DBD di NTB Mencapai 2.547 Kasus, 25 Meninggal

dr H. Lalu Hamzi Fikri (RATNA/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Ditengah cuaca yang tidak menentu, penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi hal yang perlu diwaspadai. Terlebih saat musim hujan, perkembangan nyamuk menjadi lebih cepat, karena banyak tempat untuk berkembang biak.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Nusa Tengga Barat (NTB), dr H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan sejak Januari hingga Mei 2023, kasus DBD di NTB mencapai 2.547 kasus, dengan total kematian sebanyak 25 kasus.

“Ini yang paling rentan terkena DBD itu anak-anak. Tapi semua orang juga berisiko kalau lingkungan tidak bersih,” ungkap Hamzi saat dikonfirmasi Radar Lombok, Senin (31/7).

Hamzi mengungkapkan kasus DBD yang terjadi di NTB mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3.260 kasus. Saat ini daerah dengan kasus kematian terbanyak akibat DBD adalah Kabupaten Bima, dengan total 14 kematian.

“Pada bulan Juni 2023, terjadi penurunan kasus DBD dengan jumlah 139 kasus, dan kematian sebanyak 5 kasus. Sejauh ini masih tinggian 2022. Kan tahun ini baru sampai Juli. Tapi bulan Juli ini belum ada laporan kasus baru, semoga tidak ada ya,” harapnya.

Baca Juga :  Tetap di NasDem, Luthfi Bakal Jadi Rival TGB pada Pileg DPR RI

Disampaikan Hamzi, temperatur yang tinggi dan perubahan musim menjadi pemicu terjangkitnya penyakit DBD di NTB. Terutama saat curah hujan tinggi yang menyebabkan genangan air. Sehingga lingkungan menjadi kurang bersih. Infrastruktur dan air bersih yang tidak memadai juga mengakibatkan kecenderungan perkembangbiakan nyamuk sebagai vector penyakit DBD.

“Upaya promotif dan preventif menjadi langkah awal pemerintah dalam pengendalian DBD. Penyampaian informasi tentang DBD kepada masyarakat tetap dilakukan terutama oleh rekan-rekan Puskesmas yang secara langsung berinteraksi dengan masyarakat,” katanya.

Meskipun kasus DBD mengalami penurunan, Pemprov terus mengajak semua masyarakat untuk waspada. Yakni dengan menggalakkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan konsep 3M Plus. Mulai dari menguras dan menyikat bak penampungan air. Kemudian menutup tempat penampungan air.

Selain itu, pencegahan juga bisa dengan memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas serta menggunakan obat nyamuk, penaburan larvasida, pemasangan kawat, gotong royong dan lainnya. “Kasus kematian yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh terlambatnya penderita DBD dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,” ujarnya.

Baca Juga :  Soal Data Honorer, Komisi 1 Cecar BKD NTB

Untuk penanganan kasus DBD, Pemprov lanjut Hamzi, juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dikatakan, sumber daya kesehatan untuk penanganan kasus DBD di NTB sudah cukup memadai, sehingga kasus DBD dapat ditangani dengan baik.

Selain itu, Hamzi menyebut edukasi mengenai DBD, termasuk gejalanya perlu ditingkatkan. Peran masyarakat juga sangat penting untuk penanganan kasus DBD. Salah satunya dengan mengenali fase awal demam berdarah yang mirip dengan flu, ditandai dengan rasa nyeri sendi, demam, sakit kepala hebat, hingga mual.

“Apabila merasakan gejala demam berat yang berlangsung 2 sampai 7 hari, itu juga menjadi gejala DBD. Segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pencegahan DBD yang paling utama adalah dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),” tutupnya. (rat)

Komentar Anda