Gubernur NTB Ajak Mahasiswa Tidak Buta Huruf Financial

H Zulkieflimansyah
H Zulkieflimansyah

MATARAM –  Otoritasa Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Nusa Tenggara Barat menggandeng Forum Wartawan Ekonomi dan Bisnis (FWE) NTB melaksanakan literasi keuangan dan pelatihan jurnalistik, Sabtu (26/2).

Hadir dalam kegiatan, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah, Kepala OK NTB Rico Rinaldy,  Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika NTB Najamudin, Ketua PWI NTB Nasrudin, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB  H Aidy Furqan.

Peserta yang mengikuti Literasi Keuangan & Pelatihan Jurnalistik berasal dari berbagai kampus di Lombok seperti Universitas Mataram, UIN Mataram, UNU NTB, Universitas Hamzanwadi Selong, UNW Mataram, Poltekkes Mataram. Selain univeristas ada juga unsur dari Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sedau. Total jumlah peserta 105 peserta.

Gubernur NTB H Zulkieflimansyah mengaku bersemangat dengan hadirnya mahasiswa, apalagi membahas literasi keuangan tidak hanya membahas kekuasaan.

“OJK hadir di Republik ini, karena pentingnya literasi keuangan,” jelas Gubernur Zul.

Gubernur Zul mencontohkan permainan monopoli.

“Kenapa saya bicara monopoli, di negara berkembang banyak orang sarjana, sekolah tinggi, tapi di usia tua miskin. Ada guru yang sangat pintar tapi di usia tua miskin. Di kita dunia usaha itu masih negatif. Literasi keuangan kita titipkan ke OJK agar literasi itu masuk ke semua lini, agar kita melek keuangan,” jelas Zul.

Di Mandalika yang investasi rata-rata anak muda. Mereka membeli uang dengan memanfaatkan instrumen finansial tanpa harus keluar uang sepersen pun.

“Bagaimana mungkin sukses secara finansial, tapi buta huruf secara finansial, saham tidak pernah lihat, padahal kuliahnya Doktor,” kata Zul.

Menurutnya, literasi keuangan sangat kompleks dan banyak yang harus dipahami. Oleh sebab itu mahasiswa harus membaca buku literasi untuk meningkatkan literasi. Kondisi literasi keuangan di NTB masih sangat rendah.

Baca Juga :  Data Tak Rasional, OJK Verifikasi Realisasi KUR

Kepala OJK NTB Rico Rinaldy menjelaskan literasi keuangan merupakan cara seseorang memahami keuangan sebelum mengambil keputusan untuk apa uang digunakan.

“Dengan acara ini kami harapkan mahasiswa memahami produk keuangan, dan berharap mahasiswa menjadi ujung tombak memberikan pemahaman bagi lingkungan soal produk keuangan. Saat ini banyak produk keuangan ilegal, seperti Pinjaman Online (Pinjol) ilegal, investasi ilegal, masyarakat teriming-imingi dengan tawaran keuntungan yang besar,” jelas Rico.

Rico menjelaskan pada Januari 2022 ada yang membuat seminar robot trading ilegal di Mataram, kami dari OJK keluarkan rilis melalui FWE tentang bahanya trading ilegal.

“Ketika kami tahu H-1 acara mereka, kami langsung keluarkan rilis pers dan diberitakan oleh FWE. Ini kami lakukan agar masyarakat memahami trading robot ilegal, resikonya besar, potensi kerugian sangat besar. Saya ingat sekali robot trading heboh, dan beritanya sampai ke nasional,” jelas Rico.

Rico meminta mahasiswa tidak terjebak dengan pinjol dan investasi ilegal. Banyak kalangan pelajar yang terjebak pinjaman online dan investasi bodong. Walaupun ada yang legal, tapi bunganya tinggi sekali. Hidup dengan kebutuhan yang ada.

“Melalui pelatihan ini pemahaman mahasiswa tentang keuangan meningkat. Literasi keungan NTB masih di bawah literasi nasional, sehingga perlu ditingkatkan,” kata Rico.

Sementara itu, Ketua Forum Wartawan Ekonomi NTB (FWE) Bulkaini menyebut  jumlah peserta datang dari 14 perguruan tinggi di NTB, baik negeri dan swasta. Pelatihan ini merupakan rangkaian dari Hari Pers Nasional (HPN) 2022. Program ini atas kemitraan yang strategis dengan OJK.

“Latar belakang kegiatan ini karena maraknya investasi bodong di NTB. Menawarkan keuntungan yang tidak jelas hingga 30 persen, padahal bank sendiri maksimal 7 persen,” jelas Bulkaini.

Baca Juga :  OJK Minta Bank Salurkan KUR Tepat Sasaran

Ketua PWI NTB Nasrudin menjelaskan Mahasiswa perlu mengikuti literasi keuangan walaupun bukan dari Fakultas Ekonomi, walaupun berbeda tapi informasi penting agar warga di NTB tidak ada korban menjadi investasi bodong.

“Kalau pak Najam secara masif memberikan informasi harus seperti ini. Dari sisi keilmuan jurnalistik tentu kawan-kawan mahasiswa punya momentum saat ini,” jelas Nas.

Kadis Kominfotik NTB Najamudin Ami menjelaskan jika ingin menjadi mahasiswa yang betul-betul intelektual dont talk without data. Kalau kita ingin bicara dengan data, harus data yang konfrehensif.

“Ini menjadi momentum yang sangat luar biasa dengan acara literasi keuangan, kenapa ini penting?, karena saya belum pernah melihat berita dari FWE yang beritanya itu sekenanya. Bang Bul ini tidak mungkin membuat berita ekonomi tanpa melakukan konfirmasi dengan BI, OJK, BPS dan pelaku ekonomi. Karena tanpa konfirmasi ada trust yang dipertaruhkan,” jelas Najam.

Pelatihan jurnalistik perlu dilakukan oleh mahasiswa untuk belajar melakukan konfarasi berbagai isu sehingga mendapatkam data yang terpercaya.

Pertumbuhan ekonomi NTB lebih baik dibanding Bali di tengah pandemi covid-19. Pembangunan di NTB tidak mungkin hanya dari pemerintah, harus ada investasi yang masuk. “Hadirnya Mandalika, smelter di Sumbawa Barat, kemudian penguatan 5000 UMKM akan berdampak pada tenaga kerja. Hadirnya investasi adalah keniscayaan di NTB,” ungkap Najam.

Wartawan ekonomi memberikan kompas kepada NTB bagaimana mendorong ekonomi tumbuh dengan baik. “Berita dari FWE memberikan gairah daerah, memberikan atmosfir positif bagi ekonomi NTB. Dengan berita tersebut akan memberikan optimisme bagi NTB,” kata Najam.

“Jadi itu dampak negatif berita hoax. Termasuk UMKM oleh-oleh berdampak dengan berita tersebut,” kata Najam. (luk)

Komentar Anda