UMKM Terdampak Corona, Penyaluran KUR Anjlok

TETAP RAMAI : Ditengah pandemi Covid-19, aktivitas nelayan dan pedagang ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur selalu ramai di pagi hari. (FAISAL HARIS/RADAR LOMBOK )
TETAP RAMAI : Ditengah pandemi Covid-19, aktivitas nelayan dan pedagang ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur selalu ramai di pagi hari. (FAISAL HARIS/RADAR LOMBOK )

MATARAM – Di tengah pandemic virus Corona (Covid-19), semua sektor usaha merasakan dampak luar biasa. Kondisi tersebut berdampak juga pada penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh lembaga perbankan, khususnya program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di 2020.

Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Perbendaharaan (DJPb) NTB mencatat realisasi KUR pada Mei menurun. Realisasi penyeran Kredit Usah Rakyat (KUR) di NTB masih jauh target, karena imbas pandemi Covid-19.

“Sejak adanya pandemi Covid-19, banyak usaha UMKM mengalami kendala. Banyak usaha yang menjadi melemah, bahkan ada yang menutup usahanya,” kata Kepala Kanwil DJPb NTB Syarwan, Kamis (18/6).

Syarwan menyebut, penyaluran KUR dan Kredit Ultra Mikro sampai dengan 31 Mei tercatat sebesar Rp 1,15 triliun. Di mana angka ini mengalami penurunan sebesar 4,62 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama. Biasanya, penyaluran KUR  mulai menunjukkan peningkatan pada periode triwulan II. Hanya saja, karena imbas dari Covid-19 membuatnya terhambat.

“Untuk KUR dan UMi itu jumlah penyalurannya kepada 35.802 debitur dengan nilai Rp 1.146.100.086.686,” sebutnya.

Ia merincikan, penyaluran KUR masih didominasi oleh sektor perdangan yang mencapai Rp 561 miliar. Kemudian, pertanian sebesar Rp 315 miliar dan industri pengolahan sebesar Rp 108 miliar.  Tiga sektor ini yang masih besar penyalurannya, kalau untuk yang lainnya masih kecil. Seperti perumahan, usaha persewaan Rp 9,2 miliar dan pertambangan dan penggalian sebesar Rp 155 juta dengan jumlah debitur hanya 2 orang.

Menurut Syarwan, terjadinya penurunan realisasi KUR yang cukup signifikan pada April – Mei 2020 dibandingkan periode yang sama tahun 2019 lalu. Hal ini terjadi dimungkinkan akibat dampak pandemi Covid-19 yang baru mulai terasa di April 2020.

Ia menilai, saat pandemi Covid-19 para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengalami kendala. Lantaran ada usaha mereka yang harus terhenti, karena tidak adanya pesanan. Selain itu, banyak para UMKM terpaksa banting setir menjadi membuat masker dan alat pelindung diri (APD) dan bahkan banyak juga yang tutup usahanya.

“Dampaknya hampir ke semua sektor, salah satunya penyaluran KUR ini. Karena UMKM terdampak, bagaimana bisa menyalurkan,” ujarnya.

Ia berharap, kondisi masa pandemi ini bisa segera diatasi. Apalagi, pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah menuju kenormalan baru (New Normal), terutama pada sektor pariwisata. Di mana sektor ini menggerakkan sektor lainnya, salah satunya UMKM.

“Semoga dengan kita bisa mengendalikan pandemi Covid -19,  ekonomi akan berangsur membaik,” pungkasnya. (dev)

Komentar Anda