Waspada 11 Bencana Rutin NTB

KEKERINGAN: Bencana kekeringan menjadi salah satu bencana rutin yang harus diwaspadai di wilayah NTB. (DOKUMEN/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Provinsi NTB yang memiliki wilayah dengan kondisi kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor manusia yang dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sehingga dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan di lingkup wilayah Provinsi NTB.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, terdapat 11 jenis bencana yang rutin melanda wilayah NTB seperti saat sekarang ini. Beberapa wilayah sudah dilanda bencana kekeringan.

“Dari sejumlah bencana yang ada di Indonesia, Provinsi NTB merupakan salah satu yang memiliki kontribusi rawan bencana berpotensi cukup besar, di antaranya terdapat 11 jenis bencana,” ungkap Kepala BPBD Provinsi NTB, Zainal Abidin saat dikonfirmasi Radar Lombok.

Zainal menyebutkan, jenis bencana yang terjadi di Provinsi NTB antara lain yakni, bencana gunung meletus, banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem (angin puting beliung), gelombang tinggi dan abrasi, epidemic, wabah penyakit, gempa bumi, tsunami, kebakaran gedung dan permukiman, konflik sosial, dan kekeringan.

Baca Juga :  Prof Bambang Hari Kusumo Dilantik Jadi Rektor Unram Periode 2022-2026

“95 persen jenis bencana yang ada di NTB disebabkan oleh bencana hidrometeorologis. Salah satunya bencana kekeringan yang rutin terjadi di NTB setiap tahun dan melanda 9 wilayah kabupaten/kota, puluhan desa serta ratusan ribu warga terdampak,” terangnya.

Zainal juga menyampaikan, lokasi kawasan rawan bencana kekeringan di NTB berdasarkan Perda Provinsi NTB Nomor 3 Tahun 2010 tentang RTRW Provinsi NTB 2009-2029 yakni, Lombok Barat dan Lombok Utara. Beberapa wilayah yang menjadi lokasi rawan kekeringan tersebar di beberapa kecamatan. Mulai dari Kecamatan Lembar, Sekotong dan sekitarnya,

Kedondong, Malimbu, Pemenang, dan sekitarnya, Liuk, Kayangan, Selengan, Bayan, Medas dan sekitarnya.

Kemudian, Lombok Tengah tersebar di Kecamatan Praya Barat, Praya Timur, Pujut, Praya Tengah, Janapria, dan Praya Barat Daya. Selanjutnya, Lombok Timur, tersebar di Kecamatan Keruak, Jerowaru, Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Labuhan Haji, Pringabaya, Sambalia, dan sekitarnya. Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tersebar di wilayah Kecamatan Sejorong, Maluk, Jereweh, Endeh, Bertong, Taliwang, Tepas, Seteluk,Labuhan Sepakeh, dan Poto Tano.

Kemudian Kabupaten Sumbawa,tersebar di wilayah Lunyuk Besar, Kopo, Batu Lanteh, Batu Rotok, Alas,Penyengar, Utan, Poto Pedu, Ree Loka, Lenag Guar, Semongkat, Labuan Serading, Batu Bulan, Lopok, Lape, Kalaning, Tanjung Beru, Pungkit, Plampang dan Empang. Sementara di Kabupaten Dompu, tersebar di wilayah Kempo, Hu’u, Kilo, Ambalawi, Kabupaten Bima dan Kota Bima lokasi rawan kekeringan tersebar di wilayah Sila, Paradowane, Bima dan sekitarnya, Tawali, Sape, dan Pulau Sangeang. “Dan baru satu kabupaten yang sudah menetapkan status siaga darurat kekeringan yakni Kabupaten Sumbawa,” katanya.

Baca Juga :  Dewan Sesalkan Paket Menginap di Bali

Namun sampai saat ini, kekeringan masih terjadi di beberapa wilayah saja. Sehingga untuk droping air bersih ke wilayah yang sudah mulai dilanda kekeringan masih ditangan oleh

kabupaten masing-masing. “Droping air masih dapat ditangani oleh kabupaten,” ujarnya.

Saat ditanya wilayah mana saja yang sudah mengalami kekeringan pada musim kemarau tahun ini? Zainal belum dapat membeberkan lebih rinci soal berapa kecamatan dan desa yang sudah mengalami kekeringan serta berjumlah kepala keluarga (KK) atau

jumlah jiwa yang terdampak. (sal)

Komentar Anda