Proyek Jalan Lingkar Gili Gede Mandek

GILI GEDE : Potensi pariwisata yang ada di kawasan Gili Gede Kecamatan Sekotong. (DOK/RADAR LOMBOK)

GIRI MENANG – Pembangunan jalan lingkar atau ring road yang telah lama dibuka di kawasan Gili Gede Sekotong mandek akibat tak dianggarkan kembali oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Tahun 2019 Pemkab Lombok Barat mulai membuka lahan untuk pembangunan jalan itu. Atas kondisi ini Pemda didesak serius untuk mengembangkan kawasan pariwisata Sekotong sebagai salah satu sumber penghasilan pendapatan asli Daerah (PAD), dengan membangun fasilitas pendukung seperti jalan dan air bersih.

Anggota DPRD Lobar Dapil Sekotong – Lembar H. Abubakar Abdullah mengatakan penataan kawasan itu sudah ditetapkan dalam Peraturan Bupati (Perbup). Karena itu pihaknya sudah sering menyampaikan dan mengusulkan melalui rapat maupun sidang paripurna ke TAPD agar Pemda mengembangkan destinasi wisata Sekotong yang masih perawan. “Belum ada keseriusan untuk melanjutkan pembangunan jalan itu hingga saat ini,” katanya. (29/11).

Pengembangan kawasan Gili Gede sudah ada dasar hukumnya yakni Perbup nomor 21 tahun 2019 tentang penataan dan pengembangan kawasan pariwisata Gili Gede.
Bahkan desain atau masterplan penataan kawasan itu sudah ada disiapkan pemerintah. Akan tetapi itu tidak dilaksanakan secara serius. Akibatnya, jalan lingkar kawasan yang sudah dibangun tahap awal mandek, tidak dilanjutkan Pemda. Dari desainnya, jalan itu mengitari pulau atau gili, dan membelah pulau serta ada jalan penghubung kawasan. Selain soal jalan, kawasan itu juga sangat butuh air bersih. Air bersih menjadi kendala tidak saja bagi pengembangan wisata, namun yang jauh lebih penting adalah bagi warga sekitar yang berjumlah 1000 jiwa.” Gili- gili yang ada di sana, pilih salah satu dikembangkan. Siapkan infrastruktur, SDM, dan bangun aksesibilitasnya, PAD sudah itu,”pintanya.

Baca Juga :  Sebagian Besar Petahana Tumbang

Menurutnya, kawasan itu banyak pilihan wisata dan penginapan. Mulai dari biaya ratusan ribu hingga jutaan rupiah per malam. Kalau itu dikembangkan, maka dalam sebulan Pemda mendapatkan pajak lebih besar baik dari hotel, restoran dan PBB. Kalau ada 1.000 kamar, dari akomodasi saja Rp1 juta per malam, maka ada uang yang masuk Rp 1 miliar. Kemudian pajak ke daerah 10 persen atau 100 juta, dalam waktu sehari saja. “Tapi infrastruktur balum ada,”tegasnya. Belum lagi bicara pengunjung dari Nusa Penida  dan Sanur Bali, kalau saja serius Pemda ini serius membuka kapal cepat maka PAD akan maksimal diperoleh Pemda.”Pemda harus serius  membuka rute baru melalui Jalur laut,”tegasnya.

Baca Juga :  Calo CPNS Bergentayangan

Ia sudah memetakan, terdapat 19 fast boat di Nusa Penida yang mengangkut 10 ribu pengunjung tiap hari. Namun seolah Pemda tidak ada daya upaya untuk menggaet itu. “Karena belum ada legalitas formal rute penyeberangan ini, tapi tidak boleh peluang ini dibuang,” imbuhnya.

Bahkan kalau melihat jalur Bali – Trawangan hampir 1.000 pengunjung yang masuk ke Gili tersebut. Bahkan, sudah dibuka rute baru dari Trawangan langsung ke Kuta – Mandalika. “Ini peluang untuk Lobar,” katanya. Sementara itu, Kadispar Lobar HM. Fajar Taufik, mengatakan pihak Pemda serius mengembangkan kawasan Sekotong. “Kita berupaya , namun lagi-lagi soal anggaran,”jawabnya singkat.(ami)

Komentar Anda