MATARAM – Universitas Terbuka (UT) Mataram kembali menunjukkan komitmennya dalam mempermudah akses pendidikan tinggi di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan menerima sebanyak 2.494 mahasiswa baru untuk tahun akademik 2024.
Dari total mahasiswa baru ini, 40 persennya berasal dari kalangan fresh graduate atau lulusan SMA/SMK yang baru saja menyelesaikan pendidikan menengah mereka.
Direktur UT Mataram, Heriyanto, menyampaikan bahwa upaya ini adalah bagian dari strategi UT untuk memperluas akses pendidikan bagi masyarakat, khususnya bagi lulusan baru yang memiliki potensi besar dalam menghadapi tantangan di dunia kerja.
“Total mahasiswa baru tahun ini sekitar 2.000-an, dan dari jumlah tersebut, 40 persen di antaranya adalah fresh graduate,” ujar Heriyanto disela-sela acara Orientasi Studi Mahasiswa Baru (OSMB) Asrama Haji Embarkasi Lombok, Sabtu (31/8).
Ia menjelaskan, UT Mataram mulai lebih gencar menyasar para lulusan baru, berbeda dengan perguruan tinggi lainnya yang cenderung lebih memanfaatkan teknologi dalam perkuliahan mereka. Heriyanto juga menyoroti bahwa para fresh graduate ini memiliki pemikiran yang masih segar dan dapat lebih disiplin dalam menjalani perkuliahan, sehingga diharapkan mereka dapat menyelesaikan studi dengan lebih cepat.
Namun, UT Mataram juga tetap terbuka untuk berbagai kalangan usia. Heriyanto mencatat bahwa saat ini mahasiswa di UT Mataram tidak hanya berasal dari kalangan muda, tetapi juga banyak yang berusia lanjut.
“Beberapa mahasiswa kami ada yang sudah berusia di atas 50 tahun, bahkan ada yang berusia 85 tahun dan saat ini sudah berada di semester 4,” tambahnya.
Melalui OSMB, para mahasiswa baru diperkenalkan dengan sistem perkuliahan yang akan mereka jalani, terutama mengingat sistem pembelajaran di UT yang berbasis online dan sangat fleksibel. Hal ini dinilai sangat menguntungkan, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan lain, seperti bekerja.
“Ini kan sistem perkuliahannya online dan sangat fleksible dan tidak mengganggu pekerjaan,” katanya.
Menurut Heriyanto, masyarakat NTB umumnya lebih memilih untuk langsung bekerja setelah lulus SMA atau SMK, mengingat persepsi bahwa kuliah itu mahal. Namun, UT berupaya mengubah pandangan tersebut dengan menawarkan model kuliah yang fleksibel, memungkinkan mahasiswa untuk tetap bekerja sambil kuliah.
“Selain itu kan kuliah itu mahal pemikitan orang tua. Kita mencoba mengenalkan UT,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Guru Besar UT, Prof. Dr. Maximus Gorky Sembiring, menekankan bahwa perkuliahan jarak jauh kini telah menjadi suatu keharusan, seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat.
“Online learning menjadi solusi bagi mereka yang memiliki keterbatasan waktu dan ruang,” ujarnya.
Prof. Maximus juga menegaskan bahwa dengan disiplin, tidak akan ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran online dan offline. Ia mengenang masa lalu di mana jarak dan waktu menjadi kendala besar, namun dengan kemajuan teknologi, kendala tersebut kini dapat diatasi.
Dengan demikian, UT Mataram berharap dapat terus menjadi pelopor dalam penyebaran pendidikan tinggi yang lebih inklusif dan terjangkau di wilayah NTB, sembari tetap mempertahankan kualitas pembelajaran yang adaptif dengan kebutuhan zaman.
“Kalau dulu kan kita kesulitan. Jarak terjauh dengan Bima misalnya hanya untuk mengantar buku saja butuh waktu dua hari. Kalau sekarang teknologi ini sudah ada, kendala ruang dan waktu tadi menjadi tidak persoalan lagi,” tutupnya. (rat)