Wabup Minta Keamanan Tempat Wisata Ditingkatkan

BERLIBUR: Wisatawan tengah berlibur di Gili Trawangan belum lama ini.(DERY HARJAN/RADAR LOMBOK)

TANJUNG–Akun TikTok inisial @ME mengunggah pengalaman buruknya  saat liburan di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU).

Video yang diunggah Kamis (15/9) itu sudah ditonton jutaan kali. Sosok mantan pramugari ini menceritakan perlakuan catcalling (pelecehan verbal di tempat umum) di pelabuhan, naik delman atau cidomo dengan harga tak sesuai kesepakatan awal. Kemudian diminta keluar uang tambahan di vila, diberi harga tak masuk akal saat akan membeli ikan di night market, serta pelecehan seksual saat party.

Wabup KLU Danny Karter Febrianto menyayangkan kejadian ini. Tidak boleh terulang lagi. Apalagi saat ini pariwisata NTB khususnya KLU telah bangkit dan menjadi tuan rumah berbagai acara internasional. “Sudah banyak peluang usaha dan lapangan kerja tercipta,” ujarnya.

Ia juga telah meminta Dinas Pariwisata dan pemerintah desa setempat dan pihak-pihak yang terkait untuk melakukan langkah-langkah pencegahan, mengedukasi masyarakat dan meningkatkan pengawasan keamanan tempat wisata. “Ayo masyarakat Lombok Utara, kita tunjukkan kalau kita ini daerah yang menomorsatukan tata krama dan berbudaya,” ungkapnya.

Kepala Dinas Pariwisata KLU Ainal Yakin mengatakan bahwa pihaknya tengah menelusuri kebenaran informasi tersebut. “Kami berencana akan melakukan pertemuan dengan pelaku usaha wisata di Gili dan pemerintah desa guna membahas persoalan ini,” ujarnya.

Ainal mengaku bahwa saat ini pihaknya belum bisa mengambil tindakan lebih lanjut sebab informasi yang diterima masih belum jelas. “Informasi yang di TikTok tidak menyebutkan tempat dan alamat vila yang dimaksud. Ini menjadi kesulitan kita,” ujarnya.

Kemudian terkait catcalling, ia juga menyayangkan hal ini terjadi. Untuk itu pertemuan dengan para pihak terkait ini memang sangat perlu dilakukan. Terutama dengan pelaku wisata. “Mereka perlu juga dilakukan pembinaan,” bebernya.

Ainal menegaskan bahwa masalah pariwisata di Gili Trawangan ini bukan hanya tanggung jawab Dinas Pariwisata saja. Tetapi itu menjadi tanggung jawab bersama semua pihak. Untuk itu perlu ada kerja sama yang baik untuk memajukan pariwisata Gili. “Kalau tidak ada kesadaran masyarakat tidak bisa. Begitu juga para pihak terkait lain,” ungkapnya.

Kepala Desa Gili Indah, Wardana enggan berkomentar panjang terkait persoalan ini. “Masih kita telusuri konten ini,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Gili Hotels Association (GHA) Lalu Kusnawan mengatakan bahwa kejadian ini memang bisa saja terjadi. “Kalau masalah scamming ini kita harus duduk bersama untuk mengetahui kapan dan di vila mana kejadian ini. Bukan berarti saya membela tetapi ini memang bisa saja terjadi,” ungkapnya.

Hanya saja kata Kusnawan, jika pemilik akun TikTok tersebut  memesan di www.booking.com kemudian setelah sampai di hotel yang dipesan dikenakan biaya tambahan lagi, maka dia bisa melapor ke www. booking.com itu. “Dia bisa komplain sebenarnya. Sudah ada aturan,” ujarnya.

Kemudian terkait catcalling, Kusnawan mengatakan bahwa 99 persen memang itu ada di Gili Trawangan. Hanya saja ia mengaku itu bukan dilakukan oleh orang yang benar-benar kerja di Gili Trawangan. “Kalau orang yang benar-benar bekerja di Gili tidak mungkin melakukan itu. Dari sekian banyak yang masuk ke Gili Trawangan, kita tidak tahu pelakunya siapa. Sebab ada pedagang asongan, guide liar, buruh dan sebagainya. Pelakunya entah siapa,” ujarnya.

Kusnawan mengaku bahwa hal semacam ini memang perlu ada tindakan dari pemerintah daerah. Baik itu pembinaan atau bahkan penindakan agar situasi Gili Trawangan semakin lebih baik lagi. “Tetapi yang perlu jadi catatan bahwa yang di-publish ini kan tentang keburukan saja. Sejauh ini jarang sekali ter-publish hal-hal positif yang dilakukan oleh orang-orang di Gili,” ungkapnya.

Kusnawan mengaku bahwa banyak hal positif yang dilakukan masyarakat di Gili Trawangan selama ini. Misalnya ketika ada barang wisatawan hilang atau jatuh, itu biasanya selalu berhasil ditemukan atau dikembalikan ke orangnya. “Saya pernah lihat sendiri. Yang terakhir itu ada kamera yang hilang di salah satu hotel tetapi itu berhasil dikembalikan. Kemudian ada juga HP ketinggalan, itu juga dikembalikan atas kesadaran masyarakat sendiri,” ujarnya.

“Jadi saya perlu tegaskan bahwa masih banyak orang jujur di Gili Trawangan,” imbuhnya.

Kemudian disinggung terkait apakah memang ada pihak-pihak yang ingin menjatuhkan wisata Gili Trawangan karena persaingan usaha, Kusnawan mengaku tidak berani berkesimpulan ke arah sana. “Hanya saja itu juga bisa saja terjadi. Namanya juga orang berbisnis,” cetusnya.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polres KLU AKP I Made Sukadana mengatakan bahwa pihaknya belum menerima informasi atau laporan terkait persoalan ini. “Jika memang ada yang merasa jadi korban silakan saja lapor ke kami. Tentu kami akan tindaklanjuti,” tegasnya. (der)

Komentar Anda