Lobar Masuk Sebagai Daerah Tertinggi DBD

Dok/Radar Lombok

GIRI MENANG – Kabupaten Lombok Barat masuk dalam 10 besar daerah di Indonesia dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi se-Indonesia.

Informasi ini justru disampaikan langsung oleh Bupati Lobar H Fauzan Khalid saat rapat pimpinan (Rapim) II yang digelar di aula Kantor Bupati Lobar, Kamis lalu (4/3). Bahkan, kata dia, kementerian terkait pernah turun ke Lobar untuk mengecek soal ini. “ Kita masuk dalam 10 besar nasional kasus DBD, dan kita pernah didatangi pihak Kementrian Kesehatan,” ungkapnya.

Disampaikan Fauzan Khalid, tingginya kasus DBD disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah kesalahan persepsi di masyarakat terkait penyakit DBD yang identik dengan tindakan fogging (pengasapan). “Kita sering salah persepsi soal DBD yang selalu diidentikkan dengan fogging, padahal fogging hanya membunuh nyamuk, tidak membunuh jentik nyamuk,” ungkapnya.

Dijelaskan bupati, fogging memang sangat efektif membunuh nyamuk. Namun itu hanya bisa bertahan selama dua hari. “Nyamuknya memang mati, namun kita lupa bahwa fogging itu belum mampu membunuh jentik-jentik nyamuk yang ada. Satu dua hari iya bisa membunuh nyamuk, tapi dua hari setelahnya muncul lagi. Yang paling efektif adalah melaksanakan 3 M,” tegasnya kemudian.

Dia menyarankan agar tidak ada air yang sampai menggenangi rumah. “Saya harap ini disampaikan ke masyarakat. Covid-19 tetap jadi perhatian kita, tapi jangan mengabaikan yang lain. Dinas PMD (Pemerintahan Masyarakat Desa) juga perlu menindaklanjuti ke kades dan koordinasi dengan Dikes terkait apa yang dilakukan untuk antisipasi DBD tersebut,” sarannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lobar, drg Hj Ni Made Ambaryati, membenarkan apa yang disampaikan bupati tersebut. Menurutnya, pemberian peringkat tersebut dilihat dari tren kasus sejak tiga tahun terakhir yakni dimulai tahun 2018. “ Yang tertinggi kasus DBD kita ada di Kecamatan Gerung, kemudian Kuripan dan Kediri,” ungkapnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, sejak tahun 2018 terjadi peningkatan kasus yang sangat luar biasa. Di tahun 2018 lalu jumlah kasus DBD hanya 48 kasus, kemudian di tahun 2019 naik menjadi 229 kasus. Parahnya, di tahun 2020 peningkatan kasus begitu tinggi yakni mencapai angka 1.608 kasus. “Penyebabnya adalah sanitasi kita yang masih buruk, untuk itu saran dan imbauan Pak Bupati untuk gotong-royong perlu digalakkan lagi seperti Jumat Bersih,” tegasnya.

Dikonfirmasi jumlah penderita DBD yang meninggal dunia, Ambaryati mengatakan bahwa sejak tahun 2018 hingga tahun 2020 jumlah penderita DBD yang meninggal dunia sebanyak 2 orang. Penderita yang meninggal berasal dari Kecamatan Gerung.”Di awal tahun 2021, sudah ada dua korban yang meninggal dunia,” tegasnya.(ami)

Komentar Anda