Hobi kadang bisa membuat orang berbuat diluar batas kewajarannya. Tidak memandang nilai dan
memikirkan waktu yang terbuang. Hal inilah yang dijalani oleh Lalu Hariadi Sofiyan pecinta kuda pacu.
ZULFAHMI-MATARAM
Lalu Hariadi Sofiyan berdiri di deratan kuda-kuda yang ia peliharaan dan dijaga bersama teman-temannya yang sama-sama hobi memelihara kuda pacu. Meskipun sudah waktu sudah menunjukan pukul 20.00 Wita, Hariadi bersama beberapa orang masih berada di kandang kuda pacu yang berlokasi di kawasan Sandik Lombok Barat beberapa waktu lalu.
Hariadi mulai bercerita soal hobinya yang disebut sedikit gila karena mencintai kuda menyamai cintanya kepada istri. Hariadi mulai suka dengan kuda saat ia masih kecil. Dia diperkenalkan oleh ayahandanya tercinta Almarhum H Hasan Basri salah seorang pegiat kuda pacu bahkan termasuk pendiri Persatuan Olah Raga Berkuda Indonesia (PORDASI) Mataram yang pernah mengalami masa kejayaan pada era tahun 1980 sampai 1990-an.
Hariadi sejak kecil sudah memiliki kuda pacu yang diberi nama Kuda Siap Tempur. Sejak saat itu sampai usia remaja ia terus bergelut dengan dunia kuda sampai pada akhirnya menyelesaikan sekolahnya di tingkat SMAN Ampenan dan melanjutkan pendidikannya ke Amerika Serikat.
Saat itu, kejayaan Pordasi Kota Mataram sudah mulai redup. Para sesepuh sudah tidak ada lagi yang mengambil peran penting untuk memajukan Pordasi. Akibatnya sejak tahun 1995 Pordasi Mataram mati suri.
Usai menempuh pendidikan di Amerika, Hariadi tidak langsung pulang ke Indonesia. Dia bekerja di salah satu perusahaan setempat. Meski sibuk, Hariadi tidak lantas mengubur hobinya pada kuda. Di sela-sela waktu senggang atau cuti, dia pulang ke Mataram berkumpul bersama teman-temannya sesama pehobi kuda pacu.
Hariadi kemudian ditunjuk oleh pimpinan perusahaan di Amerika untuk membuka cabang perusahaannya di Indonesia. Selama lima tahunan ia melaksanakan tugasnya ini di Indonesia. Tahun 2010 lalu, ada kebijakan kalau perusahaan tempatnya bekerja tidak boleh lagi mengembangkan perusahaan di luar Amerika termasuk di Indonesia. Sejak saat itu ia memutuskan untuk keluar dan kembali ke kampung halamannya di Mataram.
Hariadi mengaku kuda pacu sudah mejadi bagian dari hidupnya. Sesekali kalau sudah dekat dengan kuda, ia lupa terhadap anak istri.” Kuda ini sudah seperti istri kedua bagi saya,” ungkapnya.
Apalagi ketika mau ada event pacuan kuda. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan melatih dan merawat kuda-kudanya itu. Ia menuturkan saat menyenangkan memelihara kuda, yakni jelang lomba pacuan. Antara pemilik yang satu dengan lainnya saling mencurigai bagaimana dan apa yang dilakukan agar kudanya bisa menang saat pacuan nanti.
Saat ini ia mengaku memiliki tiga ekor kuda pacu yang harganya mencapai ratusan juta. Hobi yang ia jalani memang bukan hobi yang murah. Harga satu kuda pacu bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta. Tergantung kondisi bodi kuda dan berapa kali kuda tersebut menang dalam pacuan. Tetapi bagi mereka yang hobi memelihara kuda, harga kuda itu tidak jadi maslaah. '' Berapapun harganya, kalau sudah kepingin pasti akan diusahakan untuk bisa memilikinya,''akunya.
Kini, Hariadi berupaya mengaktifkan kembali PORDASI sebagai wadah para atlet maupun pecinta kuda pacu. Dia ingin mengembalikan kejayaan pacuan kuda di Mataram seperti era tahun 1980-an itu. Oleh anggota kemudian Hariadi ditunjuk menjadi ketua Pordasi Mataram.(*)