KUDA PAK KADES

Hidup ini permainan, tapi jangan mempermainkan kehidupan, dan jangan pernah dipermainkan oleh hidup. Sebab, Tuhan tak pernah main-main dalam menciptakan kehidupan.

Ingat….Kalau sudah hidup, segeralah bermain. Begitulah penggalan syair yang diucapkan Abu Bongoh saat melihat Pak Kades bertingkah sambil bermain dengan Kudanya yang hebat.

Warga Desa Nyelekit memang mengetahui sekaligus mengagumi Kuda Pak Kades. Dia dikenal pecinta kuda, sekaligus pecinta wanita. Memiliki kuda yang banyak, sekaligus sejumlah wanita yang dicintainya, yakni Isteri dan 7 anak gadisnya, banyak kan…??? Artinya, dia memiliki sikap melindungi dan mengayomi. Sikap yang mulia.

Namun sikap itu membuatnya angkuh bin sombong dan riya’. Orang lain menjadi remeh dihadapannya. Tim kerjanya memang orang-orang tamatan luar desa. Pintar dan cerdas, tapi tak faham managemen pemerintahan sekelas desa. Dianggapnya semudah mengatur komunitas atau organisasi tanpa bentuk yang bisa dibuat kapan saja.

Karyawan desa yang selama ini mengabdi dan berinovasi tak dipedulikan. Digeser kursi kedudukannya. Diduduki meja kerjanya dengan seenak perutnya. Kursi dan meja yang diperjuangkan melalui uji kompetensi tak lagi dihiraukan.

Panitia Seleksi yang dibuat, hanya sekadar menggugurkan kewajiban peraturan. Selebihnya sudah ada dalam genggaman Ponsel Kades dan Timsesnya. Karyawan yang sekaligus bertindak sebagai Timses, secara terbuka dan sembunyi, tentu sudah disiapkan meja kursinya. Sedangkan karyawan yang bukan Timses dan masih ingin mendapat jatah kursi dan patahan kaki meja, harus menghamba pada Timses dengan janji kerjaan yang dikong kalikong.

Kalau yang ditunjuk menjadi pimpinan unit kerja itu orangnya hebat, cerdas, inovatif dan segudang kreatifitas sih… gak masalah. Mau datang dari langit hutan dan gunung ya silahkan saja menggusur dan menggeser.

Baca Juga :  Serba Sakit

Inilah sebahagian kecil dari potret desa imajinerku hari ini. Yang lainnya akan kuceritakan lagi pada edisi berikutnya, setelah melakukan observasi dan menyaksikan fakta lapangan (bergaya surveyor agar terkesan akademik dan ilmuwan).

Kembali pada kisah Kuda Pak Kades. Kuda jantannya dikenal kuat dan patuh pada Pak Kades. Lebih unik lagi, Kuda itu dapat diperintah dengan tiga kalimat indah.

Mengucapkan Bismillah satu kali, kuda itu jalan. Dua kali, kudanya berlari. Mengucapkan Alhamdulillah, kudanya melompat, dan dengan ucapan Astaghfirullah, kudanya berhenti. Inilah yang membuat perilaku Pak Kades makin pongah dengan kesaktian kudanya.

Setiap sore ia selalu berkeliling Desa Nyelekit memamerkan kudanya yang sakti. “Hey warga desa, lihat kudaku yang hebat ini. Aku akan memperagakan kepatuhannya padaku…” katanya dengan penuh keangkuhan.

Kemudian warga desa berdiri berjajar saling berhadapan untuk membuat lorong jalan bagi Kuda Pak Kades hingga ke ujung lapangan. Di ujungnya ada tebing menuju sungai penuh bebatuan dengan air yang jernih.

Baca Juga :  Guru Dolle dan Pengemis

“Bismillah…” katanya berucap satu kali. Kudapun berjalan, dengan penuh kesombongan Ia menengok kekiri dan kekanan sambil tersenyum dan warga desa bertepuk kegirangan.

“Bismillah… Bismillah….” katanya berucap dua kali. Kudapun berlari kencang. Warga desa bersorak sorai mengagumi Pak Kades dan Kudanya yang sakti itu. Gemuruh langkah kaki kuda dan sorak sorai warga berbaur jadi satu dan kudapun terus berlari makin kencang.

Rupanya Tuhan memberi peringatan. Pak Kades lupa dengan kalimat untuk menghentikan laju kudanya. Ia mulai gemetar. Kuda terus berlari kencang menuju tepi jurang. Warga desa masih tetap bersorak gembira, tak mengetahui ketakutan Pak Kades.

Segala daya kekuatan difokuskan untuk mengingat kalimat yang harus diucapkan untuk menghentikan kudanya yang lari tak terbendung, hingga ia sadar dan segera dalam kepanikan memohon ampun serta berucap “Astaghfirullah…”

Kuda berhenti tepat dibibir jurang. Dengan hati lega ia mengurut dan menghela nafas sambil berucap “Alhamdulillah” dan kudapun melompat dan nyungsep ke jurang. Dan sorak sorai warga desa makin keras sambil menolong. (*)

Komentar Anda