Lotim Luncurkan Kurikulum Muatan Lokal Sasak

LUNCURKAN: Acara peluncuran Kurikulum Muatan Lokal Sasak Sabtu (10/9). (Ist/Radar Lombok)

SELONG – Lombok Timur merupakan kabupaten pertama yang memiliki kurikulum muatan lokal Sasak. Kurikulum ini merupakan salah satu dan program  yang digagas Pemkab Lombok Timur dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim.

Keberadaan kurikulum ini tentunya sebagai salah satu upaya untuk memperluas khazanah dan budaya Sasak yang  sekarang ini belum begitu dikenal luas jika dibandingkan dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Terlebih lagi literasi masyarakat Sasak terbilang masih sangat rendah.” Keberadaan kurikulum ini tentunya dengan harapan bagaimana literasi masyarakat terutama para pelajar kita akan lebih baik,” kata Sekda Lombok Timur, HM. Juaini Taofik, saat menghadiri peluncuran Kurikulum Muatan Lokal Sasak, Sabtu (10/9).

Baca Juga :  PolPP Lotim Musnahkan Ribuan Liter Miras

Tidak hanya itu keberadaan kurikulum ini juga akan menjadi salah satu gebrakan dalam upaya menghasilkan  karya-karya yang mampu mengangkat budaya dan adat Sasak dikenal semakin luas. Tidak hanya berdampak terhadap kemajuan sektor pendidikan namun juga diharapkan mampu mendongkrak kemajuan pariwisata Lombok Timur.” Apalagi pariwisata Lombok Timur salah satu yang menjadi prioritas untuk terus dikembangkan terutama oleh pemerintah pusat,” tutup Juaini.

Sementara itu Kadis Dikbud Lombok Timur, Izzuddin, menambahkan,  kurikulum ini merupakan satu- satunya dimiliki Lombok Timur.  Keberadaan kurikulum ini terang dia, tak lepas berkat kerja keras tim perumus muatan lokal. “ Kita tentunya memberikan apresiasi yang setinggi- tingginya atas keberhasilan tim yang telah berhasil meluncurkan kurikulum ini,” imbuhnya.

Baca Juga :  Bupati Sukiman Lantik 476 CPNS Jadi PNS

Dengan adanya kurikulum diharapakan akan mampu mewujudkan pendidikan dan sekolah yang hebat di Lombok Timur. Mulai dari pendidikan anak usia dini, sekolah dasar maupun sekolah non formal,” Kurikulum ini membutuhkan waktu selama tiga bulan untuk menggodoknya. Perumusannya melibatkan berbagai unsur, mulai dari tenaga pendidik, akademisi, budayawan dan lainnya,” tandas Izzuddin.(lie)

Komentar Anda