Waspada, Empat Pedagang Pasar Reaktif Corona

Diduga Terpapar dari Uang

RAPID TES PEDAGANG: Rapid test yang dilakukan kepada para pedagang pasar di Kota Mataram, terdapat empat pedagang dari dua pasar tradisional yang hasilnya reaktif.( ALI/RADAR LOMBOK)
RAPID TES PEDAGANG: Rapid test yang dilakukan kepada para pedagang pasar di Kota Mataram, terdapat empat pedagang dari dua pasar tradisional yang hasilnya reaktif.( ALI/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Rapid Diagnostic Tes (RDT) secara acak disejumlah pasar tradisional di Kota Mataram, sudah dilaksanakan. Hasilnya pun cukup mengejutkan. Tes masal itu menyatakan empat orang pedagang dinyatakan reaktif. “Sudah ada hasilnya. Empat orang pedagang dinyatakan reaktif,’’ ujar Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram, Nyoman Swandiasa, kemarin (11/5).

Seperti diketahui, rapid tes sudah dilaksanakan di tiga pasar tradisional. Diantaranya di Pasar Kebon Roek Ampenan pada hari Jumat (8/5), dengan mengambil 48 sampel. Kemudian Pasar Pagesangan pada hari Sabtu (9/5), sebanyak 16 sampel. Selanjutnya adalah Pasar Mandalika dengan sampel 23 orang.

Hasilnya, 2 orang pedagang di Pasar Kebon Roek dinyatakan reaktif. Kemudian 2 orang pedagang di Pasar Mandalika juga reaktif. Sementara di Pasar Pagesangan tidak ada yang reaktif. “Itu rinciannya,” katanya.

Khusus di Pasar Mandalika, petugas hanya mentracing pedagang diseputar lokasi pasien positif berinisial SM berjualan. SM kemudian meninggal dunia setelah dirawat 7 hari di RSUD Provinsi NTB. SM berjualan di blok C bagian selatan. “Hasilnya di sana ada dua orang yang reaktif,” katanya.

Ia memastikan, keempat orang yang reaktif ini adalah pedagang. Karena rapid test yang dilaksanakan petugas, tidak hanya terhadap pedagang. Melainkan juga perwakilan tukang parkir, kusir Cidomo dan lainnya. “Itu pedagang, baik di Kebon Roek dan Mandalika,” ungkapnya.

Setelah hasil rapid tes keluar, Gugus Tugas makin sibuk. Terutama untuk memetakan asal klaster mereka yang reaktif ini terpapar. Karena almarhumah SM juga belum dipastikan masuk klaster mana sampai saat ini. Muncul perkiraan bahwa mereka yang reaktif di pasar itu dari uang sebagai media penularan.

“Karena kita kan abai biasanya dengan uang ini. Kadang-kadang kan hampir setiap hari kita bayar parkir dan lainnya. Setelah ini baru kita berpikir. Ternyata uang itu media yang memungkinkan untuk penularan,” terangnya.

Selanjutnya gugus tugas tidak akan tinggal diam terhadap empat pedagang yang reaktif. Keempatnya dipastikan belum dilakukan swab. Menurut Nyoman, swab sangat dimungkinkan untuk dilakukan. “Kita menunggu kesiapan rumah sakit untuk melakukan swab. Kita kan menunggu rapid yang kedua dulu. Karena swabnya juga terbatas,” jelasnya.

Sementara itu, Wali Kota Mataram, H Ahyar Abduh juga menyatakan rapid tes digelar dipasar tradisional. Pihaknya kini menunggu keseluruhan hasil rapid tes tersebut. “Nanti kita lihat dulu hasilnya seperti apa. Kalau eskalasi penularannya banyak, kita siap melaksanakan tindakan yang diperlukan,’’ katanya. (gal)

Komentar Anda