Guru Dolle dan Pengemis

guru dolle dan pengemis

Puasa ini membuat aktifitas Guru Dolle berkurang. Selain itu, rumahnya baru terendam banjir. Maklum saja warga desanya sudah tak mau peduli menjaga hutan. Beginilah akibatnya kalau pohon ditebang.

Apalagi sepuluh hari pertama Ramadhan akan berakhir, dan persediaan makananpun mulai menipis..

Ia lebih banyak menghabiskan waktu berada di balkon luar lantai dua rumahnya sambil melihat hamparan sawah desanya yang masih digenangi air.

Tiba-tiba seseorang lelaki kekar berpakaian sedikit rapi dan berteriak. Melihat postur tubuhnya, ia adalah pekerja keras yang baru saja datang dari kota.

“Hey… Pak…. Pak… Pak… kesini turun…” teriaknya.

Baca Juga :  MENGHUKUM TANGAN

“Edddeeeee….. Mau apa kau…” Balas Dolle dengan suara yang sama kerasnya.

“Segeralah turun, ada yang ingin kusampaikan,” katanya sambil terus tangannya turun naik memaksa Dolle untuk turun.

“Katakan saja,” sahut Dolle.

“Aku tak bisa bicara dengan jarak jauh, kita harus berhadapan,” jawabnya.

Tak tega perasaan Guru Dolle, iapun turun dengan maksud dapat memberi solusi atas masalah yang dihadapi.

“Apa yang bisa kubantu?” tanya Guru Dolle.

“Aku ini orang miskin yang membutuhkan bantuanmu. Bisakah kamu memberiku sekilo beras?” katanya.

Mendengar perkataan orang itu, Guru Dolle kesal dan tanpa menjawab ia langsung mengajaknya naik ke lantai atas rumahnya.

Baca Juga :  RAJA BELI CENDOL

“Irrrraaaeeeee….. Badan segini kekar kok masih ngemis sih,” gerutunya dalam hati.

Sampai di atas Guru Dolle mempersilahkan duduk dan mereka saling berhadapan.

Dengan perlahan Guru Dolle berkata, “maaf, aku tidak bisa membantumu, berasku habis,”

Wajah lelaki itu langsung berubah menunjukkan rasa kesal, “kalau engkau tidak bisa memberiku apa-apa, mengapa kau menyuruhku naik?”

“Mengapa tak kau katakan saja permintaanmu dari bawah, sehingga aku juga tak perlu turun?” Balas Guru Dolle tak mau kalah. (*)

Komentar Anda