Warga Lombok Tengah Tutup Paksa Galian C

Kades Berdalih Jadikan Objek Pariwisata

Warga Lombok Tengah Tutup Paksa Galian C
DEMONSTRASI: Puluhan warga Desa Tanak Beak Kecamatan Batukliang Utara menggelar aksi menolak tambang galian C di desa setempat, Sabtu lalu (9/10). (M.Haeruddin/Radar Lombok)

PRAYA—Puluhan warga Desa Tanak Beak Kecamatan Batukliang Utara  Lombok Tengah  melakukan penutupan paksa lokasi tambang galian C di desa setempat.

Warga  menuding  aktivitas tambang  yang beroperasi baru dua pekan tersebut tidak memiliki izin dan merusak lingkungan. Keberadaan tambang galian C itu membuat sawah petani terganggu. Sawah mereka yang tidak bisa diairi. Air sungai tidak bisa mengalir tertutup dengan adanya galian C tersebut. “Galian C yang baru saja dimulai malah sudah bisa kita rasakan dampak negatifnya. Banyak sawah- sawah yang rusak dan tidak bisa difungsikan lantaran air yang kita pakai untuk mengairi sudah tidak ada lagi . Untuk itu kami meminta dengan tegas untuk tidak beroperasi lagi,”ungkap  Hinawati salah satu warga pemilik lahan Sabtu lalu (9/12).

Baca Juga :  Galian C Cemari Ratusan Hektar Sawah

Disampaikanya tidak ada alasan bagi pemerintah untuk memberikan izin terhadap aktivitas galian C tersebut. Pasalnya sudah jelas- jelas galian merusak lingkungan. “Mau diapain anak cucu kami nantinya, jika saat ini saja alam sudah mulai dirusak akibat dari adanya galian itu. Untuk itu jika tetap saja beroperasi maka kami yang akan menutup paksa galian itu,”jelasnya.

Lokasi tambang galian C seluas 70 are itu  adalah tanah pecatu.  Sebelum penambangan ini, tidak pernah ada sosialisasi. Pemerintah desa seolah- olah tidak mau tahu dengan membiarkan aktivitas penambangan itu berlangsung.

“Coba bayangkan, lahan y lokasi galian C itu adalah lahan produktif. Informasinya untuk dijadikan embung oleh pemerintah desa sebagai salah satu destinasi wisata. Ini jelas tidak masuk akal jika embung diharapkan menjadi destinasi wisata karena jelas- jelas akan merusak alam kita,”tambahnya.

Warga Lombok Tengah Tutup Paksa Galian C

Sebenarnya lokasi yang digali tersebut ada tiga. Dua lokasi berada di tanah milik perorangan, sementara satu lagi adalah tanah pecatu.  ”Intinya kita menolak, soalnya danpak kepada masyarakat itu sangat besar yakni kita tidak bisa menanam padi dan air juga menjadi kotor sehingga kita tidak bisa mandi,”tambahnya.

Junaidi warga lainnya menjelaskan bahwa jika terus dilakukan penggalian, maka ratusan hektar sawah  warga tidak akan bisa ditanami  padi lagi. Padahal warga menggantungkan hidup dari hasil pertanian. “Kami bisa membiayai anak- anak kami sekolah karena adanya hasil dari tanaman padi di sawah. Namun jika pemerintah melakukan pengerukan maka sudah jelas akan menutupi aliran sungai yang ada. Sehingga kami meminta agar aktivitas penambangan tersebut jangan dilakukan,”tambahnya.

Baca Juga :  Daerah Galian C dan Pariwisata Dipasangi Rambu

Untuk itu, pihaknya meminta kepada pemerintah desa untuk membuka mata hatinya agar tidak merusak lingkungan demi segilintir orang.  Jika tuntutan mereka tidak didengarkan, maka pihaknya tidak akan segan- segan melakukan aksi demonstrasi dengan jumlah massa yang lebih besar lagi.

Sarman warga lainnya mengatakan, warga  melakukan tutup paksa  karena sudah jenuh dan tidak mau melihat persoalan tersebut berlarut- larut. “Jadi tuntutan kami tidak boleh ada galian, karena ini sudah jelas merusak lingkungan,”jelasnya.

Kepala Desa Tanak Beak Maknun ketika dikonfirmasi Radar Lombok menyampaikan apa yang dilakukan tersebut merupakan sebuah kesepakatan dengan para kadus dan jajaran lainnya. Bahkan ia mengklaim jika yang melakukan aksi penolakan  tersebut adalah orang- orang yang sebelumnya menjadi rival politiknya. “Lengkap sudah persyaratanya mulai dari teknisi dan bagaimana caranya dikelola embung yang akan kita buat ini. Yang melakukan itu adalah segelintir orang yang sebelumnya menjadi rival politik kita. Karena kalau saya, tidak ada masalah,”ungkapnya saat dihubungi.

Berdasarkan kesepakatan, lokasi tersebut akan dibuat menjadi embung desa dan sebagiannya untuk kolam renang. Kalau irigasi untuk mengairi sawah yang informasinya terutup, sudah diselesaikan. “Bukan kita mau menyengsarakan masyarakat. Malah kita mau bentuk tempat wisata karena sudah ada Pokdarwis kita juga,”tambahnya.

Dirinya meminta  warga yang melakukan aksi tersebut agar lebih baik membicarakanya dengan baik- baik. “Kami sudah siap untuk menjelaskan itu. Apalagi oknum yang demo sudah pasang garis polisi sementara polisi sendiri tidak tahu,”tambahnya.(cr-met)

Komentar Anda