirian, Daerah Lain Komit Membantu

Alat panen padi ini sendiri dijelaskan mampu mengurangi losis atau hilangnya bulir padi saat panen mencapai 2 persen, karena selama ini jika panen dilakukan secara konvensional, losis bisa mencapai 12 sampai 15 persen. “Jadi alat ini bisa menekan losis hingga 2 persen, kemudian menekan biaya panen. Kalau panen secara konvensional kan tinggi sekali. Apalagi saat ini buruh tani susah didapatkan. Bahkan ada buruh tani yang didatangkan dari luar daerah. Jadi ini salah satu solusinya,” terangnya.

Kemudian berkaitan dengan perawatan atau penggunaan alat atau mesin panen ini diserahkan ke kelompok. Diharapkan nantinya kelompok bisa melakukan pengelolaan dan penggunaan alat secara baik dan bersama-sama. Misalanya saja berkaitan dengan perawatan atau biaya operasional, anggota kelompok tentunya nanti bisa bermusyawarah, berapa besaran uang yang akan dikeluarkan. “Intinya mereka bermusyawarah lah, dan kita juga meminta mereka membuat laporan,” tandasnya. (zul)

Komentar Anda