MATARAM — Abdul Muzakir, warga asal Kampung Dalem Lauk, Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur (Lotim), meninggal diduga dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kampung Masi, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, pada 31 Juli 2024 lalu.
“Ya, saya baca di berita,” kata Kepala Bidang Bina Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans NTB, M. Ikhwan Abbas, saat dikonfirmasi Radar Lombok, Selasa (6/8).
Menurut Informasi, korban sudah bekerja di Papua selama lima tahun, bekerja menjadi sopir pengantar kayu chainsaw. Pada saat kejadian, korban sedang dalam perjalanan menggunakan truk perusahaan tempatnya bekerja. Namun nasib malang menimpa pria 32 tahun itu, di tengah perjalanan korban tiba-tiba dihadang oleh KKB.
Korban sempat mencoba kabur, namun apa daya, korban akhirnya tewas di tangan KKB. Tak hanya itu, truk yang dikendarai korban juga dibakar. Pihak keluarga pun meminta perhatian semua pihak, terutama perusahaan tempat korban bekerja.
Dengan korban sudah bekerja sebagai sopir di Papua selama lima tahun, Abbas menduga kalau Abdul Muzakir ini adalah warga Lombok yang ikut program transmigrasi ke Papua, alias menjadi penduduk setempat. “Kita tidak tahu apakah dia transmigrasi atau apa. Kayaknya dia menetap disana, menjadi masyarakat disana,” duganya.
Pasalnya, lanjut Abbas, warga NTB yang melakukan transmigrasi ke Papua cukup banyak. Dimana mereka yang transmigrasi punya beragam pekerjaan, salah satunya adalah sopir. “Artinya kalau sudah transmigrasi jadi masyarakat Papua, ber-KTP Papua, dan pasti keluarga besarnya disana,” ujarnya.
Dugaan soal Abdul Muzakir bukan tenaga kerja NTB, juga diperkuat dengan tidak adanya program antar kerja antar daerah (AKAD) dalam menempatkan tenaga kerja NTB di Papua. Sedangkan program AKAD untuk NTB hanya ke wilayah Kalimantan. “Kalau penafsiran saya, dia memang sudah lama disana (Papua), jadi masyarakat disana. Cuma memang asalnya saja yang warga Lotim,” terangnya.
Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) NTB Lalu Gita Ariadi menyebut Papua sebagai daerah yang penuh resiko.
Karenanya, bukan hanya Pemprov NTB, tapi pemerintah setempat juga melakukan upaya-upaya untuk bagaimana melindungi warganya, baik itu pendatang maupun warga asli.
“Tentu dengan situasi kita lebih cermat melihat situasi suatu daerah. Tapi tentu ini aparat keamanan kita sudah melakukan langkah-langkah terukur untuk penyelesaian,” singkatnya. (rat)