20 Perusahaan Siapkan Kuota Pembelian 21.909 Ton Tembakau Virgina

PEKERJA : Tampak saat aktivitas warga yang sedang bekerja di salah satu petani tembakau oven. (NASRI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Harga jual tembakau pada Masa Tanam (MT) 2023 mengalami kenaikan, dibanding dengan harga MT 2022. Pada tahun 2023 ini adalah tahun berkah bagi petani tembakau.

Kabid Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB H Rifai mengatakan, pada MT 2023 ada 20 perusahaan yang sudah menyampaikan kuota pembelian ke Distanbun NTB. Total kuota pembeliannya adalah 21.909 ton, dengan jumlah petani 5.000 petani mitra.

“Tahun ini petani tembakau cukup diuntungkan dengan harga. Meski sejumlah tembakau petani sempat dihantam hujan,” kata H Rifai, Rabu (30/8).

Adapun terkait dengan grade tembakau, masing-masing perusahaan memiliki grade sendiri sesuai dengan pangsa pasar perusahaan mitra. Berdasarkan hasil monitoring pihaknya ke salah satu perusahaan, bahwa harga tembakau cukup bagus lebih tinggi dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan harga MT 2022.

Bagi petani sawadaya tidak mengalami kesulitam dalam menjual produk yang dihasilkan. Karena banyak pengepul yang datang langsung ke petani (menjemput bola) dengan harga yang menjanjikan.

“Bagi petani kita yang tidak kerja sama dengan perusahaan juga bisa untung. Karena banyak pengepul yang turun beli secara langsung,” katanya.

Saat ditanya soal banyaknya pengepul yang turun gunung. Pihaknya menyebut prihal hubungan petani dengan mitranya (perusahaan) disebutnya sudah diatur dalam Perda Kemitraan Tembakau, sehingga petani yang sudah bermitra dengan salah satu perusahaan, maka para petani wajib dan terikat dengan kesepekatan, yaitu harus menjual tembakau yang sudah dimitrakan ke perusahaan mitranya.

“Jadi kita Pemerintah berada diantara mereka. Petani perlu diedukasi untuk tetap komitmen dengan kemitraan perushaan. Pemerintah juga tetap memonitoring koordinasi ke perusahaan untuk tetap memberikan pelayanan dan harga yang menguntungkan,” ujarnya.

Dijelaskannya, nanti pihaknya akan ada rapat harga dan disepakati harga dan grade, sehingga harga itu tergantung grade. Biasanya grade yang diberikan oleh perusahaan tidak sama dengan prediksi grade yang dari petani, sehingga petani menganggap bahwa harga lebih rendah di perushaan di banding dengan pengepul.

Baca Juga :  Harga Naik, Rokok Ilegal Menjamur

Dalam hal ini, pengepul juga perlu diedukasi untuk tidak menciderai hanya demi keuntungan sendiri. Silakan saja pengepul mencari pasar petani diluar kemitraan, silakan saja diserah produk petani non mitra, tapi jangan mengambil keuntungan dari petani mitra perushaan.

“Kami tidak larang pengepul turun langsung ke petani. Tapi pengepul juga harus paham aturan main,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) NTB Sahmimudin menjelaskan, NTB pada MT 2023 ini luas tanam sekitar 34.155 Ha. Untuk Lombok Timur seluas 18.760 Ha, Lombok Tengah 14.395 Ha, dan 7 kabupaten lainnya 1.000 Ha. Hujan pada 27 Juni sampai 7 Juli 2023, terdampak tanaman tembakau mati 9.819 Ha (28,75 %) di dua kabupaten, Lombok Timur di lima kecamatan 4.243 Ha dan Lombok Tengah 5.128 Ha di empat kecamatan.

Prediksi rata-rata produksi 1,75 ton per Ha (1,5 – 2,0 ton/Ha), maka 34.155 Ha (59.771 ton), terjadi kehilangan produksi: Lotim (4,243 ha = 7.425 ton) dan Loteng (5 576 ha = 9.758 ton). Biaya produksi rata-rata Rp. 65 JT/Ha (Rp. 55 jt -75 JT/Ha).

Fakta menunjukkan bahwa perjalanan usaha petani tembakau baru 55 % (biaya yang sudah dikeluarkan rata-rata Rp35 juta /ha). Atas dasar perhitungan tersebut kerugian ekonomi, yakni modal 9. 819 Ha Rp344 miliar. Kemudian tahun ini di Lombok BRC (B/C) paling tidak 1,4 berarti petani kehilangan keuntungan dari 9.819 Ha Rp255 miliar.

Ada lagi 45 % tenaga kerja seharusnya bisa bekerja, jadi dari 9.819 Ha mereka kehilangan pendapatan Rp 210 milyar. Jika setiap Rp 1 juta petani harga tembakau petani dikenakan PPh 2,5 % , berapa kehilangan penerimaan negara.

Baca Juga :  Polemik KUHP Perzinaan, Belum Ada Wisatawan Batalkan Kunjungan

Kendati demikian, ada dua faktor yang membuat harga tembakau 2023 cukup tinggi dibandingkan dengan beberapa tahun yang sudah lewat. Pertama faktor banyaknya pembuat rokok yang tanpa menyertakan pita cukai atau dikenal dengan rokok ilegal (rokil). Fenomena ini terjadi di semua daerah di Indonesia.

“Yang kedua, kerusakan tanaman tembakau, tidak hanya terjadi di Lombok, tetapi juga di beberapa daerah yang menjadi sentra produksi tembakau nasional,” jelasnya.

Dikatakannya, sejumlah perusahaan rokok papan atas dan menengah, produksi rokoknya berupa SPM (Sigaret Putih Mesin), dan SKM (Sigaret Kretek Mesin) omzet penjualannya turun dan belakangan ini memproduksi SKT (Sigaret Kretek Tangan). Jenis SPM dan SKM belakangan ini bisa diproduksi dengan tangan yang dikenal dengan SPTF (Sigaret Putih Tangan Filter) dan SKTF (Sigaret Kretek Tangan Filter). SPTF dan SKTF cenderung dijual jadi Rokil.

Secara nasional lanjutnya, produksi rokok (legal) cenderung turun. Hal itu terlihat dari menurunnya angka penerimaan negara (cukai hasil tembakau) sampai April 2023 sebesar 12,61 % dibandingkan bulan yang sama 2023. Meskipun pembuat rokok ilegal membeli tembakau tiga harga tembakau yang dibeli perusahaan rokok legal masih tetap untung. Apalagi cukai rokok tahun 2024 sudah dinaikkan bersamaan dengan kenaikan 2023.

“Kenapa para pengepul ini berani membayar dengan harga tinggi. Karena memang banyak dijual untuk rokok ilegal,” jelasnya.

Terpisah, salah satu petani tembakau Rifaldi mengatakan untuk harga memang ada peningkatan. Namun sementara ini masih banyak pengepul yang berani membayar dengan harga lebih tinggi. Sementara di gudang besar masih relatif rendah.

“Memang banyak pengepul yang turun langsung ke petani dengan tawaran yang tinggi,” katanya. (rie)

Komentar Anda