Wapres Resmikan Bank Wakaf Mikro Astra di Lombok

BANK WAKAF: Dari kiri, Chief of Astra Financial, Adi Sepiarso, Chief of Corporate Affairs Astra International, Riza Deliansyah, Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dan CEO Asuransi Astra, Rudy Chen, tampak berbincang usai peresmian Bank Wakaf Mikro (BWM) oleh Wapres, Kamis (20/2/2020). (ist for radarlombok.co.id)

LOTENG—Pengembangan Bank Wakaf Mikro (BWM) yang di pondok-pondok pesantren, harus menjadi pintu masuk bagi pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Pernyataan itu disampaikan Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Ma’ruf Amin, usai meresmikan BWM Ahmad Taqiuddin Mansur (ATQIA) di Pondok Pesantren Al Manshuriyyah Ta’limusshibiyan Lombok Tengah (Loteng), Kamis kemarin (20/2/2020).

Peresmian dihadiri oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc, Chief Executive Officer Asuransi Astra, Rudy Chen, dan Chief of Astra Financial Adi Sepiarso.

Menurut Ma’ruf Amin, kehadiran BWM ini sangat membantu pesantren-pesantren dalam menumbuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di lingkungan pesantren, termasuk masyarakat sekitarnya. Karena itu, ia mengharapkan dana wakaf yang memiliki potensi yang sangat besar tersebut, bisa dikembangkan agar semakin banyak UMKM yang bisa digarap, mengingat BWM ini sangat terbatas.

Dikatakan, dana sosial, terutama wakaf dan zakat sangat penting dalam membangun ekonomi umat. Zakat saat ini baru mencapai sekitar Rp 8 triliun, atau 3,5 persen dari potensi sebesar Rp 230 triliun per tahun yang bisa digarap. “Potensi ini yang akan kita dorong agar menjadi kekuatan bagi pengembangan ekonomi umat,” tegas Wapres.

Senada, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah sangat mengapresiasi keberadaan Bank Wakaf Mikro ini. Pihaknya juga meminta kepada OJK selaku inisiator untuk membentuk Bank Wakaf Mikro lainnya di Ponpes-Ponpes yang ada di Provinsi NTB. “Kalau semua pondok pesantren kita memiliki Bank Wakaf Mikro, Insya Allah saya yakin suatu saat tidak ada kemiskinan di NTB ini,” tegasnya.

Sementara itu, Chief Executive Officer Asuransi Astra, Rudy Chen mengatakan pihaknya sangat mendukung pendirian BWM ini, karena hal tersebut sejalan dengan visi perusahaan, yakni memberikan “peace of mind” kepada jutaan pelanggan. “Ada pun pelanggan yang kami maksudkan di sini, tidak hanya mereka yang menggunakan produk kami saja, namun juga masyarakat di sekitar kami. Semoga kontribusi yang kami berikan melalui BWM ATQIA dapat memberikan “peace of mind” bagi masyarakat Lombok,” harap Rudy.

Sedangkan Chief of Astra Financial, Adi Sepiarso menambahkan, dukungan yang diberikan Astra Financial melalui kehadiran BWM ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia di berbagai daerah.

Ia menandaskan, lewat program BWM ini, Astra dan Astra Financial akan terus bekerjasama dengan OJK untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Mulai dari pengenalan terhadap Lembaga Jasa Keuangan, karakteristik, manfaat, biaya, serta risiko keuangan. Dengan tujuan untuk membawa perubahan positif pada perilaku keuangan masyarakat.

BMW ATQIA ini diinisiasi oleh PT Astra International Tbk (Astra) dan PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra). Ini merupakan BWM kedelapan yang didirikan oleh kelompok usaha Astra. Sebagai informasi, BWM merupakan salah satu Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo, dan dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tujuannya untuk membangun ekosistem inklusi keuangan syariah di lingkungan pesantren.

Selain itu, kehadiran BWM juga diharapkan dapat memberantas rentenir yang selama ini sangat memberatkan masyarakat karena tingginya bunga yang diberikan dan pola pembayaran yang sangat memberatkan masyarakat.

OJK mencatat, hingga akhir tahun 2019 telah berdiri sebanyak 56 BWM di seluruh Indonesia dengan penerima manfaat sebanyak 25.631 nasabah. Sedangkan dana pembiayaannya tercatat sebesar Rp 33,92 miliar atau naik 179,8 secara tahun kalender (year to date/ytd).

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan, kehadiran OJK sebagai pengawas sektor jasa keuangan harus memberikan manfaat bagi masyarakat melalui penyediaan akses keuangan, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Wimboh menambahkan, OJK juga berkepentingan mendorong literasi dan inklusi, serta membuka akses keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat mikro. Program BWM merupakan sinergi antara OJK, para donatur, LAZNAS, dan tokoh masyarakat setempat, pimpinan Pondok Pesantren atau lembaga pendidikan tradisional.

Skema permodalan BWM terbilang unik. Setiap LKMS menerima dana Rp 3 miliar-Rp 4 miliar dari donatur, dimana donatur bisa berasal dari semua kalangan atau perusahaan dengan biaya awal Rp 1 juta per orang. Namun dana itu tidak akan disalurkan seluruhnya menjadi pembiayaan (pinjaman). Dana sebanyak Rp 3 miliar selanjutnya didepositokan untuk pengembangan bank dan Rp 1 miliar untuk operasional.

Skema dalam BWM dirancang sesuai kebutuhan dan kemampuan masyarakat kecil, bukan untuk tumbuh menjadi besar menyaingi lembaga keuangan formal lainnya. Pembiayaan diberikan tanpa bunga, hanya membayar biaya administrasi sebesar 3 persen per tahun dan nasabah tidak perlu memberikan agunan atau izin usaha.

Nasabah hanya memiliki kewajiban untuk mengangsur sekitar Rp 20.000 per minggunya. Calon nasabah juga diberikan pemberdayaan dan pendampingan, baik pengembangan usaha kecil, manajemen ekonomi rumah tangga maupun peningkatan kapasitas dan ruhiyah seluruh nasabah BWM melalui Halaqoh Mingguan (HALMI). (sal)

Komentar Anda