Wisman Ngaku Kena Scam di Desa Sade, Disbudpar Klaim Hanya Miskomunikasi

PRAYA – Video salah seorang wisatawan yang diketahui bernama Davud Akhunzada asal Aljazair menghebohkan dunia maya. Pasalnya dalam akun yang beredar di YouTube dan Facebook yang diambil di Dusun Adat Sade Desa Rembitan Kecamatan Pujut, tampak wisman tersebut mengatakan jika Dusun Sade adalah sebuah pariwisata jebakan, seperti sebuah penipuan atau scam. Hal ini disebabkan dengan adanya warga lokal menawarkannya untuk membeli sarung. Di mana pada penjual pertama menawarkan barang yang dianggap terlalu tinggi dan penjual kedua yang menjual sarung sejenis malah harganya lebih murah. Hal inilah yang membuatnya kecewa dan menganggap lokasi tersebut seperti tempat wisata tipuan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Lombok Tengah, H Lendek Jayadi mengatakan, untuk keluhan wisatawan ini baginya permasalahannya sudah diklarifikasi dan bahkan menjadi atensi dari Kemenparekraf RI. Hanya saja permasalahan yang sebenarnya hanya miskomunikasi antara wisman dengan penduduk lokal. “Sudah ada konfirmasi dari pengelola (pengelola Sade, red) yang sebenarnya berawal dari kesalahpahaman yang dilatarbelakangi oleh pengertian bahasa masyarakat yang belum memahami apa yang dimaksud oleh pengunjung. Sehingga antara wisatawan dan masyarakat ada perbedaan pemahaman saja,” ungkap H Lendek Jayadi kepada Radar Lombok, Selasa (20/12).
Wisatawan tersebut merasa tertipu oleh warga setempat karena harga-harga di Desa Adat Sade dirasa ada ketidakwajaran antara songket yang kecil dengan songket yang besar. Wisawatan merasa heran terkait harga songket sarung dengan songket yang biasa dikalungkan. “Jadi wisatawan merasa ditipu karena harga songket lebih mahal yang kecil dari pada yang besar,” terangnya.
Lendek menegaskan, wisman tidak mengetahui motif-motif songket, sehingga bisa lebih mahal songket yang kecil dari pada sarung. Hal inilah yang membuat wisman merasa tertipu, terlebih penjual yang satu dengan penjual yang lain juga harganya berbeda-beda. “Jadi ini karena kesalahpahaman saja dan permasalahan ini sudah selesai,” terangnya.

Baca Juga :  GPAN Pertanyakan Keberadaan Yayasan 789 Bersinar

Ke depan dengan adanya kejadian ini maka perlu ada pembenahan, sehingga sebagai pengelola diminta agar permasalahan ini tidak terulang lagi dengan cara meningkatkan kemampuan pengelola tentang standar operasional prosdur pelayanan yang ada di lokasi desa wisata. Sehingga siapapun yang menerima wisatawan standar penerimaan harus sama. “Jadi harus sama harga yang berlaku di kawasan atau memiliki standar harga yang baku. Jangan sampai menyusahkan bagi pihak pengunjung untuk melakukan penawaran harga. Karena kita akui belum tersusunya standar harga yang ada di Dusun Sade yang menimbulkan harga tawar menawar yang tidak wajar,” terangnya.

Di satu sisi penting untuk bagaimana peningkatan sumber daya manusia (SDM) pengelola dan kepada siapapun pelaku penjualan barang atau souvenir kepada wisatawan. Agar keluhan wisatawan tidak lagi terus terjadi di berbagai lokasi wisata di daerah itu. “Jadi penjual sovenir harus memahami tentang standar harga dan juga terutama pada bahasa. Sehingga jangan sampai menimbulkan seperti yang terjadi, kejadiannya baru beberapa hari kemarin,” tambahnya Sementara itu, Pengelola Desa Wusata Dusun Adat Sade, Ardinata Sanah menegaskan bahwa pihaknya meminta maaf kepada seluruh warga Indonesia yang mana Dusun Sade sudah disebut scam.

Baca Juga :  Saluran Air Ditutup, Ratusan Petani Geruduk Dewan

Hanya saja pihaknya memastikan bahwa sebenarnya tidak seperti yang dituduhkan mengingat warga Sade sangat terbuka kepada wisatawan. “Kami ingin berusaha menjadi tuan rumah dengan sebaik mungkin namun dengan segala keterbatasan kami, keterbatasan bahasa, SDM yang mana kami warga di permukiman tradisional yang mana pendidikan kami yang kalau kita hitung kami hanya tamatan SD dan hanya ada beberapa yang sekolah tamatan atas,” terangnya.

Dengan segala keterbatasan sehingga warga tidak bisa berkomunikasi dengan baik kepada wisatawan yang datang, terlebih untuk menghadapi karakter wisatawan atas nama Davud yang dengan sengaja begitu mencecar pertanyaan bagi warga yang tidak begitu mengerti bahasa tersebut. “Intinya kami ingin menjadi tuan rumah yang baik, kami ingin menjadi lebih baik. Kami ingin supaya ada edukasi kepada kami agar kami bisa lebih baik supaya tidak mencoreng nama baik wisata Indonesia,” tegasnya.

Pihaknya menegaskan, sebenarnya ia sudah melihat video tersebut beberapa bulan yang lalu dan baru viral beberapa hari yang lalu. Namun secara kunjungan wisatawan asing dengan adanya video tersebut kunjungan wisatawan asing tidak mengalami penurunan tetap sama dan tidak berdampak. “Kalau kunjungan wisatawan domestik kami di angka 300 sampai 400 wisatawan per hari,” tambahnya. (met)

Komentar Anda