Warga Palembang Tewas di Gunung Rinjani

Ilustrasi tenggelam
Ilustrasi

LOTIM—Salah seorang pendaki Gunung Rinjani asal Palembang bernama Ika, 26 tahun, dikhabarkan tewas tenggelam di lokasi pemandian air panas Umarmaya, sekitar 150 meter dari camp perkemahan Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Kejadian itu terjadi pada Minggu (8/5), sekitar pukul 17.30 Wita, ketika korban bersama empat rekannya sedang mandi di kolam air panas tersebut.

Menurut keterangan salah satu rekan korban bernama Heri, asal Bandung, kalau saat kejadian itu lima rekan putrinya sedang mandi di kolam air panas. Tiba-tiba kelima rekan yang telah berada di kolam merasa disedot ke dalam air, dengan kedalaman air mencapai dada orang dewasa ini.

Spontan mereka berteriak, hingga kemudian ditolong oleh rekan-rekannya yang kebetulan berada di sekitar kolam, dan menariknya keluar. Namun salah seorang rekannya bernama Ika, asal Palembang, ternyata tidak bisa diselamatkan. Korban menghilang dalam air pada kolam air panas yang tidak terlalu dalam tersebut.

Kemudian dilakukan pencarian sampai sekitar pukul 22.00 Wita, namun tidak juga berhasil ditemukan. Baru keesokan harinya sekitar pukul 09.30 Wita, jasad korban terlihat mengapung.

Pihak TNGR selaku pengelola kawasan Gunung Rinjani, saat diminta keterangan mengaku heran dengan kasus yang dikatakan baru pertama kali terjadi tersebut. “Memang informasi yang kami terima, korban dan empat rekannya merasa seakan disedot ke dalam air, hingga korban kemudian menghilang. Padahal kolam tidak terlalu dalam,” kata Kepala Pos Resort Sembalun, Mustaan.

Baca Juga :  Ditertibkan, Warga Jurang Koak Akui Lahan TNGR

Pihaknya sendiri mendapatkan informasi itu dari masyarakat Sembalun sekitar pukul 18.00 Wita, setelah ditelpon oleh rekan korban bernama Heri. Setelah dilakukan pengecekan, ternyata nama korban tidak tercatat di registrasi Pos Sembalun. Padahal rombongan yang terdiri dari 26 orang, dan satu porter ini mendaki dari Sembalun pada Jum’at lalu (6/5). Hanya saja mereka tidak melapor di Pos.

Karena itu, diperkirakan rombongan dari berbagai wilayah Indonesia, bahkan salah satunya warga Malaysia, mereka adalah para pendaki illegal yang mendaki melalui jalur Dapur Blek Sembalun. Hal ini tentu saja sangat disayangkan.

Begitu pihaknya mendapatkan laporan, segera melakukan koordinasi dengan para petugas yang ada di atas, atau danau, termasuk dengan petugas di Senaru, KLU. “Petugas kami dan tim SAR sudah berangkat naik tadi pagi dari jalur Senaru. Karena TKP lebih dekat di jangkau dari jalur Senaru,” imbuhnya.

Namun lantaran hujan lebat terjadi sejak siang tadi, perjalanan yang biasanya butuh waktu sekitar 8 sampai 9 jam ke Danau Segara Anak, tidak bisa ditempuh tepat waktu. Bahkan hingga petang kemarin, tim evakuasi masih tertahan di Pos Tiga.

Mereka tidak berani melanjutkan perjalanan, lantaran jalur Senaru dikenal cukup licin dan terjal. Tidak mau ambil resko, tim evakuasi terpaksa menunggu sampai pagi, baru kemudian kembali melanjutkan perjalanan guna menjangkau TKP.

Baca Juga :  Tim Asesor Unesco Hari Ini Kunjungi Sembalun

Jenazah korban diperkirakan baru akan sampai Senaru sekitar pukul 15.00 sore ini (kemarin-red). Itupun jika cuaca mendukung. Jika tidak maka kemungkinan malam baru akan sampai di Senaru.

Terkait kondisi TKP yang telah menelan korban, meski puluhan tahun menjadi lokasi mandi para wisatawan. Pihaknya mengaku akan melakukan penelitian, apakah memang benar berbahaya. Pasalnya, kejadian tersebut baru pertama kali terjadi, dan pada kolam dimaksud selama ini tidak pernah ditemukan kondisi berupa lubang atau pusaran air yang berbahaya bagi pengunjung.

“Kondisi kolam biasa saja seperti kolam pada umumnya, dengan ukuran sekitar 6 kali 5 meter, kedalaman sekitar dada orang dewasa. Karena itu, ketika mendengar kabar ini sepertinya tidak masuk akal, kalau mereka tersedot ke dalam air seperti pengakuan mereka,” jelasnya.

Kepada para pendaki, Mustaan berharap agar mengikuti aturan yang berlaku. Dimana hendaknya pendaki mendaftarkan diri melalui Pos Sembalun jika mendaki melalui jalur Sembalun, atau Senaru jika melalui KLU.

Terkait pengawasan, dikatakan pihaknya tetap melakukan pengawasan pada jalur-jalur yang diperkirakan digunakan para pendaki selama ini. Namun tentu tidak bisa 24 jam melakukan pengawasan, kecuali pada pos resmi di Sembalun. (lal)

Komentar Anda