Warga Kota Mataram Tolak Dikatakan Intoleran

NYATA : Salah satu kegiatan nyata dilakukan warga bersama anak-anak dilatih untuk menjaga tolerasi antar umat beragama. (SUDIRMAN/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Warga Kota Mataram menolak dikatakan hasil penelitian dari Setara Institute merilis hasil laporan Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2022. Di mana Kota Mataram masuk urutan kelima kota tidak toleran (intoleran) dengan skor 4,387 setelah Cilegon, Depok, Padang dan Sabang.

Setara Institute merupakan Lembaga Swadaya masyarakat berbasis Indonesia yang melakukan penelitian dan advokasi tentang demokrasi, kebebasan politik dan hak asasi manusia. Dalam laporannya, Setara Institute melibatkan 94 kota dari total 98 kota di Indonesia. Penilaian dilakukan dengan menggunakan 4 variabel seperti regulasi pemerintah kota, regulasi sosial, tindak pemerintah dan demografi sosio keagamaan.

Warga mulai menyuarakan kebenaranya, selama ini Kota Mataram terus menjaga tolerasi antar umat beragama. Salah satu persatuan Dojo Lingkar Selatan  Pagutan terus menyuarakan tolerasi antar umat beragama. ‘’Semangat berbagi dari semenjak usia dini dan belajar manjaga kerukunan antar umat beragama toleransi dan damai. Kita dipersatuan olahraga pencak silat selalu menjaga hal itu bersama warga dan anak-anak sudah terlatih dalam menjaga kerukunan antar agama. Bahkan saat Ramadan anak-anak non Muslim membagikan takjil ke warga Muslim,’’ kata pembina Dojo Lingkar Selatan, Faturrahman kepada Radar Lombok, Minggu (16/4).

Baca Juga :  Biaya Seragam Sekolah Kuras Kantong Wali Siswa

Menurutnya, warga Kota Mataram terus menajag harmonisasi antara anak, orang tua yang terbangun semakin kental. Di wilayah Kelurahan Pagutan sampai Kecamatan Mataram terus terbangun komunikasi yang baik selama ini. Meski berbeda, agama anak-anak sampai orang tua membangun keharmonisan. ‘’Kita sangat apresiasi selama ini, dari warga anak-anak sudah bisa menjaga tolerasi antar umat beragama,’’ ucapnya.

Upaya menjaga harmonisasi tersebut sudah dicanangkan sejak awal pemerintahan yaitu sesuai dengan visi Kota Mataram Harum. Pemerintah Kota Mataram juga terus menyuarakan bersama-sama.

Anggota Fraksi Golkar DPRD Kota Mataram, Rino Rinaldi mempertanyakan dasar dari penelitian yang diajukan lembaga tersebut. Karena dari segi  acuan dari hasil penilaian tersebut dinilai belum sepenuhnya menyasar keberagaman di Kota Mataram dan keharmonisan yang dibangun selama ini. Dari segi sosial keagamaan selama ini masyarakat di Kota Mataram hidup rukun berdampingan. “Kalau dibilang intoleran, sekarang ini Kota Mataram dari segi keagamaan, bagaimana kita berdampingan dengan Hindu, Kristen, Islam, kita berdampingan bahkan satu lingkungan ada yang sama-sama berdekatan rumah,’’ ujarnya.

Baca Juga :  Kontraktor Proyek Gerbang UIN Ditegur

Terlebih jika ada acara keagamaan, seperti puasa, hari raya Nyepi maupun hari besar lainnya, masyarakat hidup berdampingan, saling menjaga dan saling mengawal. Sebagai salah satu kota penyangga pariwisata, Kota Mataram selama ini juga ikut terlibat menyukseskan berbagai agenda besar di NTB. “Kita sangat welcome. Jadi intolerannya itu saya rasa tidak benar,’’ tegasnya. (dir)

Komentar Anda