Bappeda Lobar Fokus Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Kepala Keluarga

PERTEMUAN: Pertemuan pemangku kepentingan dengan Pekka Lobar di Kantor Bappeda Lobar. (FAHMI/RADAR LOMBOK)

GIRI MENANG–Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lombok Barat (Lobar) fokus pada pengembangan pembangunan perempuan tulang pungung keluarga.

Terlebih hal itu masuk dalam salah satu indikator kinerja utama RPJMD Lobar terkait indeks pembangunan gender.

“Pemda fokus perhatiannya terhadap pembangunan dan pemberdayaan perempuan,” terang Kepala Bappeda Lobar H. Ahmad Saikhu, Jumat (8/12/2023).

Ke depan Saikhu berharap lewat Serikat Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) Lobar yang terlibat dalam penyusunan program anggaran saat Musrembang, bisa diarahkan masuk dalam program pemberdayaan di beberapa OPD.

Sebab diakui Saikhu, program pemberdaayaan perempuan tidak hanya ada di Dinas P2KBP3A, namun juga di beberapa OPD lain seperti Disperindag, Dinas Koperasi, dan Dinas Ketahanan Pangan.

Untuk diketahui, sebanyak 1.367 perempuan di Lombok Barat berstatus sebagai kepala keluarga. Mereka terpaksa menjadi tulang punggung keluarga dengan penghasilan yang minim.

Akibatnya, mereka rata-rata hidup di bawah garis kemiskinan. Para perempuan tangguh ini pun sangat membutuhkan intervensi dari pemda.

Ribuan perempuan menjadi anggota Pekka di Lobar. Mereka ini terdiri dari janda ditinggal mati, janda hidup (bercerai), perempuan ditinggal ke luar negeri, perempuan lajang maupun perempuan yang memiliki suami tak bisa bekerja.

“Di Lombok Barat kita ada di enam kecamatan, 27 desa yang tergabung dalam 71 Kelompok dengan jumlah anggota 1.367 orang sampai saat ini,” terang Ketua Serikat PEKKA Lobar, Rahmawati.

Hampir sebagian besar penghasilan para perempuan itu berada di bawah garis kemiskinan. Sebab rata-rata latar belakang pekerjaan buruh tani, buruh harian lepas, hingga pedagang.

Sehingga pihaknya sangat berharap adanya intervensi program dari pemda maupun pemdes untuk membantu peningkatan taraf hidup perempuan itu.

“Jadi bervariasi pendapatanya, karena ada yang usaha bakulan, kios, sembako, pedagang keliling dan pembuat jajan dan sebagainya. Ada juga yang penghasilan musiman,” bebernya.

Diakuinya masih minim bantuan intervensi program pemda maupun desa untuk peningkatan ekonomi para perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga itu.

Padahal terdapat beberapa usaha maupun produk olahan yang sudah dihasilkan mereka. Sehingga besar harapan pihaknya kepada pemda maupun OPD terkait membantu dalam beberapa program.

Baik dari bantuan pelatihan kemampuan sumber daya manusia, perlengkapan usaha mikro, hingga mengakomodir produk usaha menegah kecil.

“Ketika ada usaha dari ibu-ibu ini bisa diakomodir kabupaten, bisa ditampilkan di pameran-pameran supaya tidak melempem usaha ibu-ibu ini. Karena sudah berjuang menghasilkan produk tetapi pemasaranya masih kurang,” jelasnya.

Sejauh ini Serikat PEKKA Lobar hanya melakukan kerja sama dengan Yayasan PEKKA pusat untuk pendanaan program inklusi.

Salah satunya program kelas kewirausahaan di Kecamatan Kediri yang sudah digelar beberapa waktu lalu.

Itu untuk membantu para perempuan memiliki ilmu dalam membuka usaha wirausaha ke depan.

“Kalau dari pemda sejauh ini bantuannya hanya penyuluhan saja, belum tersentuh pada pendanaan sehingga kita gelar Forum agar bisa dilirik dinas-dinas terkait,” bebernya. (ami/*)

Komentar Anda