
MATARAM – Belasan warga Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara mendatangi Kantor Gubernur NTB untuk mengadu perihal darurat air bersih yang terjadi diwilayahnya. Warga Gili Meno meminta agar air bersih untuk wilayahnya segera dihidupkan kembali. Kehadiran belasan warga Gili Meno diterima oleh Asisten II Setda NTB H Pathul Gani di Pendopo Gubernur NTB, Kamis (6/6).
Akibat darurat air bersih tersebut, warga Gili Meno menuai banyak kerugian pasca pemutusan distribusi air bor oleh PT Berkat Air Laut (BAL) akhir Mei lalu. Salah satunya jumlah kunjungan wisatawan ke Gili Meno turun drastic, karena krisis air yang terjadi di kawasan tersebut. Belum lagi tamu-tamu yang membatalkan secara sepihak reservasi mereka kepada pihak pengelola penginapan. Penduduk setempat juga harus membeli air bersih di daratan dan ini semakin merugikan masyarakat.
“Hari ini menindaklanjuti apa yang disampaikan teman-teman saat aksi kemarin bahwa saat ini krisis air di Gili Meno. Kami meminta air bersih ini segera dihidupkan ke Gili Meno,” kata Kepala Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara Wardana dihadapan Asisten II Setda NTB.
Wardana mengatakan bahwa satu-satunya penyedia air bersih di Gili Meno adalah PT. BAL. Dengan diputuskannya distribusi air bersih dari perusahaan tersebut, warga Gili Meno menjadi kesulitan mendapatkan air bersih. Akibatnya warga harus membeli air bersih dengan harga yang sangat mahal ke pedagang di daratan. Satu galon yang berisi 20 liter air dibanderol dengan harga Rp50 ribu. Sedangkan jumlah air sanggup dibeli warga tidak cukup untuk kebutuhan operasional penginapan.
“Kalau ada penginapan terisi penuh paling tidak kita harus mengisi berapa puluh liter air. Kalau itu dilakukan, maka habis untuk operasional saja,” ungkapnya.
Terlepas dari proses hukum yang sedang dijalani Direktur PT. BAL dan PTGNE, dia berharap agar pemerintah dan aparat penegak hukum lebih mengedepankan rasa kemanusiaan. Ia ingin agar warga Gili Meno bisa mendapatkan air bersih secepatnya, karena banyak pihak yang dirugikan akibat krisis air bersih ini.
Terhadap persoalan ini, dia meminta agar bisa disambungkan pipa PDAM untuk air bersih dari Gili Air menuju Gili Meno. Karena jika hanya mengharapkan investor dia khawatir akan berdampak pada kondisi bahari kawasan Gili Meno.
“Yang kita jual bahari, kalau lautnya rusak sudah tidak ada lagi (Point Selling,red),” ujarnya.
Saat ini Pemprov sedang menimang apa yang menjadi usulan warga Gili Meno. Namun pihaknya menyakini bahwa usulan pemasangan pipa ini sangat memungkinkan untuk menjadi solusi atas krisis air bersih yang terjadi di Gili Meno. Sebab AMDAL serta jalur untuk pemasangan pipa air PDAM dikawasan Gili Meno ini sudah ada.
Opsi lain untuk mempercepat pendistribusian air bersih ini adalah menghidupkan kembali operasional PT. BAL dan PT GNE, yang menjadi satu-satunya memasok air bersih ke Gili Meno. Ia juga meminta agar Pemprov NTB segera memanggil Pemkab KLU untuk secepatnya mengatasi persoalan krisis air bersih ini.
“Mudah-mudahan krisis air ini tidak terulang lagi,” ujarnya
Sementara itu, Asisten II Setda NTB H Pathul Gani yang menerima audiensi warga Gili Meno di Pendopo Gubernur mengatakan warga ingin agar PT.BAL dan PT.GNE dapat kembali beroperasi diwilayahnya. Hanya saja pemerintah perlu mengkaji apakah dalam proses hukum yang sedang dijalani dua pimpinan perusahaan tersebut dimungkinkan agar PT.BAL dan PT. GNE untuk bisa beroperasi kembali di Gili Meno.
“Tentu ini pendapat hukum kita dengar, dengan tetap mempertimbangkan manfaat dan mudarat untuk masyarakat. Tetap kita memperhatikan aturan dengan tidak melanggar aturan,” jelasnya
Sedangkan terkait permintaan warga untuk menyambung pipa PDAM dari Gili Air ke Gili Meno, menurut Gani itu juga butuh biaya yang cukup besar mencapai Rp7 miliar – Rp8 milliar. Berikut juga merupakan solusi jangka panjang. Tapi pemerintah ingin mengupayakan untuk menangani air bersih dalam jangka pendek lebih dulu.
“Kami akan mengundang Pemda KLU dan pihak terkait lainnya. Semoga secepatnya ada solusi,” harapnya. (rat)