Tradisi Sambut Keberangkatan Jamaah Haji di Mataram

Tradisi Sambut Keberangkatan Jamaah Haji di Mataram
Nyimpen : Tradisi “nyimpen” yang dilaksanakan oleh jamaah calon haji di Lingkungan Sekarbela Kota Mataram. (Fahmy/Radar Lombok)

Sebagian masyarakat Sasak-Lombok masih berkeyakinan bahwa seseorang yang melaksanakan ibadah haji sama dengan orang yang meninggal dunia. Karenanya ritual-ritual yang dilaksanakan untuk mereka yang akan berhaji sama dengan ritual untuk acara kematian.


ZULFAHMI-MATARAM


Di Lingkungan Sekarbela Kelurahan Karang Pule, warga setempat punya tradisi yang masih kental setiap ada orang yang akan berangkat haji. Nama tradisinya adalah “nyimpen koper” yakni acara mengemas barang-barang bawaan si calon haji. Prosesi ini dilakukan oleh para tokoh agama dan warga di Masjid Al-Raisyiah Sekarbela. Upacara ini dilaksanakan secara bersamaan oleh warga di empat lingkungan di Kelurahan Kalang Pule yakni Lingkungan Sekarbela Pande Mas Barat, Lingkungan Pande Mas Timur, Pande Besi dan Lingkungan Mas Mutiara.

Baca Juga :  Mengenal Baiq Lian Krisna, Satu-Satunya Lurah Perempuan di Lotim

Sebelum semua rangkaian haji, prosesi “nyimpen” inilah yang pertama yakni tradisi memasukkan pakaian atau kebutuhan jamaah haji sambil mengharap doa Penjelasan ini disampaikan oleh TGH. Mujiburrahman selaku tokoh agama di Sekarbela.

Untuk musim haji tahun ini, kegiatan “nyimpen” sudah dilaksanakan beberapa hari yang lalu bertempat di Masjid Masjid Al-Raisiyah. Tradisi ini diawali dengan salat zuhur berjamaah. Setelah itu tradisi dimulai dengan menaruh seluruh koper jamaah calon haji kampung setempat di depan para tokoh agama.”Pelaksanaan “nyimpen” ini menjadi pembuka dari semua kegiatan yang akan digelar oleh calon jamaah kita,”jelasnya.

Baca Juga :  Menengok bisnis Sablon Syahrial Hamdani Aulia Yang Menjanjikan

Di Mataram tradisi khas lokal tidak hanya dilaksanakan sebelum jamaah berangkat ke tanah suci Makkah, melainkan juga dilaksanakan pada saat jamaah sudah berada di tanah suci. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Pengemban Budaya dan Adat Sasak Kota Mataram (Pembasak), Lalu Sadarudin, bagi warga masyarakat Sasak, beribadah haji itu seperti kematian.”Orang pergi haji hampir sama dengan orang yang meninggal dunia,” katanya.

Makanya selama jamaah haji meninggalkan kampung halaman, setiap hari ada saja ritual yang dilaksanakan dari “nelong” hari ketiga berangkat, tradisi “mituq” di hari ketujuh dan “nyiwaq” di hari kesembilan.(*)

Komentar Anda