Sempat Putus Asa, Kini Karyanya Tembus Pasar Dunia

AMRIL HADI, DESAINER TAS POPULER ASAL DASAN TAPEN GERUNG

Kini Karyanya Tembus Pasar Dunia
DAPAT PENGHARGAAN: Amril Hadi saat mengikuti acara di Balai Kartini Jakarta 2019 lalu.(ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

Tas kulit diaplikasikan dengan bahan kain menjadi barang biasa. Namun tidak bagi perajin tas kulit di Lombok yang mengaplikasikan bahan tas kulit dengan tenun khas Lombok. Apalagi tas merupakan pelengkap fashion.

DEVI HANDAYANI-LOMBOK BARAT

AMRIL Hadi, warga Dasan Tapen Kecamatan Gerung Lombok Barat ini mendesain tas kulit dengan tenun menjadi tas cantik dan menarik. Usaha yang digeluti sejak 2013 menjadi pilihanya. Sebelumnya, ia menjadi seorang elektronik, kemudian bekerja di bidang pariwisata dan beralih menjadi driver.

Sayangnya karena kondis kondisi perekenomian membuatnya beralih menjadi pengusaha sekaligus perajin. “Kalau awalnya saya secara tidak langsung atau tidak disengaja, malah saya juga tidak ada basis (keahlian) perajin. Tapi karena desakan ekonomi juga jadi saya coba ini,” kata Amril Hadi saat ditemui Radar Lombok, kemarin.

Meskipun tidak memiliki keahlian menjadi perajin, tetapi dirinya mulai mencoba membuat tas untuk sang istri. Bahan yang digunakan pun dari lapisan kulit untuk jok motor. Hanya saja dalam proses pembuatannya sendiri membutuhkan waktu lama, karena tidak ada keahlian dan hanya belajar secara otodidak. “Karena tidak punya basis jadi perajin, saya belajar buatnya dari lihat-lihat di majalah. Apalagi saya tidak punya keahlian menjahit juga, tapi saya mau coba-coba,” ucapnya tersenyum.

Amril sapaan akrabnya menceritakan, setelah setahun berjalannya usaha tersebut dirinya terus belajar dari pengalaman. Di mana, selama pembuatan tasnya memang masih menggunakan bahan kulit sintenis bukan kulit asli. Hanya, masih terkendala karena proses pengerjaan yang cukup lama. “Ketika memasuki tahun kedua, sekitar 1 tahun lewat 2 bulan saya mulai nyerah di situ, karena tidak ada hasilnya,” keluhnya.

Namun tidak disangka, pada saat itu dirinya memiliki kenalan seorang pengusaha kain tenun yang orang Medan tinggal di Lombok. Dirinya diundang untuk melihat-lihat hasil tenun dibuat oleh pengusaha tersebut. “Itu dulu tahun 2013, setelah saya diundang sama dia. Kemudian dia nanya bagaimana kalau kita buat tas menggunakan kain tenun ini. Akhirnya di situ saya mulai berpikir bagaimana caranya untuk bisa tas kulit dikombinasi dengan kain tenun, sehingga bisa nilai jualnya tinggi,” paparnya.

Dikatakannya, setelah memulai dari membuat tas kulit sintenis dengan tentu saat itu juga dirinnya langsung mendapat permintaan banyak dan sudah dikirim ke luar. Meskipun terkadang produknya mendapat penolakan. Lantaran dari kualitas bahannya yang masih terbilang kurang. “Tapi dari situ kita mulai menggunakan bahan kulit asli, terus ada masukan juga dari tempat pengambilan bahan dan costumer bagaimana desainnya juga,” jelasnya.

Pada akhirnya  di tahun kedua Amril memberanikan diri untuk dikembangkan jadi tas dengan menggunakan bahan kulit asli. Dimana diakhir 2014 produknya sudah bisa mengekspor ke luar negeri. Seperti Jepang, Singapura, Eropa dan beberapa negara lainnya. “Tapi itu juga ekspornya melalui agen bukan langsung dari saya,” ujarnya.

Walaupun produknya sudah banyak dikenal dan usahanya terus berjalan. Hanya saja dirinya selama menjalani usaha tersebut, mendapat cibiran dari para teman-temannya. Karena menjadi perajin dan menjahit biasanya dilakukan oleh perempuan, hal tersebut menjadi cemooh teman-temanya . “Banyak mencibir kenapa ngerjain pekerjaan perempuan, tapi sebenarnya di rumah saya itu tidak banyak yang tahu waktu. Kalau saya jadi perajin tas kulit ini,” ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, usahanya sudah cukup dikenal banyak orang. Bahkan dari kepala desa hingga tentangga pun sudah mengetahui. Tak hanya itu, ia juga bisa memberikan lapangan pekerajaan pada anak-anak muda yang putus sekolah. “Saya punya pekerja itu ada 7, saya pekerjakan semua anak-anak yang tidak selesai sekolahnya. Sebelumnya, saya berikan latihan jua ke mereka juga untuk membuat tas ini,” terangnya.

Sementara itu, dengan menggeluti usaha tersebut kini tas miliknya pun sudah banyak dikenal masyarakat. Terutama diluar negeri, apalagi dikenal sebagai salah satu produk kerajinan asli dari Lombok. Karena memang, pada saat itu belum banyak produk yang memproduksi seperti milik Amril. “Produk saya tetap disesuaikan dengan model dan desainnya menarik buat konsumen. Saya punya pembeli  bukan dari luar negeri saja, tapi di dalam daerah cukup banyak juga,” akunya.

Keuntungan didapatnya pun cukup besar, lantaran permintaannya banyak. Baik dari dalam dearah maupun luar negeri.  Bahkan dalam satu bulan dirinya mampu mengantongi ratusan juta. Pasalnya, harga satuan tas di bandro dengan harga kisarana Rp 200-500 ribu, tergantung dari model, ukuran dan bahannya. “Selain itu, saya juga dapat penghargaan tingkat nasional ransel wanita terbaik di acara Balai Kartini Jakarta,” tutupnya. (**)

Komentar Anda