SELONG—Masih tingginya masyarakat yang mengkonsumsi rokok dianggap sebagai salah satu penyumbang angka kemiskinan di daerah ini (Lotim). Karena sebagian besar dari mereka yang berstatus perkokok, ternyata adalah masyarakat dengan golongan ekonomi menengah kebawah.
Tak sedikit dari masyarakat miskin yang mengkonsumi rokok, lebih memilih menggunakan uangnya untuk membeli rokok, ketimbang kebutuhan pokoknya. Bahkan pandangan yang selalu terdengar dari para perokok, mereka ini lebih memilih untuk mengurangi kebutuhan pokok, untuk membeli rokok.
“Rokok salah satu faktor penyumbang angka kemiskinan. Sebagian besar perokok ini masyarakat miskin,” kata Wakil Gubenur NTB, Muhammad Amin, disela panen raya padi di Lenek, Lotim, Kamis (25/8).
Menurutnya, hal itu tentu akan menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat yang berada digaris kemiskinan. Kondisi itu menyebabkan kebutuhan pokok masyarakat terbaikan, karena hanya dipakai untuk membeli rokok. “Makanya sekarang pemerintah berencana menaikkan harga rokok,” ungkapnya.
Namun wacana kenaikan harga rokok itu juga perlu dilihat sisi lainnya. Meski wacana tersebut tujuannya untuk meningkatkan pendapatan Negara, dan menekan angka perokok, serta alasan kesehatan . Namun disisi lain juga akan berpotensi menimbulkan gelombang PHK.
Secara pribadi, dirinya pun belum setuju dengan wacana itu. “Malah nanti perokok akan beralih untuk rokok tembakau rajang. Malah itu lebih tidak terkendali lagi,” jelasnya.
Dikatakan Wagub, saat ini pertumbuhan ekonomi NTB terbaik kedua secara nasional. Bahkan itu melebih target nasional, dimana capaian itu karena dipengaruhi oleh sektor pertambangan, pertanian dan parwisata daerah yang terus mengalami kemajuan. “Makanya momentum pertumbuhan ekonomi ini bisa dirasakan langsung masyarakat bawah ,” jelasnya.
Diakui, meski pertumbuhan ekonomi meningkat, namun angka kemiskinan di daerah masih cukup tinggi. Sehingga berbagai persolan yang memicu tingginya angka kemiskinan, tentu harus dikaji secara mendalam. (lie)