Upaya Mahasiwa UNU NTB Mengurai Penumpukan Sampah Kota Mataram

Yang Jijik Jadi Pupuk, Plastik Jadi Karya Seni

Sampah Kota Mataram
MONITORING: Sejumlah anggota Bank Sampah dari Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNU NTB monitoring di TPA Kebon Kongok Lombok Barat. (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

Program Bank Sampah yang digalakan Mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Lingkungan Fakultas Teknik (FT) Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB patut diapresiasi. Pasalnya, selain membantu pemerintah, bertujuan juga membantu kebersihan lingkungan masyarakat dan memiliki tujuan mulia. 


NASRI BOEDJANA-MATARAM


BERAWAL dari masalah sampah di Kota Mataram yang seakan tidak ada solusinya. Mahasiswa UNU NTB terketuk hatinya untuk membuat sebuah trobosan yang kiranya bisa bermanfaat dan sekaligus membantu pemerintah serta masyarakat. Meski pemerintah sudah menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) dan tempat pembuangan akhir (TPA). Tetapi keluhan dari berbagai kalangan terkait maraknya sampah di mana-mana. “Kita lihat persoalan sampah selalu saja menjadi masalah di Kota Mataram, bahkan NTB,” kata Reza Aprianto, salah seorang Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan FT UNU NTB. 

Dengan dilihatnya persoalan sampah tersebut, Reza sapaan akrabnya langsung membentuk tim bersama belasan mahasiswa Prodi Teknik dari berbagai semester yang juga sekaligus sebagai anggota dari Program Bank Sampah yang digalakannya itu. Setelah melakukan monitoring dan survei ke beberapa tempat pembuangan sampah, termasuk ke TPA-nya. Ternyata pada kasus tersebut, mereka melihat sistemnya yang kurang baik. Meski pemerintah, terutama Pemerintah Kota Mataram sudah berlaku baik terhadap pengelolaan sampah. 

Pada kasus ini, dilihatnya ada ketidakdisiplinan antara masyarakat dengan aturan pemerintah. Di mana pada kondisi tersebut, pemerintah sudah menentukan jadwal pembuangan sampah, namun terkadang masyarakat tidak begitu disiplin. Sehingga terjadi mis dan menimbulkan penimbunan sampah di mana-mana.

Baca Juga :  Awalnya Menghafal tanpa Bimbingan, Wakili Indonesia di Iran

Dalam hal ini, para mahasiswa ini hadir tidak untuk mendikte siapa salah dan siapa yang tidak  tertib. Namun pada program yang dijalankannya itu, lebih kepada solusi pemanfaatan dari sampah itu sendiri. “Kehadiran program Bank Sampah kita ini bukan untuk menyalahkan siapa yang salah, tapi kita carikan solusi yang solutif,” terangnya. 

Dengan demikian, program bank sampah yang belum lama ini berjalan. Sudah menyiapkan beberapa fasilitas untuk mengumpulkan beberapa jenis sampah, baik jenis sampah organik maupun anorganik. Untuk sampah organik sendiri, pihaknya sudah menyiapkan laboratorium.

Bahkan sejauh ini Reza yang juga Kepala Bidang Bank Sampah tersebut menyatakan sudah melakukan uji coba dengan membuat pupuk kompos. Kemudian sejenis tempat penampungan sampah yang diberikan lubang kecil-kecil dan dibiarkan mengendap hingga tiga bulan. Di atas lubang itu diberikan penutup, atau biasa disebut biofori. 

Pemanfaatan dari penampungan ini, disebutnya semua jenis sampah organik bisa dijadikannya bahan gas. Dengan demikian sampah sampah organik yang sebelumnya terkesan jorok, kini bisa dijadikan bahan yang sangat bermanfaat. Adapun sasran kebermanfaatannya, Reza mengaku belum bisa menyebutnya seluas mana. Namun, beberapa saat ini pihaknya sudah mulai mengurus sampah yang terlihat jijik. “Terkait sasaran kebermanfaatan dari sampah organik yang kita olah itu belum bisa kita bilang kemana, karena kita baru mulai di seputaran Kota Mataram saja,” lanjutnya. 

Baca Juga :  Kreativitas Pemuda Kekalik Jaya, Ubah Limbah Tahu Jadi Batako

Begitu juga dengan jenis sampah anorganik, disebutnya pada jenis sampah tersebut dikenal sangat sulit untuk dimusnahkan. Karena bahannya terbuat dari bahan yang sangat awet. Namun hal itu bisa dia manfaatkan melalui Bank Sampah yang diprogramkannya itu. Di antaranya bisa dijadikannya karya seni yang bisa dipajang di setiap ruangan. 

Pada kondisi ini juga, pihaknya masih mendulang di seputaran kampus dan Kota Mataram saja. Sebagai bagian dari cara meminimalisir sampah yang selalu menjadi pengganggu di beberapa titik. Bahkan tidak tanggung-tanggung, sampah kerap menjadi pemicu banjir. Sehingga kebetulan pihaknya bersama Rendy Hartono, Zurhaini, Bq Siti Mutajaridah, Zurhaini, Ahmad Lutfi, Murhadi, Abdul Rahim, Nurapriali Fadilah, Harianto, Mahendra Sastra Dinata dan Lalu Dary Aprisal Nugraha merupakan Prodi Teknik Lingkungan. Disebutnya sangatlah pas untuk menangani sampah yang mengganggu semua pihak. “Kita akan terus kembangkan program kita ini, bahkan sekupnya akan lebih luas kedepannya,” tutupnya. (**)

Komentar Anda