Wacana Penerapan FDS Minta Dikaji Ulang

SELONG—Wacana penerapan Full Day School (FDS) atau sekolah sehari penuh yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengudang berbagai tanggapan. Diantaranya datang dari Ketua Komisi II DPRD Lombok Timur (Lotim), Hasan Rahman yang membidangi persoalan pendidikan.

Dikatakan Rahman, wacana  penerapan FDS ini diminta untuk dikaji kembali oleh pemerintah sebelum kebijakan itu diterapkan. Karena ini menyangkut karateristik, terutama orang tua siswa itu sendiri, termasuk juga terkait  persoalan wilayah. Dimana daerah ini, khususnya Lotim wilayahnya tidak sama dengan daerah lain, seperti di Jawa. “Pertimbangannya harus matang kalau mau diterapkan seperti itu,” saran Rahman, Senin kemarin (15/8).

Diakui, saat ini memang ada sejumlah sekolah yang menerapkan sistim pendidikan FDS ini. Namun proses pembelajarannya, khusus ekstrakulikuler hanya berlangsung sampai jam tertentu saja. Namun jika ini ingin diterapkan di semua sekolah, hal utama yang harus dilihat pemerintah seperti apa karakteristik siswa, wilayah, dan yang paling utama orang tua siswa itu sendiri. Karena peran orang tua itu dianggap sangat berpengaruh. “Kalau rata-rata orang tua mengerti, pendapatannya tinggi dan semua diatas rata-rata, baru  kebijakan ini bisa  diterapkan,” jelasnya.

Baca Juga :  Mataram Justru Masuk Jadi Pilot Project FDS

Beda halnya jika orang tua siswa itu berprofesi sebagai buruh kasar dengan penghasilan tidak seberapa. Maka kebijakan FDS ini dianggap sangat membebani siswa yang tidak mampu. Mengingat FDS ini juga mmembutuhkan biaya yang cukup besar. “Bukan sekedar full day saja, kemudian tidak kena biaya. Tapi ada hitungan per jamnya, khususnya bagi guru negeri. Karena mereka ada tambahan jamnya,” sebut Rahman.

Baca Juga :  Keluarga Besar NU Demo Tolak FDS

Baginya kebijakan ini memang bisa diterapkan. Namun itu hanya berlaku bagi sekolah tertentu saja. Terutama bagi siswa yang orang tuanya sibuk bekerja dan memiliki penghasilan diatas rata-rata. Dengan demikian mereka bisa terbantu dengan sistem FDS ini. “Kalau di Lotim ini rata-rata orang tua siswa kan buruh tani, dengan pendapatan tak menentu. Sementara FDS ini butuh biaya besar,” pungkas Rahman. (lie)

Komentar Anda