Zakaria, Sang Maestro Nasional Tari Rudat dari Lombok Utara

Tak Bermimpi Jadi Maestro, Berharap Diakui UNESCO

Jumlah personel juga sudah ditetapkan pendirinya terdiri dari 12 orang penari, 5 pemain musik, satu orang pelantun penyair (hadi). Kemudian, tahun kepengurusan Fathurrahman ditambah dengan alat musik penting Cina atau mandolin dan biola (sekarang sudah tidak pakai lagi karena pemain sudah meninggal dan belum ada penerusnya).

Semenjak kepengurusannya tahun 2010 hingga sekarang telah pengembangan dilakukan. Mulai dari tahun 2010 membangun Sanggar Seni Panca Pesona disuport Kemendikbud. Melalui wadah ini, lima jenis seni yang sebelumnya terpisah kemudian digabungkan menjadi satu terdiri seni rudat, seni teater komedi, syair hikayat, albarzanji, tilawatil quran.

Baca Juga :  Kisah Kades Mareje Induk Raih Penghargaan Kapolda NTB

Pada tahun sama mengikuti penyelenggaran bulan citra di Lombok Tengah, setahun kemudian mengikuti bulan citra di Sumbawa. Lalu, diundang ikut festival zaman sumit di Musium Fatahillah Jakarta tahun 2012. Tahun 2013 mendapatkan juara I tingkat provinsi di festival tari rudat, 2014 mendapatkan prestasi di Bali bidang lomba tari kreasi, tahun 2015-2016 kembali mengikuti festival bulan citra di NTB, sementara tahun 2017 hingga sekarang banyak undangan pertunjukan baik pemerintah maupun kalangan masyarakat. “Kami juga sudah ke sekolah-sekolah,” tandasnya.

Baca Juga :  Mengintip Modus Jukir Raup Keuntungan

Yang menjadi kekhawatiran Jaka adalah masuknya arus modernisasi, karena KLU sebagai daerah pariwisata akan membawa musik-musik modern. Kondisi seperti ini membuatnya sedih. Untuk itulah, ia memotivasi diri agar tetap bisa melestarikan dan mempertahankan, karena inilah yang menjadi tantangan terbesar.

Komentar Anda
1
2
3
4
5