MATARAM – Berbeda dengan harga beras dan tembakau yang meroket, justru harga bawang merah anjlok di tingkat petani. Kondisi ini disebut Dinas Perdagangan (Disdag) NTB dipicu panen raya di sejumlah wilayah.
”Faktor utamanya memang panen raya,” ujar Kepala Dinas Perdagangan NTB Baiq Nelly Yuniarti.
Dikatakannya, panen raya secara nasional ini mengakibatkan stok bawang merah di beberapa wilayah melimpah. Ditambah lagi, daerah tujuan ekspor bawang merah NTB sudah mulai melakukan cocok tanam mandiri, seperti yang ada di Sulawesi dan Kalimantan.
”Mereka yang biasanya membeli dalam jumlah banyak sekarang sudah mulai berkurang. Karena sudah punya stok sendiri, biasanya dari Jawa, Sulawesi dan Kalimantan,” jelas Nelly.
Di tingkat petani harga bawang merah telah mencapai harga kisaran Rp 8.000 per kilogram. Sementara harga di pedagang pasar bisa mencapai Rp 15 ribu hingga 18 ribu. Sedangkan menurut data Disdag NTB terkait harga bahan pokok, pada 25 September harga bawang merah masih di angka Rp. 17.333. Artinya ada penurunan sebesar Rp667 atau 4 persen.
Soal langkah untuk menstabilkan harga komoditi ini, Disdag belum mengambil kebijakan tertentu dalam waktu dekat. Nelly hanya bisa memberi saran kepada petani, agar mengatur pola tanam setiap tahunnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB Abdul Aziz mengatakan, pihaknya mengupayakan bantuan cold storage maupun gudang khusus, bisa digunakan untuk menyimpan suatu komoditi pada suhu tertentu. Bantuan tersebut telah didistribusikan ke Bima dengan kapasitas mampu menampung 1.500 ton per unit.
Cold storage ini bisa digunakan petani untuk menyimpan bawang merah ketika harga jualnya anjlok. Penyimpanan bisa dilakukan tiga hingga empat bulan. “Sudah saya tawarkan juga ke kabupaten lain. Tapi mungkin baru Bima yang menerima karena (daerah) penghasil bawang yang besar,” jelas Aziz.
Disinggung mengenai harga bawang merah, Aziz tidak bisa memastikan kapan akan kembali normal. Namun, melalui cold storage yang diberikan, diharapkan bisa mengurangi potensi kerugian yang dihadapi petani bawang merah.
Terpisah, Sekdis Pertanian dan Perkebunan Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB Ni Nyoman Darmilaswati mengatakan, meski anjlok, turunnya harga bawang merah saat ini masih tahap wajar. Karena itu, pihaknya mendorong masyarakat khususnya Kelompok Wanita Tani (KWT) meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut.
Penambahan nilai bisa dilakukan dengan cara mengolah menjadi produk makanan, salah satunya bawang goreng. Karena jika disimpan untuk menunggu harga stabil, tanpa cara khusus, berpotensi membuat bawang merah cepat rusak. Sehingga dibutuhkan gudang penyimpanan yang aman.
“Lumayan kalau diolah jadi bawang goreng, itu bisa Rp 15 ribu untuk hitungan gram,” pungkasnya. (rie)