Waspada Potensi 11 Bencana di NTB, Kekeringan Sudah Terjadi

Penyaluran air bersih di wilayah kekeringan Lombok Utara sebelum covid-19. (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM–Provinsi NTB memiliki wilayah dengan kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan faktor alam maupun faktor manusia.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, terdapat 11 jenis bencana yang rutin melanda NTB. “Dari sejumlah bencana yang ada di Indonesia, Provinsi NTB merupakan salah satu yang memiliki kontribusi rawan bencana berpotensi cukup besar di antaranya terdapat 11 jenis bencana:

  1. Gunung Meletus
  2. Banjir
  3. Longsor
  4. Cuaca ekstrem (puting beliung)
  5. Gelombang tinggi dan abrasi
  6. Epidemi dan wabah penyakit
  7. Gempa
  8. Tsunami
  9. Kebakaran
  10. Konflik sosial, dan
  11. Kekeringan

“95 persen jenis bencana yang ada di NTB disebabkan oleh bencana hidrometeorologis salah satunya bencana kekeringan yang rutin terjadi di NTB setiap tahun dan melanda 9 kabupaten/kota, puluhan desa serta ratusan ribu warga terdampak,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD NTB Ir. Zainal Abidin, Jumat (18/6/2021).

Adapun untuk saat ini, bencana yang melanda tentu masih covid-19. Kemudian bencana kekeringan.

Baca Juga :  Rawan Kekeringan, Petani Minta Sumur Bor

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi NTB Nomor 3 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi NTB 2009-2029, lokasi rawan kekeringan yakni Lombok Barat tersebar di beberapa kecamatan mulai dari Kecamatan Lembar, Sekotong, Gunungsari, Batulayar dan sekitarnya. Sementara di Kabupaten Lombok Utara daerah rawan kekeringan tersebar di Kedondong, Malimbu, Pemenang, Luk, Kayangan, Selengan, Bayan, dan sekitarnya. Kemudian, Lombok Tengah (Loteng) tersebar di Kecamatan Praya Barat, Praya Timur, Pujut, Praya Tengah, Janapria dan Praya Barat Daya.

Selanjutnya, Lombok Timur (Lotim) daerah rawan kekeringan tersebar di Kecamatan Keruak, Jerowaru, Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Labuhan Haji, Pringabaya, Sambelia, dan sekitarnya. Lalu Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tersebar di wilayah Kecamatan Sejorong, Maluk, Jereweh, Endeh, Bertong, Taliwang, Tepas, Seteluk, Labuhan Sepakeh, dan Poto Tano.

Kemudian Kabupaten Sumbawa tersebar di wilayah Lunyuk Besar, Kopo, Batu Lanteh, Batu Rotok, Alas,  Penyengar, Utan, Pto Pedu, Ree Loka, Lenag Guar, semongkat, Labuan Serading, Batu Bulan, Lopok, Lape, Kalaning, Tanjung Beru, Pungkit, Plampang dan Empang.

Baca Juga :  Penuturan Warga Sambik Rempek yang Dilanda Kekeringan

Sementara, di Kabupaten Dompu tersebar di wilayah Kempo, Hu’u, Kilo, Ambalawi. Di Kabupaten Bima dan Kota Bima lokasi rawan kekeringan tersebar diwilayah Sila, Paradowane, Bima dan sekitarnya, Tawali, Sape, dan Pulau Sangeang. “Dan baru satu kabupaten yang sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan (saat ini) yakni Kabupaten Sumbawa,” katanya.

Namun sampai saat ini, kekeringan masih terjadi di beberapa wilayah saja. Sehingga untuk droping air bersih ke wilayah yang sudah mulai dilanda kekeringan masih ditangani oleh kabupaten masing-masing. “Droping air masih dapat ditangani oleh kabupaten,” ujarnya.

Saat ditanya wilayah mana saja yang sudah mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini, Zainal belum dapat membeberkan lebih rinci soal berapa kecamatan dan desa yang sudah mengalami kekeringan serta berjumlah kepala keluarga (KK) atau jumlah jiwa yang terdampak. (sal)

Komentar Anda