Usaha Money Changer Banyak Tak Berizin

Ilustrasi Money Changer

MATARAM—Bank Indonesia menegaskan adanya kewajiban bagi penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) atau lebih dikenal dengan sebutan tempat usaha penukaran uang money changer untuk memperoleh izin beroperasi.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia, KUPVA BB yang saat ini belum memperoleh izin dari Bank Indonesia memiliki kesempatan untuk segera mengajukan izin paling lambat tanggal 7 April 2017. Hanya saja, sejak awal Januari 2017, Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB memberikan sosialisasi dan menyurati perusahaan tempat penukaran uang asing money changer yang operasional di Provinsi NTB masih nihil mengajukan izin. “Sampai sekarang ini belum ada yang mengajukan izin ke kantor Perwakilan BI Provinsi NTB,” kata Deputi Pimpinan Perwakilan BI Provinsi NTB, Wahyu Yuana Hidayat Kamis kemarin (23/3).

[postingan number=3 tag=”ekonomi”]

Wahyu menyebut saat ini baru ada 13 lembaga KUPVA BB yang sudah memegang izin dari Bank Indonesia. Sementara itu, jumlah lembaga  KUPVA BB yang tersebar di Provinsi NTB diperkirakan lebih dari 56 usaha lembaga penukaran uang asing ini. Wahyu mengakui jika pihaknya sudah bersurat kepada seluruh perusahaan money changer itu untuk segera mengurus perizinan di BI hingga batas akhir pengurusan izin tanggal 7 April 2017 mendatang. Namun, ternyata hingga pekan ketiga Maret ini belum ada satupun dari perusahaan penukaran uang asing tersebut yang datang ke BI untuk mengurus perizinan.

Baca Juga :  BI NTB Tutup Usaha 34 Money Changer Tak Berizin

Ia menegaskan, jika batas akhir tanggal 7 April 2017 perusahaan penukaran asing atau KUPVA BB tersebut belum memiliki izin dari BI, maka BI NTB bersama penegak hukum akan menertibkan perusahaan tersebut dengan menutup operasionalnya. “Kalau belum ada izin, sudah pasti akan kita tindak bersama penegak hukum hingga penutupan operasionalnya,” tegas Wahyu.

Dikatakan,  untuk mendapatkan izin sebagai penyelenggara KUPVA BB, pemohon selaku pemilik usaha cukup menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, yang dilampiri dengan dokumen perizinan dan tidak dipungut biaya. Apabila masih terdapat KUPVA BB yang tidak berizin hingga 7 April 2017, Bank Indonesia akan merekomendasikan penghentian kegiatan usaha atau pencabutan izin usaha.

Sebelum melakukan penghentian kegiatan usaha atau pencabutan izin usaha, lanjut Prijono, pihaknya sudah menyurati seluruh money changer yang operasional di NTB. Bahkan pihak BI NTB sudah melakukan lebih dari sebatas menyurati, melainkan bersama PPATK sudah mengumpulkan seluruh KUPVA BB dan PTD untuk menyampaikan ketentuan terkait perizinan dan pelaporan kegiatan penukaran valuta asing. “Pengaturan perizinan bagi KUPVA BB menjadi sangat penting untuk memudahkan pengawasan,” kata Wahyu.

Lebih lanjut Wahyu mengatakan, setelah berakhirnya batas waktu tersebut, Bank Indonesia akan mendukung dan bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK),Badan Narkotika Nasional (BNN), dalam operasi penertiban. Ketentuan perizinan tersebut tercantum dalam PBINo.18/20/PBI/2016 dan SE No.18/42/DKSP perihal Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank.

Baca Juga :  Pembiayaan Usaha Mikro Pegadaian Tembus Rp 39 Miliar

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB), merupakan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan penukaran yang dilakukan dengan mekanisme jual dan beli Uang Kertas Asing (UKA) serta pembelian cek pelawat. KUPVA BB merupakan tempat alternatif selain bank untuk menukarkan valuta asing. Dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai KUPVA BB, salah satu kewajiban KUPVA BB adalah adanya badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan atau badan usaha yang seluruh sahamnya dimiliki WNI.

Wahyu mengatakan, selain untuk pengembangan industri yang sehat dan efisien, fungsi pengaturan dan pengawasan sangat diperlukan dalam mencegah dimanfaatkannya KUPVA BB untuk pencucian uang, pendanaan terorisme atau kejahatan lainnya (extraordinary crime).

Untuk itulah, penertiban KUPVA BB dilakukan bersama oleh Bank Indonesia, PPATK, BNN dan Polri, khususnya apabila terdapat indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), baik yang berasal dari kejahatan maupun narkoba.

“BI NTB bersama empat lembaga tersebut akan melakukan penertiban terhadap KUPVA BB tidak berizin yang terindikasi melakukan TPPU baik yang berasal dari kejahatan maupun narkoba,” pungkasnya. (luk)

Komentar Anda