Zakaria, Sang Maestro Nasional Tari Rudat dari Lombok Utara

Tak Bermimpi Jadi Maestro, Berharap Diakui UNESCO

Misalkan, sekarang saja sudah banyak anak-anak muda gengsi belajar seni rudat, karena menurut mereka sudah tidak zaman lagi. Melihat situasi itu, ia kemudian menggencarkan cerita kepada keluarga dan masyarakat, setelah ia mengajaknya. Alhasilnya, sekarang sudah mulai banyak terlibat dengan menjadi personel. Hanya saja, yang menjadi persoalan baru adalah tingkat kesejahteraan personel sehingga banyak yang bekerja ke luar daerah, makanya jumlah personel tari rudat tidak menentu.

Meski kesejahteraan tak mencukupi, tidak membuat para personel akan menghilangkan warisan nenek moyangnya. Bagi yang tidak menjalankan pasti akan datang musibah seperti yang sering terjadi di kampungnya. “Jika melihat kesejahteraan personel mungkin sudah lama mati/musnah kesenian ini,” tandasnya.

Baca Juga :  Cara Lanud Rembiga Tanamkan Patriotisme pada Anak-anak Sekolah

Menurut pendirinya, samung Jaka, setiap gerakan tari rudat memiliki pesan-pesan moral dalam kehidupan sehari-hari. Ada tiga tahapan dalam permainan yang menggambar tiga alam, yaitu tahapan pembukaan memiliki arti salam pembuka memulai lebaran kehidupan, tahapan kedua mulai masuk inti permaian, dan tahapan ketiga penutup memiliki arti mengakhir hidup dengan baik.

Baca Juga :  Pernikahan Dini, Saat Pacaran di Sayang Setelah Menikah di Tendang

Di antara tiga tahapan ada selingan dengan baris berbaris. Berarti apapun yang hendak dilakukan harus ada persiapan. Baris berbaris kedua menandakan persiapan untuk memasukan tahapan ketiga, filosofinya hidup ini akan berakhir dan setelah itu ada kehidupan terakhir. Sementara personelnya ada jenjangnya, yang paling tinggi komandan (komdam) mempunyai arti hidup paling sempurna adalah menjaga hati, menjaga lisan, dan menjaga perbuatan sehingga komandan memakai tiga simbol.

Komentar Anda
1
2
3
4
5