Ustad Ahda Serukan Santri Harus Jadi Perekat Umat

PERINGATI HARI SANTRI: Calon wakil wali kota Mataram nomor urut 3, Badruttaman Ahda memperingati hari santri di Pondok Pesantren Raudatul Jinan, Rungkang, Sayang-Sayang, kemarin. (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)
PERINGATI HARI SANTRI: Calon wakil wali kota Mataram nomor urut 3, Badruttaman Ahda memperingati hari santri di Pondok Pesantren Raudatul Jinan, Rungkang, Sayang-Sayang, kemarin. (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Hari Santri tahun ini mengangkat tema “Santri Sehat, Indonesia Kuat”. Berbagai acara refleksi pun digelar di berbagai daerah. Salah satunya yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Raudatil Jinan, Rungkang, Sayang-Sayang, Kecamatan Cakranegara.

Acara tersebut dihadiri oleh calon wakil wali kota Mataram, Badruttamam Ahda. Dalam sambutannya, Ustad Ahda mengungkapkan bahwa santri adalah insan yang menginspirasi. Ia juga menambahkan tiga hal yang membuat santri dapat dikatakan sebagai pelajar yang istimewa. Pertama, senantiasa menjaga hubungan dengan Allah SWT. Kedua, menjaga kedekatan dengan segala yang berkaitan dengan ilmu atau mulazamah (menjaga hubungan) dengan guru, alim dan ulama. Ketiga, dekat dengan masyarakat.

Menurut Ahda, santri memiliki tanggung jawab sosial atas ilmu yang telah diterimanya di pesantren. Dengan kapasitas keagamaan seorang insan yang terpelajar, santri harus mampu menyerap nilai dan norma sehingga pengabdiannya sempurna untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapatkan.

Santri dekat dengan masyarakat dan memang mesti begitu hakikatnya. Santri harus bisa menyerap nilai-nilai dan norma yang baik sehingga pengapdiannya sempurna untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapatkannya. “Ilmu tanpa amal sia-sia, amal tanpa ilmu buta,” ucapnya.

Ahda juga mengatakan, bahwa santri harus turut berperan dalam menjaga tali persaudaraan umat. Santri sebagai insan yang memahami nilai-nilai keagamaan, harus menggunakan agama sebagai perekat umat, atau dalam istilahnya wasathiyatul Islamiyah. “Santri harus mengamalkan nilai-nilai keagamaan yang telah dipelajarinya untuk merekatkan umat, wasathiyatul Islamiyah. Dalam hal ini, santri harus bisa menjadi agen kebaikan di tengah kehidupan sosial,” ujarnya. 

Sementara, TGH Azhar selaku pengasuh Ponpes Raudatil Jinan juga berpesan kepada para santri, agar santri tidak terlena dengan kemajuan teknologi komunikasi dan melupakan tugas-tugas kesantrian. “Santri tidak boleh terlena dengan kehadiran smartphone dan melupakan semua hal. Jangan sulit bila diajak menuju kebaikan dan hanyut dalam perkembangan teknologi,” tegasnya.

Senada dengan apa yang disampaikan TGH Azhar, Badruttamam Ahda LC mewanti-wanti pesatnya perkembangan arus teknologi komunikasi. Ustadz Kairo itu mengajak para santri agar tidak terkendalikan oleh smartphone, tapi harus bisa memberlakukan hal sebaliknya, yakni memanfaatkan smartphone sebagai medium keagamaan seperti dakwah. “Jangan mau dikendalikan oleh smartphone, justru kita yang harus mengendalikan teknologi ini. Bila perlu, jadikan smartphone sebagai mendium dakwah alternatif di tengah pandemi sekarang. Inilah waktunya para santri untuk mengabdi dan membuktikan eksistensinya,” ungkapnya. (yan)

Komentar Anda