Warga Gelar Tradisi Pene Lando

BERKUMPUL: Masyarkat Desa Pene berkumpul di Penyungguk Watu sebelum ke lokasi ritual inti Pene Lando (Janwari irwan/ Radar Lombok)

SELONG–Berbagai cara dilakukan masyarakat Lombok melakukan ritual memanggil hujan dan menolak bahaya. Masyarakat Sagik Mateng  Selatan, Desa Pene, Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur (Lotim) misalnya. Warga setempat menggelar tradisi tahunan Pene Lando.

Tradisi tahunan Pene Lando digelar setiap tahun pada bulan ketujuh kalender Islam atau tepatnya pada tanggal 17 bulan Safar. Pada waktu ini merupakan awal dikerjakannya tradisi yang dipercaya bisa membawa keamanan di desa bersangkutan. “Jadi kita tidak tahu kenapa mesti pada tanggal 17 bulan 7. Namun menurut para pendahulu, tanggal ini pertama kali dikerjakan oleh nenek moyang kita,” ungkap ketua adat Sagik Mateng Selatan, Amaq Saah kepada Radar Lombok, Rabu (16/11).

Baca Juga :  Suhaili Respon Pro Kontra Tradisi Madak

Amaq Saah menjelaskan, tradisi Pene Lando ini sebelum mencapai ke lokasi tujuan ritual di Bagek Tandok, masyarakat harus melewati penyungguk watu. Penyungguk watu merupakan tempat berkumpul warga sebelum tiba ke lokasi. Di lokasi ini, masyarakat setempat juga melakukan ritual.

Ritual ini bagi masyarakat Sagik mateng dipercaya sebagai penolak bala. Praktis, bila ritual ini tidak digelar masyarakat dipercaya akan terjadi banyak cobaan dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak pada keamanan kampung.

Sementara itu, Kepala Dusun Sagek Mateng Selatan, Muhammad Fauzi mengatakan, ritual yang dilakukan masyarakat ini selain untuk memanggil hujan dan menolak bala, ritual ini dihajatkan untuk menyambung silaturrohmi antara masyarakat yang satu dengan yang lain.

Baca Juga :  Bulan Ramadan Makin Semarak dengan Tradisi Nyala Dile Jojor

Dengan begitu, demi melestarikan budaya adat yang dilaksanakan sekali setahun ini, untuk tahun depan pihaknya akan berusaha menggelarnya lebih meriah. Ritual ini dipastikan akan tetap dilestarikan warga setempat.

Sementara itu, Camat Jerowaru, Lalu Ahmad Zulkipli mengatakan, kegiatan ini merupakan adat yang setiap tahun dilakukan untuk meminta air hujan kepada Allah Swt. Apalagi pada saat ini di desa Pene belum ada hujan yang turun.

Selain itu, kegiatan ini juga untuk mengajar para generasi muda untuk bisa melestaraikan budaya, adat istiadat yang merupakan peninggalan nenek moyang. Terutama pada generasi muda yang saat ini sudah banyak yang kehilangan identitas budayanya. (cr-wan)

Komentar Anda